Pages

28 November, 2017

[Review buku] Teach like Finland

Judul: Teach like Finland
Penulis: Timothy D. Walker
Penerbit: Grasindo
Dimensi: xxx + 198 hlm, cetakan II Agustus 2017
ISBN: 978 602 452 0441

Berdasarkan pengalaman mengajar di Amerika, penulis merasakan banyak perbedaan dengan cara mengajar di Finlandia. Mulai dari jam mengajar yang lebih singkat, waktu istirahat yang lebih banyak, jarangnya PR, dan tidak adanya ujian standardisasi/UN. Namun hasilnya sangat maksimal, Finlandia membuktikan bahwa siswanya adalah peringkat tertinggi dalam penilaian internasional. Sehingga banyak yang 'penasaran' dengan sistem pendidikan negara ini.

Dalam buku ini, penulis menceritakan beberapa strategi mengajar yang ia rasakan selama mengajar di Finlandia.

Ada 5 hal yang harus diperhatikan oleh pengajar:
1. Kesejahteraan
Ada enam tips dalam bab ini:
a. Jadwal istirahat otak (istirahat 5 menit setiap 45 menit pelajaran)
b. Belajar sambil bergerak (merancang daily stretching dan adakan "penggiat istirahat" yaitu murid yang bertanggung jawab mengajak temannya bermain dan aktif bergerak)
c. Recharge sepulang sekolah (memberi PR seminimal mungkin dan meninggalkan pekerjaan di kantor, jangan bawa pulang ke rumah)
d. Menyederhanakan ruang (tidak perlu terlalu banyak tempelan di dinding, kecuali yang patut diapresiasi)
e. Menghirup udara segar (keluar kelas)
f. Masuk ke alam liar (melakukan kegiatan di alam: camping, pendakian, dll)
g. Menjaga kedamaian (membuat aturan pokok, membuat pengatur kebisingan dan menciptakan sebuah keseimbangan)

2. Rasa dimiliki
a. Mengenal setiap anak (menyapa nama anak, makan siang bersama, dan kunjungan ke rumah)
b. Bermain dengan murid-murid
c. Merayakan pembelajaran mereka (beri waktu untuk merayakan hasil kerja keras mereka dan ucapkan terima kasih)
d. Mengejar mimpi kelas (membuat suatu keputusan/target bersama)
e. Menghapus bullying (diskusi dam dengarkan dari kedua belah pihak tanpa menilai, meminta siswa menuliskan solusi dan masukannya)
f. Berkawan (memasangkan murid dengan juniornya, misal kelas 6 diminta menjaga kelas 1, sistem satu kakak-satu adik)

3. Kemandirian
a. Mulai dengan kebebasan (berusaha mempercayai dan tidak menolak ide yang diberikan siswa, juga tidak terlalu mengekang/mengatur)
b. Meninggalkan batas (membuat daily reading/do know)
c. Menawarkan pilihan dalam membuat tugas
d. Buat rencana bersama siswa Anda
e. Buat jadi nyata (roleplay/simulasi, bahkan praktik menjahit dengan jarum sungguhan bagi kelas 1 SD, dll)
f. Tuntutan tanggung jawab (membiarkan siswa mengevaluasi dan menilai sendiri tes mereka)

4. Penguasaan
a. Ajarkan hal-hal mendasar (memprioritaskan hal-hal esensial berdasarkan kurikulum)
b. Gunakan buku pegangan
c. Manfaatkan teknologi (sebagai alat pendukung pembelajaran, bukan distraksi)
d. Memasukkan musik
e. Menjadi pelatih
f. Buktikan pembelajaran (berikan pertanyaan terbuka)
g. Mendiskusikan nilai (membiarkan siswa menilai diri sendiri, lalu membandingkan dengan penilaian guru, dan menyepakati nilai bersama)

5. Pola pikir (inilah hal paling esensial bagi seorang guru)
a. Mencari flow (bekerja sebaik mungkin, tanpa membandingkan diri dengan orang lain/mengejar superioritas)
b. Berkulit tebal (percaya diri dalam keahlian sebagai seorang guru)
c. Kolaborasi lewat kopi (sharing/meluangkan waktu bersama rekan guru lainnya)
d. Menyambut para ahli (kolaborasi dengan rekan kerja yang ahli dalam suatu bidang, mengundang mereka sebagai narasumber ke dalam kelas)
e. Melepaskan diri untuk berlibur
f. Jangan lupa bahagia

Secara isi, beberapa mirip dengan buku Quantum Teaching. Namun, yang saya cermati dari kisah penulis adalah betapa sistem pendidikan di Finlandia sangat sistemik dan didukung penuh oleh pemerintah dan masyarakatnya. Beberapa strategi ada yang sudah diterapkan di sekolah saya mengajar dan beberapa terasa kurang pas. Namun itulah strategi, tidak harus sama persis ditiru. Sebab berbeda latar, akan berbeda pula perlakuan.

Beberapa typo dan cetakan yang kurang bagus saya temukan sehingga agak mengganggu dan membuat pusing saat membaca (tulisan berbayang).

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"Pentingnya meninggalkan tempat kerja untuk mengisi ulang, dalam rangka untuk tetap kuat sebagai guru. Mengajar lebih seperti marathon daripada lari sprint." (H.26)

"Mengajar, sebuah pekerjaan yang membuat kita merasa sendirian, dalam artian guru menghabiskan banyak waktu dengan murid dibanding dengan rekan. Tidak demikian di Finlandia. Guru menghabiskan waktu bersama rekan saat makan siang, ngobrol, berbagi trik mengajar, penyelesaian masalah, dan menjalin pertemanan." (H.56)

"Mengucapkan terima kasih merupakan praktik yang mengurangi hasrat yang merugikan: mengejar superioritas, karena menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang mencapai apa pun seorang diri." (H.178)

Meta morfillah

1 comment:

  1. buku yang menarik saya juga sudah membeli buku ini tetapi belum selesai membacanya.

    ReplyDelete

Text Widget