Pages

19 January, 2015

Cerita Farewell Kak Bedul (Bubarnya kerajaan R&D)

Hai Kak Bedul,

Jalan-jalan yuuuk…

Aku punya tempat asyik buat dikunjungi! Saat kamu membuka pintunya, kamu akan tertarik dan hidupmu akan jadi bagian darinya. Pun dia, akan jadi bagian dalam hidupmu. Bisa jadi porsi besar dalam hidupmu.

Mari… kita masuk ke dalamnya!

Akan kuceritakan sebuah dongeng…


Dulu, di tempat ini ada sebuah kerajaan bernama Research & Development. Kerajaan itu dipimpin oleh empat kakak beradik. Kakak pertama, wanita bernama Lili, memimpin bagian timur yang cerah tersirami cahaya matahari terbit. Kakak kedua, wanita bernama Oche, memimpin bagian barat yang sejuk bermandikan cahaya matahari terbenam. Kakak ketiga, satu-satunya lelaki bernama Bedul, memimpin bagian utara yang dingin dan penuh misteri. Terakhir, adik bungsu bernama Meta, memimpin bagian selatan yang walau pun ada kehidupan, tapi jarang yang mau mendatangi.



Kehidupan di kerajaan itu begitu aman, damai, dan tenteram. Meski ada beberapa masalah yang menghadang, kerajaan itu bisa melaluinya dengan baik karena banyak penasihat dan teman-teman kerajaan yang mendukungnya.




Hingga sebuah keputusan besar datang dari kakak pertama di bulan kesembilan tahun dua ribu tiga belas. Kakak pertama harus meninggalkan kerajaan, demi ekspansi ke timur dalam. Kemungkinan untuk kembali ke kerajaan begitu tipis. Ketiga saudaranya merasa sedih, namun tak kuasa menolak takdir. Sebelum pergi meninggalkan kerajaan, kakak pertama pun mengubah dirinya menjadi wanita dewasa yang utuh. Kakak pertama menggunakan hijab untuk melindunginya dari ancaman di luar kerajaan. 



Sebuah foto diabadikan bersama penasihat kesayangan mereka, bernama Mba Yani (tapi fotonya error di blog ini).


Kehidupan di kerajaan pun berlanjut, meski agak tergoncang karena tidak ada lagi yang memimpin bagian timur. Tiga saudara yang tersisa harus mulai memback-up apa yang ditinggalkan kakak pertama. Belum pulih luka mereka, sebuah ujian kembali hadir. Kakak kedua memutuskan meninggalkan kerajaan, dua bulan berselang dari kepergian kakak pertama. Lagi-lagi, ekspansi kerajaan menjadi alasannya. Dua saudara yang tersisa, hanya merayakan kepergiannya dalam diam. Mereka berdua sama-sama dingin dan tak tahu bagaimana menyikapi kepergian. Perlahan, aura kerajaan terpengaruh dinginnya aura pemimpin utara dan selatan. Raja Bunaiya melihat perlu ada pengganti untuk wilayah timur dan barat. Sehingga masuklah beberapa orang baru, yang tidak terlalu mampu memenangkan hati dua saudara yang tersisa. Raja Bunaiya pun mengajak dua saudara yang tersisa untuk rekreasi ke Pantai Anyer.











Rekreasi itu cukup menghibur dua bersaudara yang tersisa. Saat kembali ke rutinitas, mereka sudah mampu bersikap seperti biasa. Walau mungkin keduanya menyembunyikan rasa kehilangan, namun itu tak tampak, karena sikap dinginnya mereka.

Nyatanya, kepergian kedua saudaranya mempengaruhi dua saudara yang tersisa. Terutama pada si bungsu, pemimpin selatan. Suasana hatinya seringkali berubah cepat seperti cuaca. Dan itu berakibat pada hubungannya dengan kakak ketiga. Bungsu yang manja itu, tak leluasa mengganggu kakak lelaki satu-satunya. Ia sedih, kehilangan teman bicaranya. Sebab, tak semua hal bisa ia diskusikan pada kakak lelakinya tersebut. Ia mulai memendam masalah yang ia hadapi sendirian. Hubungan mereka pun sempat tak baik beberapa minggu. Saling asyik sendiri. Tapi, tak semua penghuni kerajaan tahu. Saat bersama, mereka terlihat baik-baik saja.




Hubungan mereka mulai baik kembali, setelah ada pertemuan khusus yang dirancang dengan mengundang kembali kakak pertama dan kedua. Bungsu mulai belajar melepaskan dan tak mengharapkan kembali kedua kakaknya tersebut. Ia berjanji dalam hati, bahwa akan mandiri, tidak manja, dan dapat diandalkan bagi kakak lelaki satu-satunya.




Beragam ujian mulai menguji kekompakan dua bersaudara yang tersisa. Satu per satu, mereka mampu lalui, meski ada beberapa hal yang tak terselesaikan dan mungkin memang tidak akan pernah selesai. Namun, selagi ada kakaknya, bungsu merasa semua bisa terlewati. Kadang, kehadiran atau sekadar ada, tanpa perlu melakukan apa-apa, adalah sebuah dukungan yang amat berarti dan besar untuk seseorang. Begitulah, kerajaan menghadapi hari-harinya.

Mereka menghibur diri dengan jalan-jalan…




 Melakukan hal konyol…




Sampai mengekspresikan kegilaan mereka yang mulai jenuh dan kesepian…

Saat kekompakan mulai terjalin, nyatanya Tuhan menakdirkan lain. Kakak ketiga pun harus pergi meninggalkan kerajaan, yang lagi-lagi alasannya demi ekspansi. Bungsu yang sudah mengalami dua kehilangan, kini tak bisa lagi tinggal diam. Saat kakak lelakinya pergi, ia pun memutuskan untuk pergi juga dari kerajaan.







Mungkin, kamu bertanya-tanya… lantas bagaimana akhir dongeng ini? Apakah akan berakhir bahagia, ataukah sengsara? Haha… sayangnya, aku pun tak tahu. Sebab, dongeng ini masih berjalan, dan dituliskan melalui jejak-jejak hari ini.

Dari rangkaian itu…

Aku hanya ingin mengucapkan, “Selamat menempuh hidup baru, Kak Bedul. Terima Kasih telah menjadi partner kerja yang baik, bersabar dan mengalah pada adik kecil yang manja, penuntut, dan banyak maunya ini.”

Sengaja tak kuisi semua halaman album ini, silakan dilanjutkan ceritanya… sekreatifmu.
So, I don’t wanna say “Good bye”…  I prefer to say, “See you again…”


Sincerely yours,
Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget