Pages

12 October, 2016

[Review buku] Jodoh

Judul: Jodoh
Penulis: Fahd Pahdepie
Penerbit: Bentang
Dimensi: x + 246 hlm, 20.5 cm, cetakan keenam mei 2016
ISBN: 978 602 291 118 0

Untuk mereka yang bertanya-tanya tentang jodoh. Buat mereka yang punya cinta yang panjang untuk jodoh yang pendek. Demikianlah, cinta selalu membutuhkan ketidaksempurnaan untuk membuktikan kesempurnaannya.

Untaian pembuka yang manis. Untuk sebuah kisah lelaki dan perempuan yang berusaha menjawab pertanyaan utama dalam novel ini: Apa itu jodoh?

Tokoh Sena dengan idealismenya yang cukup 'keluar jalur' nilai hidupnya di pesantren menjalin hubungan dengan Keara, gadis yang dicintai sejak kali pertama Sena mengenal cinta. Rentang waktu lama dari sekolah dasar hingga berusia 23 tahun membuat mereka bertanya-tanya apakah mereka berjodoh? Bagaimanakah konsep jodoh itu?

Melalui narasi khas Fahd, pembaca diajak berpikir dan merumuskan kembali konsep jodoh. Berawal dan memang banyak menukil puisi yang termaktub di "Hujan bulan juni" karya Sapardi Djoko Damono cerita mengalir dengan kalimat puitis. Alur maju mundur dengan sudut pandang orang pertama (aku). Diselingi sudut pandang orang kedua berupa surat Keara.

Menurut saya, ini novel fahd yang sangat ringan dibanding yang sebelumnya. Meski tetap ada filosofi mendalam, tapi mudah dicerna dan jalan ceritanya pun tertebak dari awal. Sayangnya saya merasa fahd agak berlebihan mengutip puisi SDD dan kalimat penulis hebat lainnya seperti Haruki Murakami "seperti tak ada kalimat yang sempurna, tak pernah ada kisah cinta yang sempurna" (h.89) dan Eka kurniawan "seperti rasa dendam, rindu juga harus terbalaskan"(h.123) sehingga seperti kurang-fahd-banget!

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

"Jarak memang ditakdirkan untuk menebalkan rindu." (H.85)

"Aku akan tinggal di mana pun bersama orang yang akan membuatku bahagia. Di mana pun itu!" (H.95)

"Cintaku kepadamu hari ini selalu lebih besar daripada kemarin, meski tak akan sehebat esok hari." (H.106)

"Ada dua jenis kerinduan. Kerinduan pertama karena kita pernah merasakan sesuatu dan kita menginginkannya kembali. Kerinduan kedua karena kita tak pernah mengalaminya dan benar-benar ingin merasakannya, setia menunggu dalam penantian yang lugu.
Aku memilih yang kedua." (H.194)

Meta morfillah

1 comment:

  1. Saya justru kurang suka dengan buku ini. Saya hanya bisa ngasih 2 bintang saja untuk buku ini.

    https://bukuhapudin.blogspot.co.id/2016/08/buku-jodoh-by-fahd-pahdepie.html

    ReplyDelete

Text Widget