Pages

27 April, 2015

Kebohongan anak bunda

Bunda sering berbohong pada anaknya, mengatakan sudah makan padahal belum makan.

Bunda sering berbohong memiliki uang, padahal sedang tak punya uang sepeser pun.

Bunda sering berbohong bilang bahwa dirinya bahagia, padahal hatinya sedang sedih.

Bunda sering berbohong bahwa dirinya tak takut dan kuat, padahal ia begitu ketakutan setengah mati dan rapuh.

Tahukah bunda, bahwa aku belajar menjadi sepertimu?

Aku pun sering berbohong pada bunda.
Bilang aku sudah makan, padahal belum. Agar bunda lahap memakan makanan yang kubawakan tanpa perlu memikirkanku.

Aku pun sering berbohong pada bunda.
Bilang bahwa uangku masih banyak di ATM. Agar bunda menerima uang bulanan yang kuberikan sekadarnya, tanpa tahu aku hanya memiliki uang pas-pasan untuk ongkos.

Aku pun sering berbohong pada bunda.
Bilang bahwa aku bahagia, tak sakit hati, dan tak pusing soal cinta. Agar bunda tenang, tanpa perlu terganggu air mataku lagi.

Bukankah ini lucu, Bunda?
Kita sama-sama sering berbohong demi kebahagiaan masing-masing. Meski itu menyakiti diri kita sendiri.

Tapi Bunda...
Apakah kebohongan seperti ini diperbolehkan terus-menerus? Kadang, aku khawatir... apakah kebanyakan wanita suka berbohong seperti kita? Hingga Allah menjamin bahwa bahan bakar neraka adalah batu dan wanita. Apakah karena kebohongan seperti ini, Bunda?

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget