Pages

23 August, 2017

Bekal dari Mama

BEKAL DARI MAMA

Mama identik dengan masakannya. Masakan mama selalu yang terlezat. Sebab diramu dengan cinta yang tulus. Disesuaikan dengan selera anaknya. Tiap anak berbeda. Dan mama tahu itu. Mama rela makan dengan lauk sederhana, demi membelikan anaknya daging, ayam, ikan. Padahal anaknya tidak masalah makan apa saja. Tapi mama selalu mau yang terbaik untuk anaknya.

Semakin lama saya tinggal dengan mama, semakin sering saya merasakan cintanya. Sungguh seperti surga. Bangun tidur, sudah disiapkan sarapan, pulang kerja langsung dimasakkan makanan baru. Belum lagi aneka penganan dan cemilan khas. Ada saja makanan SALDI (aSAL jaDI) yang enak dimakan, hasil coba-coba mama. Tak jarang saya dibekali.

Masakan mama adalah candu. Selama ada mama di rumah, saya akan bergegas pulang dan tidak jajan. Justru saya jajan saat mama sedang tak di rumah. Dan seringkali rasanya tetap lebih enak masakan mama.

Teman saya melihat bahwa hal itu tidak baik, membiarkan mama memasak dengan jarinya yang rapuh sementara saya makin malas ke dapur. Tapi ternyata bagi mama suatu kebahagiaan memasakkan makanan untuk anak di usia senjanya. Tentang saya jarang ke dapur, itu semacam apresiasi saya bahwa mamalah ratu di dapur. Saya memberi panggung untuknya. Tapi kalau saya mau masak dan mama minta dimasakkan sesuatu, ya bertukar peranlah. Kami sama-sama tahu dan tidak suka direcoki saat sedang berkarya, lebih baik bekerja sendiri.

Dan sungguh, tidak pernah mama menyusahkan saya. Bahkan saya yang sering menyusahkannya. Jadi, permintaan agar ia ditemani di usia senjanya menurut saya sangat wajar. Bukan pemberat hingga saya belum menikah. Saya hanya perlu bersabar untuk dipertemukan dengan dia yang paham peran ibu dan agama dengan menyeluruh.

Bagi saya, mama selalu menjadi cinta sejati saya. Cinta yang mencukupkan fisik saya dengan makanan dan jiwa saya dengan agama serta teladan. Dan saya mau menjadi ibu yang bisa sehebat mama saya!

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget