Pages

12 September, 2014

Selamat berbahagia, kamu

Apa kamu sadar, mengapa aku selalu bersedia memberikan telingaku untukmu?
Sebab, suaramu adalah gelombang bunyi yang kunanti.
Getar nadamu adalah riuh yang kumaui.
Aku seperti pesakitan, dan kamu obatnya.
Mendambamu... Yang selalu sibuk bercerita tentang dia.

Lalu aku mendapatkan undanganmu.
Undangan hujan.
Yaa.. Undangan yang menyebabkan hujan di mataku.
Demimu dan demi rasa yang pernah ada di hatiku, maka aku memenuhi undangan itu.

Di sinilah aku sekarang.
Menyaksikan prosesi temu dua jiwa yang melebur jadi satu.

Detak detik terasa melambat di hati sang putri berkerudung putih. Debar dadanya menanti penyematan cincin di jari manis kiri.
Apa kautahu?
Mengapa cincin diletakkan di jari manis kiri?
Sebab, di sanalah pembuluh dan syaraf yg langsung menuju jantung. Begitu dekat. Perlambang bahwa kamu yg menyematkan cincin itu, selalu dekat dan bagaikan jantungnya. Yang bisa membuatnya mati bila kautak ada.

Lalu kamu...
lelaki nan gagah itu, riak dadamu menjemput perjanjian kokoh yang mengalahkan gunung.

Tuhan.. Sakralnya pertemuan dua insan yang melebur jadi satu.
Kumpulkan yang terserak.
Gemakan manfaat dua menjadi seribu.
Selamat berbahagia... Kamu.


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget