Pages

22 December, 2014

Tentang Film "The Heirs"

Ketaksengajaan menonton film The Heirs hari Sabtu lalu membuat saya penasaran. Film itu diputar di RCTI dari pukul 12.00 hingga 16.30, yang ternyata baru 3 episode dari 20 episode. Seperti biasa, bila saya sudah penasaran, hal yang saya lakukan adalah googling. Mencari sinopsisnya. Yup, saya lebih suka membaca sinopsis, dibanding menonton filmnya. Selain menghemat waktu, dengan membaca, imajinasi saya jauh lebih luas dibanding menonton filmnya. Dan bravo! Saya dapatkan sinopsis yang menurut saya sangat lengkap, dan ada cuplikan foto adegan, yang sangat membantu saya memvisualisasikan apa yang saya baca. Ini linknya (Thank so muuuaaaachh for this blog! Really appreciate!):


Awalnya, saya tak sengaja ‘menemukan’ film ini, karena sedang gonta-ganti channel televisi. Adegan yang membuat saya ‘betah’ dan melanjutkan film ini adalah karena ibunya Eun Sang yang bisu dan berbicara dengan bahasa isyarat. Ya, saya agak sedikit peka bila menonton film-film di mana ada tokohnya yang disabilitas. Ditambah karakter tokoh utamanya (Eun Sang), begitu kuat dan begitu lemah. Gadis muda yang miskin, namun berusaha kaya dengan bekerja part time sebanyak-banyaknya, hingga lupa bersosialisasi. Teman terdekatnya hanya satu, lelaki. Belum lagi adegan ketika pacar teman lelakinya cemburu dan menyatakan dengan jelas ketidaksukaannya pada Eun Sang. Hal itu cukup ngejlebb bagi saya. Yup, ada satu episode yang mirip dalam hidup saya. Persis seperti itu. sayangnya, persahabatan saya tidaklah sekuat Eun Sang dan Chan Young. Maka tak heran, bila persahabatan lelaki dan wanita memang selalu dicurigai, dan jarang yang bertahan lama. Biasanya akan kalah dengan pasangannya… haha (curcol!)

Setelah membaca habis sinopsisnya (bayangkan, dari pukul 17.00 hingga 02.00 pagi saya menamatkan membaca sinopsis 20 episode tersebut), saya mendapatkan banyak pelajaran dari film itu.

1.       Adegan saat Eun Sang ingin pergi ke Amerika menyusul kakaknya, dan meninggalkan ibunya sendirian. Menunjukkan pada saya, betapa mudahnya meninggalkan keluargamu yang disabilitas, saat kamu mampu berdiri sendiri dan ingin meraih mimpimu.
Sungguh, mudah membuang orang yang membuat kita malu (adegan saat Eun Sang menyuruh ibunya menulis di HP, daripada berbahasa isyarat. Sebab ia malu, bila ketahuan ibunya bisu). Tapi, apakah kautahu arti hidup mereka untukmu? Mengapa kautak coba bertahan bersama mereka. Sebab, lari akan selalu mudah dibanding menjejak. Semoga tak semudah itu menyerah lalu denial.
2.       Pada akhirnya, kita tetaplah berjuang sendirian. Mencoba bertahan di atas kaki sendiri. Jangan pernah mengharapkan bantuan atau perbaikan nasib dari orang lain, meski orang itu begitu dekat dengan kita. Sebab, yang ada hanyalah kecewa. Seperti Eun Sang yang berharap besar pada kakaknya, agar kakaknya sukses di Amerika dan pulang membawa uang banyak. Nyatanya, kakaknya berbohong dan tak dapat diandalkan.
3.       Dia yang memakai mahkota, harus menanggung beban mahkotanya. Entah itu mahkota kesejahteraan, ketenaran ataukah cinta. Untuk Kim Tan dan Eun Sang, mereka memperjuangkan mahkota cinta mereka. Mereka berhasil, dengan mengorbankan banyak hal. Untuk Won, dia berjuang demi mahkota puncak kesuksesannya. Dia pun berhasil, dengan mengorbankan cinta dan perasaannya pada Hyun Joo, dan menangis tiap malam.
4.       Keberhasilan cinta Kim Tan dan Eun Sang, sangatlah ditentukan pada usaha Kim Tan, yang gigih memperjuangkan Eun Sang. Ya, meski pada akhirnya mereka saling memperjuangkan, namun pada awalnya terlihat jelas usaha lelaki dalam meraih wanita impiannya. Saat Eun Sang meragu, dan tahu diri bahkan skeptis dan menyerah pada keadaan, Kim Tan berkali-kali mendobrak batasan keadaan dan jatuh bangkit berkali-kali, membuat Eun Sang menyadari bahwa Tan begitu sungguh-sungguh menginginkannya. Menimbulkan keberaniannya, hingga ia yang tadinya lari, melepaskan dengan berat, kembali memperjuangkan dan menghadapi dunia dengan berani. Yaa… mungkin itulah perbedaan sangat jelas, ketika seorang lelaki sudah menginginkan sesuatu, apa pun akan ia hadapi. Usaha Kim Tan ini yang berkali-kali membuat saya terenyuh.

Sebenarnya, masih banyak yang saya dapatkan. Tapi, saya ingin menyimpannya sendiri. Untuk menutup tulisan ini, saya ingin mengikuti kata-kata Kim Tan dan Eun Sang saat membayangkan masa depan mereka. Beginilah bunyinya, (tentunya saya modifikasi, sesuai keinginan saya… hehe)

Sepuluh tahun dari sekarang, aku akan mengadakan pesta di rumah. Aku akan mengundang kamu, juga dia, dan orang-orang yang pernah, bahkan masih ada dalam hidupku.

Seharusnya, sepuluh tahun dari sekarang, kita sudah sembuh dari luka. Kamu dan dia sebaiknya datang, tunjukkan bahwa kita sudah mampu mengendalikan perasaan, mengatasi luka. Bahkan, mengenang momen itu dengan tersenyum, menertawakan hidup yang sesekali perlu ditertawakan.

Yaa... sepuluh tahun dari sekarang, kuharap kita semua bahagia. Bahagia dengan versi kita masing-masing.

Kutunggu kedatangan kalian di pestaku

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget