Pages

29 May, 2016

[Review buku] Rihlah Dakwah

Judul: Rihlah Dakwah
Penulis: Salim A. Fillah
Penerbit: Pro U Media
Dimensi: 384 hlm, cetakan pertama 2016
ISBN: 978 602 7820 50 0

Buku ini berisi catatan perjalanan penulis yang terbagi menjadi dua bagian: mayapada nusantara (yang lebih banyak membahas yogyakarta sebagai kota domisili penulis) dan berbagai belahan dunia. Menariknya buku ini berbicara dalam bahasa dakwah  yang mengalir dan tetap puitis, serta menggali sejarah atau hukum terkait Islam. Setiap tempat diceritakan dengan apik bagaimana keadaan perkembangan Islam secara historis hingga kini. Sebagian dilengkapi dengan foto penulis dan dokumentasi terkait. Hingga terasa benar semua perjalanan atau rihlah ini masih dalam rangkaian dakwah.

Perjalanan yang pada ujungnya kelak adalah sebuah pengadilan. Maka bepergian di muka bumi untuk memerhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan Allah; diperintahkanNya pada kita agar ruh terisi niat-niat bakti, akal menginsyafi besarnya karunia, dan seluruh jasad tersengat semangat untuk menebar manfaat. Selamat berihlah dalam dakwah. Selamat melawat berburu hikmat. Sebab kita semua adalah musafir.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang untuk buku ini.

"Seindah apa pun dunia, jadilah kita tetap orang asing baginya. Sebab, dari Allah kita berasal dan kepadaNya pula akan kembali. Asing, maka berhati-hati. Asing, maka tiada kawan sebaik Dia. Asing, maka kita perbanyak bekal dan sedikitkan beban.
Seindah apa pun dunia, jadilah kita seperti penyeberang jalan, yang menengok ke kanan dan kiri sekadar agar selamat; yang menganggukkan sapa demi mencari sebanyak-banyak pembela dan mengurangi para penggugat. Sebab, selepas penyeberangan sana yang ada adalah pengadilan." (Hlm. 192)

"Ramadhan nanti, Maghrib memberi pelajaran; bahkan gelap pun membahagiakan, jika kita telah menempuh perjuangan." (Hlm. 269)

"Adab dakwahmu adalah kerendahan hati. Sebab bagi hati yang merunduk tak ada lagi kerendahan tuk jatuh. Sebab dalam hati yang merunduk, terbuncah cinta yang utuh. Sebab atas hati yang merunduk, segala kepongahan akan takluk. Sebab pada hati yang merunduk, cinta manusia mengalir teruntuk. Sebab terhadap hati yang merunduk, semesta akan bertepuk. Tapi, segala kekhusyuan dan ketundukan hatimu hanyalah untuk mengundang cintaNya, bukan sorak-sorai manusia." (Hlm. 297)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget