Pages

26 December, 2015

[Review buku] Orangtuanya manusia

Judul: Orangtuanya manusia
Penulis: Munif Chatib
Penerbit: Kaifa
Dimensi: xxiv + 216 hlm, 24 cm, edisi baru, cetakan I Mei 2015
ISBN: 978 602 7870 92 5

Awalnya saya kurang tertarik pada buku ini, sebab beberapa hal: Satu, covernya menampilkan foto penulis. Saya tak terlalu menyukai cover buku dengan wajah manusia  apalagi foto, sebab tak nyambung dengan isinya, kecuali buku biografi hahaha. Kedua, kemasannya lebar seperti buku diktat, kertasnya tipis agak buram. Ketiga, covernya dari bahan yang gampang menggulung, dan itu menyebalkan. Saya harus sering-sering menibannya dengan benda yang lebih berat agar lurus kembali. Tapi saya tetap memilih buku ini di antara sekian banyak pilihan di perpustakaan sekolah tempat saya mengajar. Sebab kepala sekolah yang merekomendasikan. Yaa... saya ingin tahu apakah selera bacaan kepala sekolah sama dengan selera saya, hehehe.

Ternyata, dimulai dari puisi pembuka, melihat daftar isi dan pengantarnya, membuat saya tertarik membaca. Saat saya lanjutkan, tanpa terasa bab demi bab begitu mengalir, menyentil, dan mengingatkan saya kembali akan sebuah arti penting menjadi orangtua, serta bagaimana memperlakukan anak-anak sesuai fitrahnya sehingga dapat melejitkan potensi dan kecerdasan mereka.

Bab satu, "Siapa anak kita?" berisi pemahaman akan sosok sejati anak-anak yang lahir dengan bekal fitrah ilahiah suci dan memiliki potensi kebaikan. Apa saja penyebab anak menjadi buruk seperti melupakan tuhan; bangga, riya', sombong; tidak bersyukur, mudah putus asa; kikir, berkeluh kesah; melampaui batas; tergesa-gesa; dan suka membantah. Diberikan juga cara mengatasi bila anak berlaku buruk yakni aktifkan paradigma FITRAH, berdoa pada Tuhan, dan teliti FAKTOR DOMINAN apa yang menyebabkan anak berlaku buruk. Faktor lingkungan jauh lebih dominan dibanding faktor genetis sehingga orangtua berpeluang mewarnai lingkungan anaknya. Terakhir strategi pendidikan anak di fase status dan ruang lingkupnya seperti yang diterangkan Rasulullah SAW: Tujuh tahun pertama (0-7 tahun) anak adalah RAJA kecil, ruang lingkupnya BERMAIN. Tujuh tahun kedua (7-14 tahun) anak adalah PEMBANTU yang harus taat menjalankan perintah, ruang lingkupnya DIDIDIK dan DIBIMBING. Tujuh tahun ketiga (14-21 tahun) anak adalah WAZIR/MENTERI yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya, ruang lingkupnya MUSYAWARAH dan BEKERJA SAMA MENJALANKAN TUGAS. Saya suka fakta budaya berhenti kerja bagi ibu hamil di Jepang dan hadiah kelahiran baby box bagi setiap bayi di Finlandia. Bukti bahwa negara, budaya, serta orangtua sadar bayi itu adalah calon pewaris dan aset hebat.

Bab dua "Jangan takut menjadi orangtua!" berisi tentang ketakutan menikah padahal sudah siap secara usia, fisik, dan pemenuhan kebutuhan hidup. Terdapat pula kiat praktis merawat pernikahan. Dan yang paling penting cara-cara yang diberikan untuk menghadapi anak sesuai dengan fase pertumbuhannya: sebagai raja, pembantu, dan wazir. Ada pula metode menjawab pertanyaan  unik anak usia dini: metode analogi dengan contoh analogi Allah dengan angin, yang membuktikan Allah itu ada meski tak bisa dilihat; metode sebab-akibat dengan contoh kue ada yang membuat, sama seperti alam semesta yang diciptakan Allah; metode jawaban global dengan contoh pertanyaan 'adik keluar dari mana?' Jawabnya dari perut mama, tak usah dijelaskan detail karena masih sulit dimengerti oleh anak dan belum saatnya.

Bab tiga "Anak kita adalah bintang" berisi konsep anak adalah bintang dan juara, apa dan bagaimana pun kondisinya. Pada bab ini, ada beberapa contoh kasus yang dipaparkan bahkan dialami penulis sendiri. Juga sebuah puisi yang cukup membuat saya haru berjudul "Matematika" di halaman 62.

Bab empat "Kemampuan anak kita seluas samudra" berisi tentang ragam kemampuan yang secara global terbagi menjadi tiga yakni kemampuan afektif (nilai dan sikap), kemampuan psikomotorik (gerak fisik/skill), dan kemampuan kognitif (berpikir). Kesalahan umum orangtua dan lainnya adalah menyempitkan aspek kemampuan pada kognitif saja dan mempersempitnya lagi dengan angka. Hal ini yang memicu downshifting pada cara berpikir anak hingga tingkat stres.

