Pages

30 April, 2013

Gadis & Hujan


Sumber : google

Hujan menyambut gadis berkerudung merah itu ketika sang gadis menjejakkan kakinya di aspal. Tersenyum sang gadis bertanya, “Apa kabar langit hari ini?”
“Hmm..pertanyaan retoris.” Hujan tersenyum lalu melanjutkan, “Kau pasti sangat tahu apa kabar langit hari ini. Karena ia sama seperti suasana hatimu.” Hujan memandang tajam mata gadis itu.
“Huuf,,,tak bisakah aku mengelak darimu?”
“Matamu tak bisa berbohong manis. Tentu kau tahu mata adalah cerminan hati. Walaupun kau tersenyum, aku tahu bahwa itu hanya usahamu menjaga airmata agar tak luruh di keramaian.”
“Hujan itu indah ya..”
“Mengapa kau mengelak?”
“Butirannya yang jatuh ke bumi sangat syahdu. Terutama kala petang seperti ini. Bermandikan cahaya lampu dari sorot lampu kendaraan dan lampu jalanan. Berkilau seperti permata tertimpa sinar.”
“Gadis,,ceritakanlah..”
“Kau tahu kaleidoskop? Itulah yang kulihat sekarang terhadap dirimu. Kau Nampak indah dari berbagai sisi, berbias di mataku yang tak sempurna..”
“bias itu karena air matamu yang telah menggenang di pelupuk matamu gadis. Ada apa denganmu hari ini? Tak maukah kau berbagi denganku lagi?” hujan mendesak.
Hening.
Hujan melihat tak ada hasil dari desakannya. Hujan pun tak mau mengganggu ketenangan sang gadis. Ia pelankan deras tubuhnya, berubah menjadi gerimis lalu perlahan ia pergi. Meninggalkan sang gadis berkerudung merah dengan payung birunya. Sang gadis menutup payungnya dan berbisik lirih “Maafkan aku Hujan..”


meta morfillah
21 September 2010 M/12 Syawal 1431 H
8 : 00 PM 

No comments:

Post a Comment

Text Widget