Pages

07 July, 2014

Laskar langit

"Jangan panggil mereka anak yatim, bisa membuat mereka minder. Biasakan dari sekarang, kakak-kakak relawan memanggil mereka 'Laskar Langit'. Mengapa? Karena mereka adalah ciptaan Allah yang berjuang demi kehidupannya sendiri di bumi Allah, dan disayang Allah."

Laskar langit. Baru saya paham mengapa sebutan itu muncul saat rapat akbar #BukaBersamaAkbarPAY2014 tadi siang. Apa yang dikatakan Bang Zar, salah satu founder komunitas Pencinta Anak Yatim (PAY) itu memang benar. Saya sendiri mengalaminya saat SD kelas enam hingga SMP kelas tiga. Ya, saya yatim semenjak 17 Februari 2001, usia 11 tahun. Semenjak itu, saya sering kali mendapat sebutan anak yatim serta pandangan iba dari yang melihat saya.

Kamu tahu, risih sekali rasanya dipandang seperti itu, ketika saya merasa bahwa hidup saya tetaplah baik-baik saja karena saya masih memiliki mama. Lebih risih lagi, ketika banyak undangan beserta santunan atas nama saya. Tertera "santunan anak yatim". Saya sering menolak. Bukannya sombong, tapi saya merasa cukup beruntung dan tidak pantas menerima itu semua. Begitu kata mama saya. Tapi pengurus masjid serta panitia selalu memaksa saya hadir. Undangan itu kian membanjir di bulan Ramadhan. Saya semakin sering mendatangi pintu-pintu rumah mewah, dari orang kaya biasa sampai orang kaya artis yang memanggil anak yatim. Makanannya enak-enak, uang santunannya besar. Tapi, saya tidak suka. Jujur saja, saya merasa itu semua hanya tempelan. Saya malah benci, kenapa mereka hanya memanggil anak-anak yatim ketika event, misal Ramadhan. Mengharap doa-doa kami panjang lebar, dengan sebungkus makanan dan seamplop uang. Saya pribadi sering merasa, mereka tidak berbuat hal itu dari hati. Dan penyebutan "anak yatim" itu semakin membuat saya sedih. Mengingatkan saya tiap kali mendengarnya bahwa saya tidak lagi memiliki bapak.

Sampai saat ini, saya sering bertanya dan miris melihat fenomena itu. Ke mana saja mereka selama bulan-bulan lain selain Ramadhan? Apakah mereka pikir anak yatim hanya makan di bulan Ramadhan? Apakah anak yatim hanya berjaya dan boleh berlebaran saat Muharam, yang selalu dikenal dengan lebarannya anak yatim? Lalu, bulan-bulan lain, memangnya anak yatim itu beruang, yang bisa hibernasi?

Sekarang, saya menemukan sebuah komunitas yang mencintai anak yatim dan duafa non panti. Saya ingin berkontribusi, dan menjadi bagian darinya--berbekal pengalaman hidup saya sebagai anak yatim. Semoga niat baik mereka tetap terjaga, berumur panjang, dan segala programnya diridhai Allah. Aamiiin.



Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget