Seorang ibu bertanya pada anak
gadisnya,
“Siapakah yang akan kamu pilih,
Nak?”
Sang anak menjawab,
“Pilihan bukanlah di tanganku,
Bu. Aku hanya mampu menilai dan menentukan ketika mereka sudah menyatakan di
hadapanmu dan memutuskan untuk serius denganku.”
Sang ibu menghela nafas panjang,
“Kau tahu, Nak. Tidak pernah ibu
menyaksikan begitu banyak kumbang di dekat sebuah bunga, seperti lelaki di
dekatmu. Kau seperti bunga langka, yang begitu menarik dengan wangi tubuhmu. Itu
suatu anugerah, namun itu juga suatu musibah. Kau tahu, ibu takut… bunga yang
indah itu, bila terlalu lama dibiarkan, ia lupa bahwa sejatinya bunga harus
mengalami penyerbukan. Lalu waktu menggerusnya dan keindahannya akan menua lalu
memudar. Lantas ia mati tanpa meninggalkan generasi berikutnya. Ibu hanya takut
hal itu terjadi padamu, Nak. Sebab kegagalan menikah
pada wanita lebih melukai, daripada kegagalan menikah pada laki-laki. Itu
sebabnya Ibu lebih 'sibuk' menasihatimu agar tidak salah menikah.”
Sang anak
terdiam, lalu berkata pelan,
“Aku tahu,
Bu…, sangat tahu. Itulah kesadaran pertamaku saat memulai prinsip ini. Aku tahu,
aku bermain api yang begitu mudah terbakar, maka aku membentengi dengan semua
tirakatku selama ini. Kepada Tuhan aku kembalikan semuanya. Sungguh, tidak ada
suatu pengetahuan atau pun kekuatanku tentang hal itu. Dalam otak dan
pikiranku, selalu aku menganggap mereka sama selama mereka tidak membuat diri
mereka menjadi berbeda. Selalu aku tekankan, bahwa aku hanya memperlakukan
mereka seperti teman lainnya, tak pernah kumasukkan sedikit pun ke dalam otak
terlebih hatiku. Aku menyibukkan diri untuk memperbaiki diriku yang tak kunjung
sempurna. Itu saja sudah menyita waktu dan perhatianku, Bu. Sungguh, aku lelah.
Aku pasrah.. dalam iringan usahaku
menyempurnakan diri sebagai hambaNya.”
Mata sang
ibu berkaca-kaca, anak gadisnya yang selalu menjadi anak terkecil di matanya
telah tumbuh begitu dewasa. Tak ia kira, gadis itu mampu memikat banyak lelaki
dengan beragam latar, status, bahkan pendidikan. Sang ibu hanya mampu berdoa yang
terbaik untuk kebanggaannya.
“Ibu
percaya padamu, Nak. Ibu percaya dan ibu selalu titipkan penjagaan atasmu
padaNya.”
Selesailah
malaikat mencatat janji dan doa yang tersulur dari dua hati yang berusaha
menyuci itu.
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment