Pages

25 December, 2015

Tentang kita

Aku terbangun dari mimpi itu. Mimpi yang pernah terjadi. Jelas sekali kuingat apa yang terjadi. Hadiah yang terbungkus sampul berwarna biru dengan tulisan namamu, ditambah setangkai mawar merah. Kehadiran hadiah itu membuat dadaku bergetar. Sebab kau telah kembali. Kau, sahabatku yang menghilang setahun lalu sebab cinta antara kita yang gagal berujung pada pelaminan. Kau, yang memilih menghilang sementara aku melangkah mundur perlahan. Tapi... itu hanya mimpi. Mimpi yang kuharap benar-benar terjadi.

Tengah malam ini, dingin menyergapku saat terbangun. Ternyata hujan. Setelah kemarau panjang, kota ini kedatangan hujan kembali. Apakah bersama hujan, kau kembali? Berhasilkah kau melupakan dan melepaskanku? Semoga berhasil... meski ada sedikit bagian hatiku yang ingin kau tidak. Aku ingin tetap bertahta di sudut hatimu yang hangat.

"Kau masih suka membaca?"

"Masih... meski sudah tak terlalu sering."

"Masih suka menulis?"

"Masih... meski tak terlalu sering."

"Kau masih mencintaiku?"

Aku bisu.

"Kau tak berubah. Selalu menjaga perasaan dan tidak mengungkapkannya. Aku kangen."

"Kau masih suka membaca tulisanku?"

"Selalu. Satu hal yang tak lepas dari dirimu adalah tulisanmu. Aku selalu menantikan apa yang hendak kauceritakan di duniamu itu," kau tersenyum memandang ke depan. "Kadang, aku sangat berharap ada namaku atau cerita tentangku yang kautuliskan selama setahun ini. Tapi, tampaknya itu hanyalah harapan yang sia-sia. Kau tampak baik-baik saja dalam tulisanmu. Aku iri."

Kalau saja kau jeli. Semua ceritaku bernafaskan namamu. Kau hanya perlu menggalinya lebih dalam. Selalu kau yang menjadi inspirasiku. Ah, percum kuberitahukan padamu. Tak akan mengubah apa yang telah terjadi.

Berapa tahun kita bersahabat? Kusayangkan kepergianmu yang ingin menyembuhkan luka. Meski kita sama-sama terluka, tapi kau tak setangguh diriku yang mampu menebalkan rasa saat kita bertemu. Meski sesungguhnya aku begitu letih dan ingin melepas topeng, memberitahumu bahwa aku pun tak baik-baik saja.

Bahkan percakapan itu terasa begitu kamu. Mengapa kau tiba-tiba hadir dalam mimpiku? Apakah rindu telah merasuk ke alam bawah sadarku? Rindu telah mengendap begitu lama dan ingin menampakkan dirinya kembali melalui mimpi?

Kupaksakan diri untuk tidur kembali. Melupakan apa yang baru kualami. Tentang hujan. Tentang persahabatan. Tentang cinta. Tentang melupakan. Tentang perpisahan.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget