Pages

11 August, 2014

7 Surga

Kumandang cinta bergema hingga ke hati
Lafaz-lafaz asmara memanggil jiwa yang rapuh
Rapuhnya aku kau maha tahu
Pagi, siang, malam dunia yang kutuju
Saat kujatuh baru kusadar kaulah segalanya

Kubaca firmanNya, yang mengumandangkan cinta hingga ke hati. Diajaknya aku bercengkerama melalui kata demi kata. Lafaz-lafaz asmaraNya memanggil jiwa yang merapuh. Segala jawaban, janji dan kepastian penunaian ada di dalamnya. Permasalahannya, terletak pada aku. Seberapa besar keyakinanku dan kepasrahanku untuk tunduk pada janjiNya? Seberapa lebar bentang kesabaranku yang diuji olehNya melalui waktu? Sedangkan, aku sebagai manusia seringkali tercipta tergesa-gesa dan menagih. Menuntut apa yang kukira hakku, setelah kurasa telah kutunaikan kewajibanku. Padahal, tak seperti itu... Tidak seperti itu penilaianNya.

Rapuhnya aku, Dia maha tahu. Semua yang kupendam dalam dada, dengan mudah Dia keluarkan, bila Dia mau. Berkat kasihNya, masih ia jaga dan simpan rapi segala hal yang tersembunyi di balik bibir. Sering kali, aku terlupa akan keberadaanNya, sebab terlalu asyik dengan perkara dunia. Menduakannya dengan pekerjaan, sahabat, kesenangan belaka, makanan-makanan lezat, tontonan melenakan dan sebagainya. Lalu, ketika hatiku jatuh dan membentur tembok kelam, barulah kusadari lagi keberadaanNya.

Tuhan, kuangkat kedua tanganku
Sudikah Engkau menerima cintaku
Berdarah-darah akan kutempuh
Menggapai tarikat cintaMu
Tujuh surga pun aku tak pantas
Menerima diri yang bersimbah dosa
Kuharap cinta dan ampunanMu
Setinggi arasyMu seluas semesta cinta

Maka, saat kesadaran itu datang...
Bahwa aku hanyalah segumpal darah yang akan kembali ke tanah, disambut selimut kepekatan, dan akan kembali pada ketiadaan. Seketika ketakutan hinggap bersarang dan menggetarkan sekujur badan. Untuk apa? Untuk apa aku ada di dunia? Akan seperti apa? Akan seperti apa aku meninggalkan dunia? Setelah kematian, akan menjadi apa aku ini?

Bila neraka dan surga nyata adanya, aku demikian takut. Takut bahwa ketujuh surgaNya tak pantas kutinggali. Bahwa semua amalanku bisa saja seketika sia-sia, seperti debu yang tertiup angin. Tak berbekas. Tak kutahu, apakah akan menetap, apakah aku mampu beramal dengan ikhlas mencari ridhaNya, bukan semata riya', atau sekadar merasa kewajiban belaka yang bila ditunaikan, lantas aku merasa aman dari siksaNya.

Benarkah aku cinta padaNya? Benarkah aku jauh mencintaiNya melampaui makhluk-makhlukNya?
Pantaskah diri yang berlumur dosa, berupaya memaksa hingga berdarah-darah, memasuki salah satu di antara tujuh surgaNya (Firdaus, 'Adn, Naim, Ma'wa, Darussalam, Darul Muqamah, & Darul Qarar)?
Bila bukan padaNya, pada siapa lagi aku berharap? Semoga cintaNya setinggi arasyNya, hingga mampu mengangkatku dari lembah kehinaan. Semoga ampunanNya, seluas semesta, hingga mampu memaafkan diri yang seperti noktah bagiNya.


*cerita lirik lagu edcoustic - 7 surga


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget