Pages

15 March, 2015

[Review buku] Rindu

Judul: Rindu
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika
Dimensi: ii + 544 hlm; 13,5 x 20,5 cm; cetakan I oktober 2014
ISBN: 978 602 8997 90 4

"Setiap perjalanan selalu disertai oleh pertanyaan-pertanyaan.

...sayangnya, lazimnya sebuah pertanyaan, maka tidak otomatis selalu ada jawabannya. Terkadang, tidak ada jawabannya. Pun penjelasannya." (Hlm. 222)

"Perjalanan hidupmu boleh jadi jauh sekali. Hari demi hari, hanyalah pemberhentian kecil. Bulan demi bulan, itu pun sekadar pelabuhan sedang. Pun tahun demi tahun, mungkin bisa kita sebut dermaga transit besar. Tapi, itu semua sifatnya adalah pemberhentian. Dengan segera, kapal kita berangkat kembali, menuju tujuan yang paling hakiki. Maka jangan pernah merusak diri sendiri. Jangan rusak kapal kehidupan milikmu, hingga ia tiba di pelabuhan terakhirnya." (Hlm. 284)

"Lihatlah seorang yang selalu pandai menjawab pertanyaan orang lain, tapi dia tidak pernah bisa menjawab pertanyaannya sendiri. Lihatlah seorang yang selalu punya kata bijak untuk orang lain, tapi dia tak pernah bisa bijak untuk dirinya sendiri. Sungguh boleh jadi dialah orang paling munafik..." (Hlm 316)

"Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami? Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan? Apalah arti cinta, ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami tertunduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tak menuntut apa pun? Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja."

Seperti biasa, khas tere liye dalam semua novelnya... selalu membahas tentang pemahaman hidup yang baik. Prinsip-prinsip kehidupan dengan diksi yang bertuah, mendekati puitis. Dan tak lupa, happy ending tentunya.

Kali ini, dalam novel RINDU, tere liye menampilkan lima pertanyaan besar dalam hidup, yang masing-masing dibawakan lima tokoh dengan masa lalu yang berbeda. Bonda Ape, dengan masa lalunya yang kelam. Daeng Andipati, dengan kebenciannya yang mendalam pada ayahnya. Mbah kakung, dengan kehilangan kekasih hati. Ambo Uleng, dengan melepaskan cinta sejati. Terakhir Gurutta Ahmad Karaeng, dengan pergumulan batinnya akan dakwahnya dan kemunafikan. Lima kisah, lima pertanyaan, dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan... menuju rumah Allah. Berlatar belakang tahun-tahun pergolakan dan perjuangan kemerdekaan.

Novel tere liye, selalu ringan dan memakai bahasa yang mudah dicerna, sehingga saya hanya membutuhkan waktu 6 jam menyelesaikannya.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget