Pages

20 February, 2015

Balok waktu

Jatah waktu hidup kita di dunia, seperti tumpukan balok di foto ini. Berkurang tiap harinya... semakin menipis dan sedikit yang tersisa. Seberapa kuat pun ingin kutahan helai nafas yang berembus... tetap tak mampu memperpanjang masa hidupku yang tergariskan. Dan syukurlah, jatah hidup itu rahasia. Sehingga, tiap harinya aku menebak kapan detik terakhir jantungku berdetak. Seraya memberikan waktuku yang berharga pada mereka yang kusayang.

Selagi masih ada waktu.

Itulah yang membenak, jika aku menghabiskan waktu untuk mengunjungi yang kusayangi.

Selagi masih bisa.

Itulah yang menyeruak di batin, jika aku memberikan telinga untuk mendengar.

Selagi masih hidup.

Itulah yang mewarnai rasa di tiap hariku. Mengeluh, murung, tak apa... tapi tak berkepanjangan. Seperti syair sebuah lagu, murung itu sungguh indah.. melambatkan butir darah. Sesekali, kita perlu.. tak memaksa menjadi orang yang selalu bahagia dan berparas cerah.

Tiap kita, memiliki cara berbeda dalam menyikapi jatah waktu yang menipis. Ada yang merelakan jatah waktunya untuk dinikmati dalam kesendirian. Ada yang menyibukkan diri dalam pekerjaan, menguras habis perhatian dan pikiran. Ada yang berusaha membahagiakan kesayangannya.

Lalu, cara mana yang kamu mau?

Semoga tiap kita sadar akan bekal yang harus disiapkan, sementara waktu semakin tipis. Sebab kita semua menunggu. Menunggu kapan kita pulang.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget