Pages

13 December, 2015

[Cerita lirik] Sahabat jadi cinta

Bulan terdampar di pelataran
Hati yang temaram
Matamu juga mata mataku
Ada hasrat yang mungkin terlarang

"Ketika perasaan itu seterang purnama, apa yang harus kulakukan, Met?"

"Ungkapin. Ajak nikah."

"Ya enggak bisa, lah! Aku malu, Met. Aku kan wanita. Masak aku yang menyatakan."

"Ya sudah, pendam terus sampai akhir. Single sampai halal, yes..."

"Iih... kamu serius enggak, sih, dengerin curhatanku?"

Aku menghela nafas panjang. Entahlah, mengapa kerap kali aku dihadapkan pada curhatan serupa ini. Kadang aku geli sendiri, mendapati diriku bak konselor cinta tersohor, pakar, dan motivator, padahal diri sendiri belum sukses percintaannya. Lucu, bukan? Tetapi tetap saja temanku meminta saran pada orang yang gagal ini.

Satu kata yang sulit terucap
Hingga batinku tersiksa
Tuhan tolong aku jelaskanlah
Perasaanku berubah jadi cinta

"Aku jadi gak tenang, Met. Kepikiran dia terus. Mana ketemu tiap hari di kantor. Rasanya pedih, Met! Hubungan dekat, tapi perasaan tak terucap. Kamu paham, gak, sih, rasanya?"

"Paham, gak, yaaaa....."

Dia manyun. Aku tersenyum simpul. Perkara perasaan ini meski sederhana masalahnya, tetap saja sulit mencari solusinya. Sebenarnya, diri kita sendirilah yang paling tahu apa yang harus dilakukan. Tapi, aku sadar bahwa wanita seringkali curhat panjang lebar bukan untuk mendapat solusi, melainkan hanya ingin ditemani, didengarkan uneg-unegnya. Jadi, kubiarkan saja dia membanjirkan perasaannya sampai puas.

"Siksaan batin, Met! Saat orang yang paling kamu suka di dekatmu, tapi enggak bisa kamu miliki. Cuma bisa dipandangi, kayak baju yang kamu taksir di etalase, tapi kamu enggak mampu beli."

Tak bisa hatiku menafikkan cinta
Karena cinta tersirat bukan tersurat
Meski bibirku terus berkata tidak
Mataku terus pancarkan sinarnya

"Memang mulai kapan kamu sadar kamu suka dia?"

Dia mengubah sikapnya lebih serius. Menatapku dalam. Seakan inilah pertanyaan yang ia tunggu dariku sejak tadi.

"Pastinya enggak tahu kapan, Met. Tapi sekarang ini, kalau teman-teman di kantor cie-ciein aku sama dia, aku jadi senang gitu. Terus suka bayangin bagaimana kalau aku menikah sama dia. Tapi ke teman-teman, aku dan dia selalu bilang enggak ada hubungan apa-apa, sih. Tapi aku merasa dia juga ada feeling ke aku. Matanya menegaskan itu, Met!"

"Diih... yakin banget. Berani mandang-mandang pula. Wah... wah... hati-hati, jangan-jangan sebenarnya kamu kali yang baper, dianya, mah, enggak! Hahahaha... Aaauuuww!"

Dia mencubit lenganku gemas. Sakit!

Kudapati diri makin tersesat
Saat kita bersama
Desah nafas yang tak bisa rusak
Persahabatan jadi cinta

"Aku yakin, Met. Sikap dia juga berubah ke aku. Makin baik, makin sering cari-cari alasan untuk bisa dekati aku. Nanya-nanya kerjaan, lah. Ajak makan siang bareng, lah. Bahkan suka minta disatukan jadi tim ke bos aku."

"Wah, kalau sudah seyakin itu, mah, ya sudah atuh diajak nikah. Kali saja, dia pemalu. Kamu yang harus mulai."

"Tapi... enggak enak, Met. Selama ini aku dan dia itu cuma bersahabat. Rasanya, bagaimana gitu kalau persahabatan jadi cinta. It's so weird. Terus nanti kalau tidak jodoh, kami jadi enggak enakan. Padahal dia sahabat lelaki yang paling asyik dan bisa kuandalkan."

Apa yang kita kini tengah rasakan
Mengapa tak kita coba persatukan
Mungkin cobaan untuk persahabatan
Atau mungkin sebuah takdir Tuhan

"Semua opsi kukasih, kamu tolak. Yaa... terus maumu apa, atuh?"

"..."

Aku membiarkan dia memikirkan jawabannya sendiri. Sebenarnya, aku pun ikut berpikir. Meladeni orang curhat seringkali bagai dihadapkan pada cermin besar. Sebenarnya, mauku apa? Batinku seperti berbisik. Aaah...

"Met..."

"Yaa?"

"Apa benar perkataanmu, bahwa tidak ada persahabatan kekal antara lelaki dan wanita yang tidak lepas dari perasaan cinta?"

Aku terbahak. Dia masih mengingat ucapanku beberapa tahun lalu ternyata.

"Menurutmu sendiri bagaimana? Ada tidak? Jaga interaksi lelaki dan wanita itu tidak mudah bagiku, sih."

Dia memandangku agak lama. Lalu mengembuskan nafas panjang. Seakan bebannya sudah terangkat.

"Baiklah...sepertinya aku akan mengikuti saranmu."

"Saran yang mana?"

"Aku akan perbaiki interaksiku dengan lawan jenis. Untuk keadaan ini, aku tak ingin persahabatan kami berubah. Jadi, aku akan memilih berjalan mundur. Mundur dari perasaanku. Toh, kalau jodoh enggak akan tertukar, kan?"

"Wah, enggak tahu. Aku belum mengalami pertukaran jodoh, sih!"

"Hahaha... dasar Meta! Susah diajak seriusnya. Makanya belum ada yang seriusin, weeek..."

Lah... jadi aku yang kena, kan!

"Jadi, fix nih yaa.. kutinggalkan dia karena DIA. Kayak judul buku yang kamu mau beli itu. Hahaha..."

"Hahaha... iya ya, Met!"

*cerita lirik lagu Sahabat jadi cinta - Zigas

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget