Pages

21 November, 2014

Suara bising dalam penantian



Tuhan sedang menunjukkan padaku betapa banyak yang menyayangiku, melalui caranya yang unik. Masing-masing memiliki kekhawatiran tentang masa depanku. Beragam nasihat baik, terlantun untukku di tiap detik. Terutama mereka yang kusebut keluarga dan sahabat. Mereka sangat takut aku salah memilih teman hidup. Takut kalau aku memilih karena merasa tak punya pilihan, sebab usia tidak lagi muda. Dan beragam ungkapan lainnya.

Aku di sini, hanya menjawabnya dengan tersenyum. Dan itu malah menambah kekhawatiran mereka. Mereka semakin gencar berbicara bahwa kamu tak pantas untukku. Menurut mereka, aku lebih cocok dengan lelaki yang tegas, yang punya visi jelas, dan mampu saklek membimbingku. Dan bukan kamu orangnya. Mereka menyandingkan aku dengan rekan kerjaku, kawan komunitasku, kawan sekolahku dulu, dan lelaki-lelaki lain yang jauh mereka kenal dan sering bertandang ke rumahku. Hingga, menyuruhku untuk lebih fleksibel dengan pacaran, mencoba bermain hati. Dan lagi-lagi aku hanya tersenyum, walau dalam hatiku rasanya begitu pedih. Ingin menangis. Aah… bagaimana menjelaskannya pada mereka, dengan bahasa yang baik, tanpa menyakiti mereka—yang aku yakini, bahwa itu adalah cara mereka menyayangiku. Sehingga lelaki mana pun yang datang, tidak akan pernah cukup baik untukku. Seakan aku begitu bernilai dan hanya cocok untuk lelaki hebat. Padahal aku pun manusia yang banyak kekurangannya—dengan cara yang benar, di waktu yang benar.

Beginilah keseharianku dalam penantian. Begitu banyak lontaran kalimat yang menggoyahkanku. Aku bisa apa? Selain semakin mendekatkan diri padaNya. Jujur, aku sendiri tak tahu, apakah kamu memang seperti yang mereka katakan atau bukan. Tapi, ketahuilah satu hal saja… bahwa aku memiliki keyakinan padamu. Mengapa? Sebab kamu memperjuangkanku. Meski kuakui, kamu agak nekat dan kurang memiliki persiapan matang. Sehingga terlihat plin-plan di mata keluargaku. Terlihat belum siap, namun memaksa siap. Terlihat belum mampu bertanggung jawab dan menyelami diriku. Tapi, aku menitipkan keyakinanku padamu melalui doa-doaku padaNya, setiap hari. Berharap, bahwa semoga saja itu semua tidak benar. Bahwa kamu mampu membuktikan pada mereka, bahwa kamu patut diperhitungkan. Bahwa kamu memang belum mampu saat ini, tapi memiliki potensi itu. yang kamu butuhkan hanyalah waktu. Untuk saling mengenal, menyelami kehidupan kita masing-masing, yang pastinya begitu banyak perbedaan dan akan banyak pergesekan.

Aku berharap, semoga kaumembaca tulisanku ini… semoga sebelum kita bertemu, kamu mampu bersikap lebih jantan dan kokoh pada pendirian. Bukan seorang lelaki yang menuruti begitu saja apa kata orang, lalu menyerah memperjuangkanku. Sebab, semua lelaki yang mampu mengalihkan duniaku, belum tentu mampu memperjuangkanku. Tetapi, lelaki yang memperjuangkanku, aku yakin… sangat yakin… hanya tinggal hitungan waktu, dia akan mampu mengalihkan duniaku.

Tapi, bila kamu tak membaca tulisanku ini…. Tak mengapa. Aku sudah memasrahkan segalanya pada Tuhan. Melalui proses yang dimudahkan nantinya, ataukah dipersulit. Sebab, sejatinya para pencinta akan kembali pada Tuhannya. Meminta, sesuatu hal yang mereka tak kuasa. Cinta akan selamanya menjadi rahasia dan kuasaNya.

Jadi, sampai bertemu nanti.

Entah dalam kisah yang sama, atau di kisah yang berbeda.


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget