Pages

11 September, 2014

Suara-suara bising dan mimpi yang coba kukenali

Kamu dan Mereka bertanya,

"Mengapa kamu tak menulis lagi?"

"Sudah lama tak kulihat tulisanmu, mana?"

"Ke mana kamu yang dulu menjadikan menulis sebagai semangatmu, nafasmu?"

Aku hanya bisa menjawab,
"Dunia yang sedang aku kenali terlalu lucu, hingga membuatku sibuk menertawakan hidupku."

Lalu kamu bertanya lagi,
"Mengapa?"

Aku menjawab dengan tersenyum.

Kamu bertanya lagi,
"Mengapa?"

Aku menjawab,
"Aku lelah. Hentikan pertanyaan itu. Kamu menyakitiku."

Kamu diam.
Aku juga diam.

Tahukah kamu, rasanya putus asa dalam mencintai?
Menyaksikan hal yang begitu kamu cintai, kini membuatmu tak berdaya. Sebab kamu tak tahu apa lagi yang harus kamu lakukan deminya.

Sungguh, aku ingin sekali memainkan jariku di atas keyboard untuk bercerita. Bercerita dan berbagi tentang apa yang ada di kepalaku. Tapi, beberapa waktu, kepalaku seperti beku. Tak sepatah kata pun mencair darinya. Aku sudah mencoba membukanya, mengeluarkan isinya. Tapi kunci yang kugunakan mendadak tumpul. Aku takut bila memaksakan, malah akan patah. Maka aku diam. Menunggu. Aku pernah mendengar seseorang berkata padaku, bahwa menunggu juga merupakan sebuah penyelesaian. Meski tak mudah. Tapi hal yang tak mudah didapat, biasanya tak mudah dilepas pula.

Aku rindu bermain kata, mencipta duniaku sendiri dengan banyak tokoh di dalamnya. Tokoh-tokoh yang seakan hidup, berbicara, dan menemaniku. Tapi, otakku terasa begitu beku. Aku terlalu lelah untuk kembali melihat kata-kata menjelma kalimat. Seharian aku sudah bergelimang mereka. Walau berbeda tujuan, kepentingan dan bukanlah sesuatu hal yang kusenangi. Mungkin seperti inilah rasanya hidup dengan orang yang tidak kaucintai. Kaumencoba bertahan, walau rasa percaya dirimu meluntur. Asamu berdetak lemah, bertanya-tanya, kapan semua ini akan selesai? Kapan kamu akan menikmatinya, benar-benar jatuh cinta dan rela menjadikannya bagian dari hidupmu?

Hingga akhirnya aku lelah dan diam. Aku sudah malas mengeluh. Sebab, keluhanku bila bisa bicara, kemungkinan ia pun akan mengeluh. Mengapa kamu selalu mengeluhkan hal yang itu-itu saja.

Lantas apa penyelesaiannya?

Aku mengambil jarak. Mencoba mengenali kembali dunia yang sedang kupijak. Meraba-raba, apakah menulis masih menjadi nafasku? Cintaku? Mimpiku?


Meta morfilah

No comments:

Post a Comment

Text Widget