Pages

16 October, 2016

[Review buku] Sehidup sesurga

Judul: Sehidup sesurga
Penulis: Fahd Pahdepie
Penerbit: PandaMedia
Dimensi: x + 210 hlm, 14 x 20 cm, cetakan pertama juni 2016
ISBN: 978 979 780 845 7

Menikahimu,
Aku ingin melakukannya sekali saja.
Mencintaimu, aku ingin bersamamu selama-lamanya.
Sehidup, sesurga. (H. 1)

Bahwa cinta tidak terbatas pada ajal. Cinta bisa menembus kehidupan sesudah mati, surga. Begitulah buku ini hadir. Dengan keyakinan penulis terhadap agama yang dianutnya, bahwa pecinta akan dikumpulkan bersama yang dicintanya. Maka mewujudkan hal itu, adalah dengan menjadi pecinta hebat yang berpikiran jauh hingga akhirat. Lalu, apa saja yang harus dilakukan untuk menjadi pecinta hebat itu?

Ada banyak hal, filosofi, sudut pandang dan pembelajaran dari kisah-kisah keseharian yang mungkin luput untuk kita perhatikan. Itulah yang dikisahkan dalam buku ini. Bagaimana memaknai kisah sederhana yang sering kita alami dengan "kacamata baru". Penulis cukup lihai mengemukakan persepsi dari sudut pandang baru. Terasa lebih jujur karena ini adalah pengalaman. Pengalaman berumah tangga tujuh tahun dengan dua orang anak lelaki.

Terbagi menjadi 8 bab dengan judul:
1. Apakah engkau sudah siap untuk menikah?
2. Mengatur langkah setelah menikah
3. Membangun rumah, menyusun tangga
4. Musuh dalam satu selimut
5. Mencicil surga dengan bait-bait doa
6. Sebab tak ada pernikahan yang sempurna
7. Belajar dewasa dengan menjadi orangtua
8. Menjaga harta yang paling berharga

Menariknya, setiap pergantian bab disertai dengan tulisan kontemplasi berupa surat dari penulis untuk istrinya atau nasihat dan ada gambar ilustrasi yang manis.

Beberapa tulisan pernah dipublish di facebook penulis dan saya sering mengelike tulisan tersebut.

Memang sejak menikah, tulisan fahd agak berbeda dengan dahulu, kala masih bernama pena Fahd Djibran. Rasanya lebih bijak, matang, dan mau belajar memakai "kacamata" yang berbeda di tiap harinya. Terlihat bahwa menikah membelajarkan pelakunya menjadi lebih baik.

Ada beberapa typo dan kisah yang menurut saya kurang pas mengikuti alur.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"Tentang waktu, apa yang mesti kita risaukan? Bukankah hari ini adalah esok yang kemarin pernah kita cemaskan itu? Maka, tenang saja." (H. 4)

"Sebuah teori bahwa di antara dua orang yang ketakutan, yang mengatakan 'jangan takut' justru adalah orang yang paling merasa takut." (H. 45)

"Perempuan tipe ENFP berdasarkan 16 kepribadian MBTI hanya 7% saja di dunia. Orang jenis ini 'smart' karena selalu penuh rasa ingin tahu. Perhatian. Penuh energi. Pandai berempati. Punya kemampuan komunikasi di atas rata-rata. Tahu cara untuk bersenang-senang. Dan yang paking penting: mereka adalah jenis teman yang hebat!" (H. 55, tes MBTI saya ENFP hehe)

"Hanya karena seseorang tidak mencintaimu seperti cara yang kamu inginkan, tidak berarti ia tidak memberikan segala yang terbaik yang dimilikinya untukmu!" (H. 107)

"Jika aku menuliskan banyak kata cinta untukmu, itu tak berarti kamu beruntung. Itu berarti aku bangga. Jika aku mencintaimu, aku hanya perlu membuktikannya pada dirimu. Namun, jika aku bangga mencintaimu, aku harus membuktikannya kepada semua orang." (H. 185)

"Sediakanlah ruang dalam diri kita untuk memahami bahwa takdir adalah akibat. Maka mari kita ciptakan sebab-sebab yang baik untuk akibat-akibat lain yang lebih baik. Tuhan dan semesta tak pernah berhenti bekerja, kan?
Nasib kita tidak ditentukan apa kata orang. Maka jangan melulu ikut kerumunan. Kebenaran lebih sering berada di luar kerumunan dan pendapat banyak orang." (H. 205)

Meta morfillah

1 comment:

  1. Belum baca buku ini. Namun, gara-gara membaca buku penulis yang berjudul "Jodoh", saya belum ada ketertarikan membaca bukunya yang lain. Atau ada bukunya yang serupa novel? Mungkin saya akan membacanya. :)

    ReplyDelete

Text Widget