Pages

19 February, 2015

17 februari keempat belas

17 februari keempat belas

Kautahu, aku tak pernah mengingat hari lahirmu. Sebab bagiku, hari lahirmu tak terlalu istimewa. Aku tak mengenalmu sedari bayi. Aku tak seperti ayah ibumu yang begitu mengharapkan kelahiranmu. Tapi, aku selalu mengingat hari wafatmu. Sebab, sepeninggalmu, duniaku berubah.

Mungkin, memang benar bahwa tak penting awal mula, melainkan fokuslah pada akhir. Sehingga kau berproses lebih baik saat menuju akhirmu. Sebab, kau dinilai di akhir hidupmu.

Empat belas tahun sudah, aku merayakan hari wafatmu. Sesibuk apa pun, sebahagia apa pun, saat sadar bahwa aku berada di tanggal 17 februari, suasana hatiku langsung sendu. Terutama bila sedang sendiri. Sering aku merayakan hari wafatmu dengan hujan dari bola mataku. Setegarnya aku, se-maksa-banget pun aku, tetap saja... aku kangen.

Bukan... bukan tak ridha atas kehendakNya.
Bukan... bukan tak ikhlas atas kepergianmu.

Ini semata, kelemahan diriku.

Selalu bertanya, apakah kaubahagia memilikiku sebagai putrimu?
Apakah kaubangga?
Apakah kau...
Apakah kau...

Lalu, masih dengan cara yang sama... aku selalu menuliskan apa yang kurasakan di tanggal 17 februari.

Sayangnya, saat ini aku terlambat dua hari untuk menuliskan. Sebab, anakmu sekarang banyak menanggung beban.

Sayangi dia, Tuhan....
Bapak nomor satu di dunia.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget