Bisa jadi, kamu akan selamanya seperti
ini, melakukan pekerjaan yang sama untuk berpuluh tahun lamanya. Orang lain
bilang, terjebak rutinitas. Yaa... itu mungkin saja.
Bisa jadi, gaya hidupmu akan
selamanya seperti ini, tak berubah banyak harta benda yang kamu miliki. Orang lain
bilang, kamu tak berkembang. Yaa… itu mungkin saja.
Bisa jadi, hidupmu tak akan
berubah banyak, di saat teman-temanmu sudah melampauimu. Orang lain bilang,
kamu payah. Yaa… itu mungkin saja.
Namun perasaan kamu tidak.
Kutegaskan sekali lagi dengan
bertanya kepadamu, “Apa mungkin, perasaan kamu akan selamanya seperti ini? Adakah
perasaan yang rutin sama tiap harinya dalam bilangan tahun?”
Tidak semua hal yang tak berubah
banyak, merupakan indikasi bahwa hal tersebut payah. Sama seperti sebuah taman
tua yang tetap saja kondisinya tak berubah, di pojokan kompleks sana. Tak ada
yang berubah banyak, dari kamu anak-anak hingga kamu memiliki anak. Pohon angsana
yang tetap berdiri kukuh di tengah. Apakah taman itu payah? Tak modern? Tak berkembang?
Ingatkah kamu rasa yang terpanggil kembali saat kamu memanjat pohon itu, bersandar
pada batangnya yang kukuh, berteduh di bawahnya saat gerimis? Apa yang kamu
rasakan kembali?
Bisa jadi, memang di sanalah
peranmu. Tidak untuk ke mana-mana. Diam, seperti pohon angsana. Memberikan keteduhan
dan menjadi pusat kehidupan taman tua itu, tanpa perlu beranjak ke mana-mana. Sekadar
ada, menemani, menyaksikan pertumbuhan kota sekitarnya.
Bisa jadi pula, itu adalah
prestasi cemerlangmu. Bahwa kamu lulus dalam uji kesetiaan. Saat yang lain sudah
berpindah-pindah ke tempat lain, kamu bergeming di titik itu. Menambal
kebocoran-kebocoran yang disebabkan orang lain. Itulah yang terjadi dalam
rutinitasmu.
Begitu banyak kemungkinan,
perbandingan, paradigma, dalam penilaian manusia.
Apakah kamu akan berfokus pada “Bisa
jadi, memang inilah…” lalu kamu menjalaninya penuh syukur, meski tak sepenuh
hati di awal. Bukankah cinta itu dipupuk, disiram, hingga kamu bisa berkata “Do
what I love!” yang awalnya kamu paksa dari kalimat “Love what I do.”
Atau, kamu akan berfokus pada “Orang
lain bilang, ….” Lalu kamu akan merasakan kekurangan yang menjadi dasar
nelangsamu. Kamu menyakiti dirimu sendiri dengan membanding-bandingkan hidupmu
dengan orang lain. Padahal apa yang kamu miliki, sudah terbaik untuk hidupmu. Pun
apa yang dimiliki oleh orang lain, sudah yang terbaik bagi orang itu. kadar
kita tak akan pernah sama. Sebab, manusia itu unik dan khas.
Jadi, mana yang akan kamu pilih?
No comments:
Post a Comment