Bab lima "Anak kita punya harta karun: Multiple intelligences" berisi perkembangan riset yang semakin meninggalkan angka untuk mengukur kemampuan seorang anak. Diawali oleh Alfred Binet yang mengukur kecerdasan dari ranah IQ (verbal dan matematis), lalu Howard Gardner teori Multiple Intelligences (9 kecerdasan: linguistik, matematis, visual spasial, musik, kinestetis, interpersonal, intrapersonal, natural, dan eksistensial), Daniel Goleman dengan Emotinal Quotient,  Paul G. Stoltz dengan Adversity Quotientnya, Ian Marshal dan Danah Zohar dengan Spiritual Quotientnya. Serta beragam profil anak berkebutuhan khusus yang berhasil dengan karyanya.

Bab enam "Orangtua menjadi penyelam Discovering Ability" tentang beragam cara menjelajah kemampuan anak meski sekecil debu.

Bab tujuh "Menemukan bakat anak"  berisi pemahaman bakat dan minat pada anak yang berujung pada profesi yang profesionak, dengan rumah sebagai wadah pertamanya, bukan malah mesin pembunuh bakat. Diberikan pula 29 saran praktis untuk mengembangkan bakat anak pada halaman 143-144.

Bab delapan "Pilih sekolahnya manusia, jangan sekolahnya robot" berisi cara praktis memilih sekolah untuk anak, yang memanusiakan manusia. Tidak sekadar cerdas, tapi juga punya kepedulian pada lingkungan. Lagi-lagi saya tersentil akan sebuah puisi 'sebuah film guru mengajar' di halaman 148. Juga pemahaman pada orangtua agar selaras mendidik dan bersahabat dengan guru. Paradigma keliru masyarakay tentang pendidikan yang dianggap pengeluaran, bukan investasi serta sistem akselerasi yang malah menimbulkan efek negatif bila tak tepat sasaran.

Bab sembilan "Orangtua, guru terbaik bagi anak" berisi ragam gaya belajar anak berdasarkan multiple intelligences, mitos tentang belajar anak, balada PR, dan pemberian les yang kurang tepat. Seharusnya les diberikan bila: materi les berkaitan dengan life skill, bukan bidang studi, misal bahasa asing; materi les berupa pemantapan bakat anak yang sudah tampak, misal anak berbakat main gitar diberi les gitar; materi les berupa keterampilan/ilmu baru yang tidak dapat dipelajari di sekolah; materi les menyenangkan anak sehingga terus mengembangkan bakat dan memantik minatnya. Juga ada saran praktis membantu anak belajar yakni lakukan refresh brain ketika anak pulang sekolah (biarkan ia selama 2 jam melakukan yang ia inginkan, jangan tanya tentang sekolah), biarkan anak belajar dengan gaya belajarnya sendiri, materi belajar dibuat lebih hidup dengan konsep AMBAK (Apa Manfaatnya BAgiKu), lakukan konfirmasi yang menyenangkan untuk mengujinya.

Bab sepuluh "Pendidikan melek media dan pornografi" berisi pentingnya orangtua melek media dan bahaya pornografi yang lebih laten dibanding narkoba. Ditutup dengan saran praktis melindungi anak dari dampak negatif media: pendidikan agama yang lebih dalam, mengetahui terlebih dahulu isi media informasi untuk anak, mendampingi anak dalam menggunakan media informasi, membuat kesepakatan aturan menggunakan media informasi, menggunakan media informasi menjadi sarana belajar dan membuat proyek, dan mengetahui cara membendung serta menghindari situs-situs porno.

Gaya bahasa penulis begitu ringan, mengalir lincah, mudah dipahami meski konsep yang disampaikan cukup berat. Ilustrasi, foto, serta banyak kisah dan kasus yang disajikan pun cukup kaya. Sehingga bagi saya buku ini benar-benar praktis, bisa saya coba terapkan dalam keseharian.

Terlepas dari kekurangannya, saya mengapresiasi isi buku ini 5 dari 5 bintang.

"Anak adalah amanah dari Allah SWT dan kita terpilih menjadi orangtuanya. Tugas kita sebenarnya sederhana, yaitu menerima dengan ikhlas dan mendidiknya dengan berbagai cara. Bak bintang, sampai sinarnya menerangi dunia, atau minimal menjadi pelita untuk sepetak ruang yang gelap di rumah kita." (Hlm. 66)

Meta morfillah

1 comment:

  1. Berarti kita sama, saya juga nggak begitu suka cover buku yang ada poto penulisnya.. Hehehe...

    Saya belum baca buku ini nih. Dari pencapaiannya yang menjadi buku Best Seller, buku ini pasti bagus. Banyak manfaatnya buat orang-orang.

    ReplyDelete

Text Widget