Pages

06 August, 2014

Masihkah aku akan beriman?

Sering kali, setiap aku akan tidur, terlintas pertanyaan "Tuhan, akankah aku masih beriman padamu, saat aku terbangun nanti? Akankah di akhir usiaku, aku masih menjadi hambamu?"

Terbersit rasa takut yang amat dahsyat, bagaimana bila tidak? Bagaimana bila aku tidak lagi menjadi hambaNya? Bagaimana bila di akhir usiaku, aku malah menjadi musuhNya, hanya karena sering dikecewakan makhlukNya? Bagaimana? Bukankah semua yang kulakukan pada nantinya, hanyalah kesia-siaan belaka? Siapa yang dapat menjaminkan hal tersebut untukku? Menjaminkan... Bahwa segala hal yang kulakukan bukanlah kesiaan. Sedangkan, godaan dalam beribadah begitu banyak. Celah-celah riya' dan sombong semakin menyeruak lebar. Walau kadang, tak pernah ada niatan untuk itu... Tapi pujian sering kali menyesatkan dan membelokkan arah niatan. Niat awal, mengajak kawan ke arah kebaikan, menujuMu. Sebab, surga begitu luas, maka ingin sekali diri ini mengajak yang disayanginya untuk masuk semua ke sana. Tapi, postingan tulisan, status, di beragam media sosial malah bisa menjadi bumerang. Disangka riya', pamer, lalu ada komentar pujian yang menggoda sombong untuk melekat di hati, merasa diri lebih baik amalan dan ibadahnya dibanding yang lain. Seketika, niat pun berubah. Naudzubillah...

Dalam upaya pencarianku terhadap diriMu, semakin aku mendekat, semakin besar rasa takut ini Tuhan. Pernah kudengar sebuah kisah... Tentang fulan dan amalannya.

Fulan begitu rajin beribadah, hampir tak ada cela. Hingga malaikat merasa kagum padanya. Lalu saat hari pengumpulan amal, malaikat membawa pahala amalan-amalan si fulan. Menembus tujuh langit dan masing-masing malaikat penjaganya. Semua malaikat di tiap langit meloloskan pahala amalan si fulan, dan meyakini bahwa fulan pantas mendapatkan surgaMu. Namun, ketika amalan itu sampai di hadapanMu, Engkau bahkan tak sudi melihat amalanNya, dan menyuruh malaikat memasukkan si fulan ke dalam neraka. Tentu saja, malaikat bingung dan bertanya mengapa si fulan harus dimasukkan ke neraka. Dan apa jawabMu?
"Boleh saja amalan-amalan itu menipu kalian, para malaikatku. Tapi sesungguhnya, aku maha mengetahui. Apa yang disembunyikan dalam hati si fulan. Hanya aku dan si fulan yang tahu apa dasar dari niat si fulan melakukan amalan-amalan itu."

Ya Tuhan... Sungguh, menyeramkan mendengar cerita itu. Semua amalan menjadi kesiaan hanya karena niatnya yang ternoda. Lalu, bagaimana dengan amalanku? Yang masih jauh dari ilmuMu. Masih bodoh dan kadang mengikuti apa yang menurut orang baik. Bagaimana dengan amalanku yang belang-blentong, menuruti syahwat, fluktuatif, naik-turun bagai pesawat. Bagaimana dengan amalanku yang kadang masih mengharapkan balasan sesuai keinginanku, bukan mencari ridhaMu. Bagaimana dengan amalanku yang belum mencapai rasa tertinggi, nikmat beribadah padamu. Bagaimana, bila aku tak lagi memiliki waktu untuk memperbaikinya? Sebab gelap pekat tak berdasar keburu menjemputku. Bagaimana bila aku mati dalam akhir usia dan dalam keadaan tak lagi menjadi hambaMu? Naudzubillah...

Tuhan, sang pemilik dan pembolak-balik hati... Maka kutitipkan hatiku padaMu. Siapa lagi yang mampu menjaminkan semua hal itu, bila bukan Engkau, sang penciptaku? Boleh saja makhlukMu banyak yang mengecewakan, tapi... Engkau tak akan pernah mengecewakan, bukan? Semoga... Aku bukan termasuk hambaMu yang bodoh, yang banyak jumlahnya namun tak berarti... Seperti buih di lautan.

Yaa rahman, yaa rahiim, yaa ghafuur...
Perkenankanlah muhasabahku ini sebagai pengingatku di masa-masa yang akan datang. Bila aku hendak menduakanMu, melenceng dari jalanMu, maka jadikan tulisan ini penampar pertamaku, sebelum tertampar azabMu. Aamiiin.


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget