Pages

08 April, 2015

Film Theory of Everything

Film yang mengisahkan hidup Stephen Hawking dari remaja hingga tua, berusia 72 tahun. Sisi romantis dan humanis begitu dalam saya temui. Dari film ini saya belajar memaknai lagi cinta dengan makna sederhana namun dalam. Cinta adalah komunikasi.

Ada suatu kalimat bijak berbunyi "Carilah pasangan yang asyik diajak ngobrol. Sebab saat tua nanti, saat kalian sudah tak bisa melakukan apa-apa lagi, kalian hanya bisa menghabiskan waktu dengan mengobrol."

Seperti Jane saat mengenal Hawking dan berani mengambil keputusan menikahinya, meski Hawking divonis hanya mampu bertahan dua tahun. Jane sangat mengenali Hawking, dia mampu memahami apa yang ingin Hawking katakan. Di sanalah cinta menguat. Komunikasi mereka, saling mengerti. Lalu, cinta bisa berubah seperti hukum kekekalan energi. Cinta tidak hilang, melainkan berubah bentuk.

Saat Jane sadar, bahwa dia butuh lelaki normal yang mampu menemani dan membantunya menanggung beban hidup yang cukup menyesakkan. Namun dia tetap setia pada Hawking. Cintanya mulai berubah... pada Hawking, ia tak bisa kehilangan. Ia mencintainya. Meski ada cinta lain juga untuk Jonathan.

Lalu, saat kehadiran Elaine yang dengan cepat mampu memahami komunikasi Hawking yang begitu terbatas. Hawking tahu, bahwa cintanya pada Jane yang begitu besar harus sepadan dengan besarnya kekuatan untuk melepaskan Jane dari sisinya. Sebab, ada hal-hal yang tak mampu ia penuhi. Dan sudah ada Elaine yang mampu membantunya dalam berkomunikasi. Jane pada akhirnya menemukan kebahagiaan bersama Jonathan. Meski cintanya pada Stephen Hawking tetap ada, dan cinta itu berubah menjadi rasa sayang sebagai sahabat.

Jadi... siapakah yang mampu memahamimu dengan baik? Mampu kauajak berkomunikasi dengan asyik? Mungkin dialah cintamu...

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget