Pages

02 December, 2016

[Review buku] Inteligensi embun pagi

Judul: Intelegensi embun pagi
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Bentang
Dimensi: 710 hlm, cetakan pertama februari 2016, edisi ebook di ijak
ISBN: 978 602 291 154 8

Sepertinya saya terlewat, belum membaca seri kelima--Gelombang. Sebab saya agak asing dengan detail tentang Alfa. Oh ya, buku ini adalah seri terakhir dari Supernova. Di buku ini, semua tokoh yang dibahas detail di buku sebelumnya: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh; Akar; Petir; Partikel; dan Gelombang muncul dan bersatu membentuk satu gugus peretas Asko. Berawal dari Diva, gugus Asko bangkit dan terhubung. Bodhi/akar sebagai peretas kisi, Etra/petir sebagai peretas memori, Zarah/partikel sebagai peretas gerbang, Gio sebagai peretas kunci, dan Alfa/gelombang sebagai peretas mimpi.

Dibantu oleh beberapa Infiltran dan Umbra, mereka mencoba melindungi sekuens Hari Terobosan agar kelahiran Peretas puncak tetap ada. Sayangnya, ada banyak Savara yang menyusup dan pengkhianatan berlapis terjadi dari dalam. Asko dan portal terancam lenyap. Hanya ada satu cara untuk membuat semua berjalan normal kembali. Seseorang harus dikorbankan. Seseorang yang akan selalu menjadi alasan perang, sebab ketidakmungkinan bersatunya dia dengan belahan jiwa. Sebab mempersatukan mereka, sama saja melenyapkannya. Bagai malam dengan siang. Tidak akan pernah bertemu, apalagi bersatu. Siapakah dia?

Luar biasa, saya tak pernah menyangka bahwa endingnya akan seperti ini. Saya kira selama ini Dee hanya mencoba membangun karakter dari berbagai perjalanan rohaninya mendalami beberapa agama. Ternyata di buku ini, ia terlepas dari segala macam agama. Lebih terasa sangat science fiction. Saya membayangkan semacam film interstellaar digabung matrix, harry potter, transcendence, dll. Meski masih ada banyak pertanyaan menggantung.

Jujur saja, banyak pula istilah njelimet yang saya tak paham meski sudah baca glosariumnya. Macam gaya stephen hawking. Tapi begitulah, saya larut dalam tiap episode.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Kenapa orang-orang sekarang suka sekali membuat cinta jadi rumit? Suka, ya suka. Mama lihat matamu." (H.317)

"Jangan sampai harapan membuat kita buta pada kenyataan." (H. 505)

"Masa 12 tahun tidak mengaratkan esensi, sekalipun menyusutkan bara. Tidak lagi bergejolak, tapi hangat. Hangat yang tampaknya kekal." (H. 688)

"Menulis membutuhkan kerja keras dan pembelajaran seumur hidup. Bukan sekadar modal hasrat dan angan-angan." (H. 700)

"Menjadi penulis bukan hanya perkara bercerita, tapi juga meliputi penempaan mental. Kita diajak untuk mengenali diri kita lebih baik lagi, menghadapi monster dan malaikat internal, serta belajar bagaimana memanfaatkan keduanya untuk kemajuan kita." (H. 701)

Meta morfillah

2 comments:

  1. Saya malah belum berani melanjutkan baca serial Supernova. Sama denganmu, saya juga melewatkan Gelombang. Saya menyerah lebih dulu melanjutkan karena ceritanya tambah rumit dipahami. Mungkin nanti, ketika kesiapan sudah utuh dan penuh, saya juga akan melanjutkan serial itu. :)

    ReplyDelete
  2. Halo, kak
    Permisi, salam kenal, nama saya Eka Nur'Aini
    mahasiswa semester 8 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang angkatan tahun 2014.
    semester ini saya mengambil mata kuliah skripsi dimana bahan kajian saya adalah resepsi pembaca terhadap novel Intelegensi Embun Pagi karya Dewi Lestari.
    saya memohon ijin menggunakan ulasan anda untuk dijadikan data dalam skripsi saya, selain itu saya juga meminta tolong kepada saudara semoga berkenan mengisi data berikut sebagai bahan tambahan untuk skripsi saya.

    Nama (memohon semoga dapat diisi dengan nama asli, walaupun sekedar nama panggilannya):
    usia:
    jenis kelamin
    pendidikan terakhir:
    pekerjaan:
    pengalaman buku bacaan (novel atau buku sastra):
    asal daerah:

    pesan ini saya buat dengan sejujurnya dan semoga niat baik ini juga dapat ditanggapi dengan baik. saya mohon maaf jika mengganggu dan ada yang salah, serta berterima kasih atas perhatiannya

    ReplyDelete

Text Widget