Pages

10 December, 2016

Wanita Thinking dan perhatiannya

Dulu saat pindah, saya kira tidak akan lagi saya mendapat teman sepengertian dan asyik untuk diajak senang dan susah. Ternyata Allah maha baik. Saya dipasangkan dengan wanita yang lama kuliah di Bandung ini. Dia begitu pendiam dan datar wajahnya karena memang dia cool ala Thinking. Tapi, kalau sudah kenal, dia bisa bercerita berjam-jam, bahkan membuat saya begadang demi mendengarkan ceritanya.

Hal itu saya ketahui setelah beberapa bulan dia mengajukan diri menemani saya selama seminggu saat saya ditinggal sendirian oleh mama dan uda sebab berobat bulanan ke Jakarta. Bahkan beberapa kawan agak heran melihat kedekatan kami. Ini bukan soal Feeling menaklukkan Thinking, saya rasa. Tapi sebab kesamaan visi kami terhadap pendidikan dan agama.

Menurut saya, wanita Thinking ini romantis dengan caranya. Perhatiannya mungkin tidak terumbar seperti saya yang ekspresif. Tapi detail. Saat saya sakit dan tidak masuk kerja hingga dua kali, dia yang setia menjenguk saya dan berinisiatif mengajak teman lain. Saat saya mengaku saya sendirian di rumah, dia yang berinisiatif mengajukan diri menemani saya, dan menjadi kebiasaan kami beberapa bulan terakhir. Saat saya ingin ke suatu tempat atau sekadar hangout kulineran, dia selalu siap sedia. Belum pernah saya mendengar dia menolak apa yang saya pinta dengan alasan yang kurang logis.

Puncaknya adalah kemarin, yang membuat saya cukup terharu. Hari terakhir dia menginap di rumah saya. Beberapa hari sebelumnya, saya memang memasakkan makanan untuknya. Tapi kemarin saya mau mencuci baju, saya bilang padanya bahwa saya agak malas masak. Seketika dia mengajukan diri untuk memasak. Saya iyakan. Ternyata masakannya enak. Sambalnya TOP! Lalu saya iseng bilang, "Pengin nyoba seblak buatan Bu Jijah, deh. Kan kamu sering buat waktu di Bandung dulu."

Tanpa banyak kata, dia belanja apa yang belum ada di rumah saya untuk membuat seblak. Sementara saya mencuci baju. Masyaaa Allah. Apa yang saya katakan selintas didengar dan dikabulkan. Lalu setelah acara di sekolah kemarin, di mana dia dapat beberapa reward juga, dia menemani saya mencari keperluan pendakian hingga malam.

Terakhir, dia bilang mau beli buku. Setelah sampai di Gramedia, dia berkata, "Bu Meta, aku sudah janji mau belikan Bu Meta sebuah buku. Tadinya mau belikan buku Inteligensi Embun Pagi yang pernah Bu Meta pegang lalu ditaruh lagi. Tapi ternyata Bu Meta sudah baca di ijak. Jadi Bu Meta pilih saja sendiri, ya!"

Wooww... saya mengonfirmasi dan saya candai, "Aku pilih yang paling mahal, ya? Jangan nyesel loh, janjiin aku buku. Akan kutagih terus. Aku ga nolak dan ga malu kalau soal buku mah!"

Dan inilah buku yang saya pilih. Muhammad seri ketiga karya Tasaro GK yang sudah lama ingin saya beli. Sementara Pulang karya Tere Liye adalah buku yang saya rekomendasikan padanya untuk dibeli. Saya terbiasa merekomendasikan dia buku yang sesuai dengan gaya bacaannya yang belum terlalu berat dan juga belum saya baca. Jadi saya bisa pinjam. Dan lagi-lagi kebaikan hatinya, saya dipinjamkan sebelum dia membacanya. Masyaa Allah... sungguh rezeki memiliki teman yang baik. Semoga Allah kabulkan segala doamu ya, yang terbaik untukmu. Barakallah...

Meta morfillah



No comments:

Post a Comment

Text Widget