Pages

07 February, 2015

[Review buku] Lapis-lapis keberkahan

Judul: Lapis-lapis keberkahan
Penulis: Salim A. Fillah
Penerbit: Pro-U Media
Dimensi: 16 x 24 cm, 518 hlm
ISBN: 978 602 7820 12 8

Hampir semua buku-buku Salim saya baca, dan saya suka. Tapi bila boleh diurut dari yang paling saya suka adalah buku "Dalam dekapan ukhuwah" dan buku ini. Prolog buku ini begitu mengesankan, sehingga saya langsung tergerak untuk pre order. Membacanya dimulai dari 21 Juli 2014, saat buku ini mendarat setelah menanti sebulan pre order dari Yogya. Sangat bersemangat, namun juga tak ingin lekas selesai. Sengaja saya berlama-lama dan mengulang-ulang kisah yang membuat hati lirih hingga gerimis. Hingga akhirnya saya selesaikan malam ini, sebab terlalu asyiknya membaca kisah teladan yang disampaikan dengan kalimat-kalimat indah nan cerdas khas salim.

Dalam tiap bukunya, salim selalu menampilkan kata-kata baru yang jarang saya temui. Hingga sering kali saya bertanya pada teman atau googling arti kata tersebut, seperti: anggitan, selingkung, teripis, dll. Soal diksi, jangan ditanya... saya kadung jatuh cinta pada untaian kalimat salim di tiap bukunya.

Dalam buku lapis-lapis keberkahan ini sendiri terbagi menjadi tiga bab yang dipecah lagi menjadi beberapa sub bab. Bab pertama berjudul beriris-iris asas makna, bab kedua  berjudul bertumpuk-tumpuk bahan karya, dan bab terakhir berjudul bersusun-susun rasa surga. Membahas tentang hakikat kebahagiaan yang sejatinya kita cari dalam bentuk keberkahan dan lapis-lapisnya, yang dapat ditemui dalam teladan pribadi rasulullah, sahabat serta keluarganya, juga berbagai tempat, waktu dan amalan yang memiliki keutamaan untuk diberkahi.

Membaca buku ini, membuat saya terhempas membayangkan masa lalu saat rasul hidup hingga kurun waktu sebelumnya, saat doa nabi ibrahim terwujud dalam bentuk hadirnya rasulullah sebagai jawaban doa berusia 4000 tahun. Betapa kecil dan tiada apa-apanya diri ini dibandingkan mereka.

Lalu di bab terakhir, saya merasa diajak bermuhasabah dari pribadi, keluarga, hingga negara. Dan ditutup dengan epilog cantik berjudul Tiada rasa cukup akan berkahMu.

1 comment:

Text Widget