Pages

27 December, 2009

cerpen keduaku (^o^)

Oleh : Iska Meta Furi

TERIMA KASIH AISYAH,

“drrttt,,,drrrtt,,,drrttt” alarm handphoneku berbunyi.
Open
Ulang tahun ibu ke 60.
Kubanting setir ke kanan, menuju Beautiful Florits. Sebentar saja, karena aku ingin cepat tiba di kantor.

***

Di Beautiful Florits,
“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” sapa pelayan toko.
“Saya mau kirim bunga untuk ibu saya. Kira-kira bunga apa yang cocok mbak?”
“Untuk ibu ya,,mawar hibiscus mungkin. Karena mawar hibiscus melambangkan kecantikan dan kelembutan. Bukankah setiap ibu selalu cantik dan lembut pada anak-anaknya?” saran pelayan toko sembari tersenyum.
“baiklah, kalau begitu saya pesan satu buket. Bisa dikirim hari ini juga kan?”
“Kalau masih di daerah Jakarta, insya allah bisa mas.”
“Oke kalau begitu. Masih daerah Jakarta kok. Alamatnya Jln. Menteng 2 no.22 Jakarta Pusat.”
“loh, itu kan ga terlalu jauh mas, kenapa tidak diantar sendiri oleh masnya?”
“saya sibuk banget mbak, tidak sempat mengunjungi ibu saya.”
“baik mas, ini total harganya. Silakan dibayar di kasir.”
Setelah melihat deretan angka yang harus kubayar, aku langsung menuju kasir untuk membayarnya.

***

Di luar toko,
“huhuhuhu,,hiks,,hiks,,”
Seorang anak kecil perempuan yang memakai baju lusuh sedang menangis. Aku tergerak untuk mendekatinya, ingin tahu apa yang membuatnya menangis.
“kamu kenapa menangis dik?”
“hiks,,saya,,hiks,,ingin beli bunga untuk ibu saya karena hari ini ia ulang tahun. Hiks,,tapi uang saya nggak cukup kak,,hiks” jawabnya sembari menunjukkan uang ribuan lusuh yang ada di genggamannya. Iba aku melihat keadaannya.
“hmm,,sudah jangan menangis lagi. Sekarang ayo kita masuk ke dalam toko. Kita belikan bunga kesukaan ibumu. Nanti kakak yang bayar.”
“benarkah kak?” tanyanya sembari terkejut
“iya benar,, ayo.” Jawabku sambil tersenyum.

***

“wah, terima kasih banget ya ka. Ibuku pasti senang sekali. Oh iya, namaku Aisyah ka. Kalo kakak siapa namanya?”
“nama kakak Fahri Tamam. Panggil aja ka fahri.”
“baik ka fahri. Hmm,,,kak, maukah kakak menemaniku memberikan bunga ini ke ibu? Sebentar saja, biar ibuku tahu kalau bunga ini dari kak fahri yang baik.”
“wah, kakak harus ke kantor syah. Banyak pekerjaan menunggu kakak disana”
Aisyah menunduk seperti ingin menangis, dengan lirih ia berkata “apa tidak bisa walau hanya sebentar saja kak? Ibuku berada tidak jauh kok dari sini.”
Aku yang tak tega melihat wajah sedihnya akhirnya menyanggupi permintaan Aisyah. Kemudian kami berjalan menuju sebuah gang kecil. Sampai di ujung dang kecil tersebut, ternyata ada sebuah pemakaman umum. Ke sanalah Aisyah mengajakku. Lalu ia berhenti di depan sebuah makam bernisan biru tua. Kemudian Aisyah berkata,
“Assalammualaikum ibu, apa kabar? Lihat deh, aisyah bawa apa. Ini bunga lili putih bu, kado untuk ulang tahun ibu. Kata kakak di toko bunga, lili putih itu menggambarkan cinta aisyah yang murni untuk ibu. Oh iya bu, aisyah juga punya teman baru, namanya kak fahri. Dia yang membelikan bunga ini karena uang aisyah nggak cukup bu. Ka fahri, sini. Kenalan sama ibu aisyah.”
Aku terhenyak melihat betapa aisyah sangat menyayangi ibunya yang sudah tiada. Tanpa terasa air mataku mengalir. Aku teringat ibuku di rumah. Sudah dua tahun aku tak pernah menengok beliau. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Sering bila dia menelponku, aku mereject panggilannya, karena kurasa pertanyaannya tentang keadaan diriku sangat mengganggu konsentrasiku. Aku terlena dengan kejayaanku, padahal rumahku tak jauh dengan rumahnya dan masih di kota yang sama. Paling membutuhkan waktu satu jam untuk menempuhnya. Tetapi walaupun ada waktu luang, aku lebih memilih untuk hang out dengan rekan kerjaku. Astagfirullah,,aku sungguh anak yang tak tahu terima kasih. Aku ingin bertemu dengan ibuku.

***

Jalan menteng, pkl 11.00
“tok,,tok,,permisi”
Pintu terbuka, seorang wanita paruh baya keluar dari rumah mungil bercat putih tersebut.
“ Ya, ada apa mas?”
“Permisi ibu, saya ingin menyampaikan sebuah buket bunga untuk ibu Sri. Ibu sri nya ada?”
“oh,,itu saya sendiri mas.”
“oh begitu, ini bu tolong ditandatangani tanda penerimaannya. Yaa,,dan ini bunganya. Terima kasih ibu. Permisi.”
Kurir itu pergi, dan tinggallah sendiri ibu sri di rumahnya. Suaminya telah meninggal lima tahun lalu, dan anak lelaki satu-satunya telah bekerja dan punya rumah sendiri, meninggalkan ia sendiri di rumah itu. Ia melihat nama pengirim bunga kemudian tersenyum.
Dari fahri, ternyata ia masih ingat hari ulang tahunku. Pasti dia sangat sibuk sampai dia tak sempat mengantarkan bunga ini sendiri padaku. Terima kasih nak, doa ibu selalu menyertaimu.

***

Pkl 17.30
“tok,,tok,,assalammualaikum”
“waalaikumsalam, tunggu sebentar.” Jawab wanita paruh baya dari dalam rumah.
Pintu terbuka, aku langsung bersimpuh di hadapan ibu dan kucium tangannya seraya berkata
“Ibuu,,,maafin fahri buu. Fahri sudah jahat sama ibu, jarang menengok ibu. Fahri anak durhaka buu,,,huhuhu”
“masya allah nak,, akhirnya kamu datang juga. Ibu sudah sangat rindu sama kamu nak. Ibu igin sekali menengokmu, tapi ibu sudah tidak kuat jalan kemana-mana nak. Maafin ibu ya. Ayo bangun nak, jangan begini. Ayo kita masuk ke dalam. Kamu pasti lapar.”
“ibu nggak salah, fahri yang salah bu. Fahri nggak pernah nengokin ibu, terlalu asik sama pekerjaan. Ampuni fahri buu,,”
“iya nak,, ibu nggak pernah marah kok sama kamu. Sudah jangan menangis, sekarang masuk ke dalam yuk, kita bersiap shalat maghrib jamaah. Sudah lama ibu shalat enggak ada yang mengimami.”
Aku pun menuruti perkataan ibu. Ah,, ibuku kau sungguh mulia. Tak pernah marah walau mungkin hatimu sering tersakiti oleh perkataan dan perbuatanku. Ya Allah, sayangilah selalu ibuku sebagaimana ia menyayangiku. Terima kasih hari ini kau telah menyadarkanku melalui seorang aisyah. TERIMA KASIH AISYAH.

No comments:

Post a Comment

Text Widget