Pages

03 December, 2017

[Mentoring] Mewaspadai virus tamayyu'

MEWASPADAI VIRUS TAMAYYU'

Sabtu, 2 Desember 2017
Bu Efi

Tamayyu' (pencairan/penurunan/degradasi) adalah kondisi di mana seorang da’i malah terpengaruh oleh gaya, pemikiran, kebiasaan, budaya, ideologi yang dimiliki oleh individu atau masyarakat yang didakwahinya; lalu secara lambat laun mulai meninggalkan idealisme yang dianutnya.

Terlebih lagi jika kontak dan komunikasi sosial tersebut dilakukan dalam lingkungan masyarakat yang memiliki karakter, budaya, nilai, ideologi, dan agama yang berbeda, bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mereka perjuangkan.

Jenis tamayyu dan cirinya:

1. Tamayyu’ Khuluqi
Tamayyu’ yang pertama kali muncul biasanya adalah tamayyu khuluqi, pencairan akhlak. Ditandai dengan munculnya sikap tasahul (menggampangkan/menyepelekan suatu pelanggaran). 

Semestinya da'i punya standar yang lebih tinggi dibanding lainnya. Bila bagi yang lain hukumnya mubah, maka bagi kita makruh (bukan mengubah hukum syariat, tapi memberi batasan agar lebih baik). Misal dalam hal salaman dengan lawan jenis, boncengan ojek, foto dan kumpul-kumpul, dll.

Tamayyu' ini dimulai dari hal-hal yang sederhana, misalnya:

a. Melakukan isyraf (berlebih- lebihan) dalam makan dan minum.
b. Berlebih-lebihan dalam gaya berpakaian.
c. Menyepelekan rambu-rambu hijab. Misal di pedalaman, meskipun suku pedalaman belum menutup aurat, kita jangan ikuti mereka.
d. Berlebih-lebihan dalam menikmati musik, nyanyian, dan tontonan.
e. Longgar atau tidak berhati-hati dalam mu’amalah maaliyah (pinjam meminjam)
f. Terlalu banyak tertawa dan bergurau.

Sampai akhirnya munculah sikap ibahiyah (permissive/segala hal boleh) tanpa sungguh-sungguh memperhatikan rambu-rambu syariat.

2. Tamayyu’ ‘Ubudiyyah

Jika tamayyu’ khuluqi tersebut tidak segera diobati, maka yang akan terjadi selanjutnya adalah tamayyu’ 'ubudiyyah, pencairan amal ibadah. Ditandai dengan menyepelekan amalan-amalan sunnah atau bahkan amalan-amalan wajib. Misalnya:

a. Malas qiyamul lail.
b. Meremehkan shalat-shalat sunnah rawatib.
c. Semakin jarang shalat berjama’ah di masjid.
d. Sering melaksanakan shalat wajib tidak tepat waktu.
e. Sering terlambat melaksanakan shalat shubuh.
f. Malas melakukan shaum-shaum sunnah
g. Sedikit menyebut nama Allah/ wirid dan dzikir.
h. Sedikit membaca al-Qur’an.

3. Tamayyu’ Fikriyyah

Berikutnya dari tamayyu’ ‘ubudiyah akan merembet kepada tamayyu’ fikriyyah, pencairan ideologi. Di antaranya ditandai dengan hilangnya ciri khas fikrah Islami dari seorang da’i. Bahkan pemahamannya terhadap fikrah islami tersebut semakin lemah dan luntur.

Warna pemikirannya menjadi tidak jelas, apakah ia seorang da'i harakah islamiyah, ataukah seorang liberalis, sosialis, atau nasionalis? Dari pembicaraannya tidak dapat diketahui lagi apakah ia meyakini Islam sebagai satu-satunya jawaban yang benar dan bersih terhadap persoalan manusia, ataukah menurutnya ada jawaban yang lain? Tidak jelas apakah ia meyakini Islam sebagai sistem yang sempurna dan lengkap ataukah tidak?

Sering terjadi, mereka adalah mantan akivis yang awalnya sangat terjaga, lalu menggampangkan dengan alasan lingkungan dan mudah berbaur, diawali dengan memakai celana, lalu sering kumpul campur ikhwan, lalu terbiasa bergaul dengan ikhwan dan akhirnya terkikis nilai keakhwatannya, berpakaian mulai menyerupai ikhwan hingga berani melepas hijab.

4. Tamayyu’ Aqidiyah

Tamayyu’ yang terparah adalah tamayyu’ aqidiyah, pencairan aqidah. Sebuah kondisi di mana seseorang sudah benar-benar jauh menyimpang, karena tidak lagi memahami Islam sebagai satu-satunya kebenaran yang mesti dianut seluruh manusia. Padahal Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam…” (Q.S. Ali Imran: 19)

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.S. Ali Imran: 85)

Yang paling mudah terlihat adalah saat akhwat berani menanggalkan dan meninggalkan hijabnya dan berpakaian mini. Itu menandakan ia sudah tidak lagi percaya dengan perintah Allah mengenai hijab. Dan kasus ini banyak terjadi (duta di negara lain, terutama yang anti Islam).

Virus tamayyu’ ini dapat dihindari jika kita memiliki imunitas dan senantiasa meningkatkan kualitas diri.

*catatan sepemahaman penulis

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget