Pages

01 January, 2018

[Review buku] Ayat-ayat cinta 2

Judul: Ayat-ayat cinta 2
Penulis: Habiburrahman el shirazy
Penerbit: Republika
Dimensi: vi + 690 hlm, 13.5 x 20.5 cm, cetakan I November 2015
ISBN: 978 602 0822 150

Kehilangan Aisha saat ke Palestina, mengubah jalan hidup Fahri begitu drastis. Terutama saat ia menerima kabar bahwa teman seperjalanan Aisha di Palestina yang merupakan wartawan, Alicia, ditemukan tewas mengenaskan dan jenazahnya sulit dikenali saking hancurnya. Bertahun-tahun ia berusaha setia dan percaya bahwa Aisha masih hidup, namun kenyataan dan orang-orang sekitarnya semakin memaksanya untuk memercayai bahwa Aisha telah bernasib sama seperti Alicia.

Sementara batinnya bergelut, kehidupan tetap berjalan. Di Edinburgh, negeri di mana muslim adalah minoritas, Fahri mengalami berbagai hal tidak menyenangkan hanya karena dia seorang muslim. Mulai dari berbagai coretan penghinaan di mobilnya tiap pagi yang dilakukan oleh tetangga Kristianinya, Keira dan Jason. Lalu dipandang sebagai amalek, orang yang harus dimusnahkan, oleh Nenek Catharina yang Yahudi. Juga beberapa mahasiswanya yang mencap Islam sebagai teroris.

Semua itu membuat Fahri merasa harus memberikan citra positif Islam melalui dirinya. Sementara itu, berbagai wanita hadir dalam kehidupannya, mencoba menggantikan Aisha di hatinya. Ada Yasmin, cucu gurunya Syekh Utsman yang dijodohkan padanya; Hulya, keponakan Aisha yang juga dijodohkan padanya; dan Sabina, wanita Bulgaria berwajah buruk rupa yang sebatang kara namun memiliki iman yang kuat. Pada siapakah hatinya berlabuh? Akankah ia bisa melupakan Aisha? Berhasilkah ia membuat citra positif Islam di bumi Allah yang minoritas muslim itu?

Novel tebal ini, begitu apik memainkan alur dan twist. Hingga menuntaskannya bagi saya adalah prioritas, saking penasarannya. Maaf RPP, kamu dinomorduakan hahaha! Banyak petikan ilmu yang disampaikan dengan cerdas, lugas, dan santun. Tanpa terasa menggurui. Sungguh, jiwa Fahri adalah jiwa yang harus ditiru #kidszamannow , berprestasi dan berakhlak sebagaimana Al Quran dan Hadits. Beberapa kali saya merasa tersentil, terutama dengan sikap pantang menyerahnya dalam menuntut ilmu dan kebersihan di negara non muslim itu.

Ada beberapa typo yang cukup mengganggu, karena kesalahan nama tokoh, namun secara isi saya sangat menyukai novel ini. Settingnya begitu detail, seakan saya bisa membayangkan lokasi rumah Fahri, universitas, dan sekitarnya.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Saya tidak muluk-muluk. Cukuplah saya bisa menyampaikan AKHLAK ISLAM dan KUALITAS SAYA sebagai orang Islam kepada orang-orang yang sering berinteraksi dengan saya," (H.26)

"Memandang wajah ibu adalah obat segala susah dan gelisah." (H.481)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget