Pages

01 December, 2009

naik haji...(bergema)

Suatu sore di tengah perbincangan hangat antara aku dan mama,

“dah mau lebaran haji lagi ne,,jadi inget waktu kamu kecil” ujar mama
“hah? Ko inget wktu meta kcil? Mang knapa ma?” tanyaku
“waktu kamu masih umur 1,5 tahun, kamu tuh udah bisa ngomong lancar. Dan bilang ke mama, mau ngajak mama naik haji. Lucu deh, kamu sering ngulang-ngulang pengen ngajak mama naik haji berdua.”
“,,,masa??” adzan magrib pun menutup perbincangan kami di sore itu.

Minggu pagi,
saat menonton TV kebetulan kusetel S**V, dan isinya ulasan film “Emak Ingin Naik Haji”. Film yang diangkat dari cerpen karangan Asma Nadia. Entah mengapa, hatiku tergelitik. Mengapa kata –kata ‘naik haji’ bergaung di telingaku??

Hari ini, aku berencana menyepi, untuk bermuhasabah. Karena kurasakan hatiku ‘agak’ mengeras. Dan kerasnya hati, hanya disebabkan oleh 4 hal yang berlebihan. Yaitu Tidur, makan, berbicara dan berbaur. Kupilih untuk menyendiri sejenak, karena tak ingin berlebihan berbicara dan berbaur. Agar tak bosan, kuputuskan untuk menonton film “Emak Ingin Naik Haji(EINH)”, berharap akan mendapat semacam refleksi jiwa. Selesai shalat zuhur pun aku berangkat, dan ternyata perjalanan ku ke bioskop lancar sekali. Sepertinya Tuhan setuju dengan rencanaku. Tepat ketika aku sampai, film pun dimulai. Sengaja kupilih kloter pertama, karena aku yakin tidak terlalu ramai (hari ini sungguh berniat mengurangi pertemuan dengan banyak orang).

Adegan-adegan pun dimulai, mengisahkan seorang wanita tua yang dikenal dengan nama Emak, bertahun-tahun berjualan kue untuk menghidupi keluarganya. Disisihkannya setiap hasil penjualan kue untuk ongkos naik haji. Betapa jiwa seorang Emak sudah sangat rindu ingin ke rumah Allah tsb. Sang anak (Zein), yang sangat ingin membiayai Emaknya naik haji sampai tergoda untuk mencuri, dan mencari-cari kupon undian berhadiah umrah di tempat sampah. Berbagai peristiwa terjadi, dan entah mengapa sepanjang film diputar, air mata tak henti mengalir di wajahku. Dan dadaku berdegup kencang mengingat percakapan beberapa hari silam di suatu sore dengan mama.

Sepemikiranku, mata di’bersihkan’ melalui air mata. Awan di’bersih’kan melalui hujan. Dan hati? Apakah degup dan debar yang kurasa, serta air mata yang tak henti luruh ini tanda pem’bersih’an hatiku?
Setidaknya, aku merasa bersyukur, karena ternyata aku masih ‘tersentuh’ dengan nilai moral yang ada di film tsb. Hatiku masih belum terlalu ‘keras’ ya Tuhan..

Selesai film tsb, ketika keluar ternyata hujan rintik menyambutku, bahkan menemani perjalananku pulang ke rumah. Apakah ini pertanda bahwa kau setuju dengan rencana “bermuhasabah” ku hari ini ya Tuhan?
Sampai langitpun ikut merintikkan airmatanya?

Labbaik Allahumma Labbaikk,,,

Aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah,,

Naik haji,,mama,,,

Mengapa semuanya bergema ya Allah,, ada apa??
Tersentak aku teringat!
8 hari lagi mamaku akan merayakan hari lahirnya, ya Allah,,,andaikan aku bisa,,ingin kuberi ia hadiah sebuah paket ONH plus, sebagaimana impian yang pernah terucap di bibir ini di kala kecil.
Tapi tak boleh bukan?
BerANDAI-ANDAI saja, karena itu akan membuka celah bagi syaithan. Di hari ini, bolehkah kugoreskan pena, untuk mengukir sebuah impian lama yang terpendam. Agar senantiasa kudapat lihat, mengingatkan sebuah mimpi yang harus kulaksanakan. Sebuah mimpi yang terlupakan…

Semakin bertambah usia orang tua, semakin bertambah pula keinginannya untuk melaksanakan rukun islam yg kelima (naik haji).
Semakin bertambah usia seorang anak, semakin bertambah pula keinginan untuk membiayai orangtuanya naik haji.

ijinkan aku ya Allah,,melalui tanganku ini,,,mengejawantahkan sesuatu..
Amin Allahumma Amiinn


~17 Nov 2009~
uhibbuki fillah ya ummi..

No comments:

Post a Comment

Text Widget