Pages

10 December, 2013

Gadis & Hujan (7)

Jalan ini begitu terjal, panjang & berliku. Puasa yang tak jelas kapan berbuka. Maka kerikil yang betebaran, tak layak menggugurkanmu. Demi Surga.

"Aahh... ujiannya semakin berat," Gadis berbisik pada hujan yang bertandang di bulan desember.

Hujan hanya tersenyum, menitikkan air dari badannya dengan gemulai. Gerakan yang selalu mempesona sang gadis. Ia diam dan memperhatikan tiap detail gerakan sang hujan. Menatapnya lekat-lekat, dengan rakus seakan mampu mengabadikan pemandangan itu kuat pada otaknya--yang mudah lupa.

Beberapa saat berlalu dalam diam, seakan keheningan itu sangat sakral dan tak ada yang berani memecahnya. Hingga hujan berhenti pada gerakannya, mencoba melambat dan memandangi gadis tepat di wajahnya. Wajah sendu. Wajah yang tahu makna hidup, namun tiada teman berbagi makna. Menyedihkan dalam kecantikan sempurna.

"Kau terlalu keras pada dirimu," akhirnya hujan memecah keheningan itu.

"Maksudmu?"

"Tanpa kau sadari, kau takut akan tersakiti. Maka kau menghindari. Kau bunuh setiap benih cinta yang mulai tumbuh, dan kau menjadi dingin. Itu maksudku, semakin dingin seperti angin di bulan desember,"

"Aku lelah membahas ini,"

"Ya, membosankan. Tapi hal ini yang menjadi masalah utamamu. Tidakkah kau mau menguraikannya?"

"Kau tahu matematika Sedekah? Jika kau punya 10, lalu kau sedekahkan 1. Maka yang kembali bukanlah 9, melainkan 19, karena 1 yang kau sedekahkan, dilipatkan menjadi 10,"

"Lalu?" hujan kebingungan. "Apa yang sebenarnya hendak kau sampaikan, Gadis?"

"Aku menyedekahkan 1 lelaki yang kucintai padaNYA. Lalu kudapatkan banyak cinta yang baru. Bukankah Tuhan begitu baik padaku? Lantas, pantaskah aku mengeluh? Hanya karena aku tidak mendapatkan lelaki itu? Sedang ada--seharusnya--19 cinta lain untukku?"

Hujan mengangguk paham. Gadis, kadang rumit dalam pemikiran sederhananya. Kadang sederhana dalam persoalan rumit hidupnya.

"Tapi, 1 cinta yang kau sedekahkan berbeda bentuknya dengan 19 cinta yang akan kau dapatkan. Cinta bukanlah substitusi yang dapat dengan mudah kau ganti. Ia memiliki bentuk yang tak pernah sama. Tak heran manusia mampu jatuh cinta berkali-kali. Karena setiap cinta memiliki khas. Berbeda, unik!"

"Aku lebih heran dengan lelaki yang berkepala satu, namun memikirkan sepuluh wanita di dalamnya. Mengapa tak seperti Rahwana yang berkepala sepuluh, namun hanya memikirkan satu wanita di dalamnya, Sita."

"Oh Gadis, kamu sedang menyangkal. Hadapi mereka yang sedang memperebutkanmu, jangan kau tanggapi dengan dingin. Nanti kau menyesal,"

"Entahlah, aku sudah lupa bagaimana rasanya jatuh hati. Aku sudah lupa nikmatnya pedekate dan segala macam tetek bengeknya. Aku mendapatkannya dalam pertemanan, mengapa tak lanjut saja dalam bahtera? Entahlah."

Mereka berdua diam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Pembicaraan yang sulit bertemu sepakat. Setidaknya, mereka berdua saling ada. Selalu ada untuk satu sama lain. Walau kadang dalam pertemuan, mereka hanya diam hingga waktu menjemput keduanya untuk berpisah. Kadang ada seseorang yang hanya perlu ada dalam hidupmu, tanpa perlu seseorang itu berbuat sesuatu untukmu.


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget