Pages

06 August, 2014

Ketakutan dalam kesempurnaan?

Denganmu, hidupku nyaris sempurna...
Tapi akunya saja yang terlalu takut.


Itukah jawabannya?
Mendapati kesempurnaan saat bersamamu, malah membuat hatiku mengerut. Takut. Takut bahwa ini semua hanyalah mimpi. Tapi, setelah kucubit pipiku... Sakit. Rasa sakitnya senyata dirimu yang ada di hadapanku.

Memang, seperti inilah yang kuimpikan. Namun ketika kudapatkan semua yang kuinginkan, lantas ketakutanku muncul. Apakah ini benar? Tidakkah ini terlalu fatamorgana? Bukankah hidup tidak akan pernah sempurna? Di mana retakan itu? Di mana... Di mana? Kucari-cari celamu, tapi tak kutemukan. Inikah yang disebut manusiawi? Terlalu banyak keinginan, namun ketika semua keinginannya terpenuhi, ia tetap saja tak percaya, dan menginginkan ketidakpengabulan akan mimpinya.

Sayangnya, untuk sebuah rasa, yang begitu abstrak dan tak mewujud, kita tak bisa meminta bantuan seperti phone a friend, fifty-fifty atau ask the audience. Untuk menjawab keraguan tersebut, terkadang kita membutuhkan jarak, seperti spasi saat mengetik. Untuk menegaskan, apakah rasa ini akan semakin membesar ataukah memudar? Tentunya, tak lepas akan peranan sang waktu yang menguji kualitas.

Jadi, kamu yang nyaris membuat hidupku sempurna, atau akunya yang memang terlalu takut?


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget