Gambar diambil di sini |
Dunia…
Hingga detik ini, aku merasa belum benar-benar
memahamimu. Kamu begitu rumit, dan seringkali menyesatkan. Kuikuti permainanmu,
yang seringkali kamu begitu menipuku. Semuanya misteri dan penuh kejutan.
Seringkali yang dikejar justru hilang, sedangkan yang diabaikan justru mengejar
balik. Mana pernah aku membayangkan bahwa akan menjadi diriku seperti saat ini.
Dulu, saat masih anak-anak, aku hanya membayangkan akan menjadi dokter lulusan
harvard, MIT, dan universitas luar negeri ternama. Tak ada batasan dan ganjalan
tentang perbedaan bahasa, biaya hidup, dan segala macamnya, yang menyadarkan bahwa
tak semudah itu. Hidup terasa mudah saja di tangan anak kecil itu.
Dulu, saat remaja, aku hanya tahu bahwa hidup itu
seperti rata-rata. Bertumbuh, jatuh cinta, menikah, memiliki anak, lalu mati dalam
damai. Nyatanya, setelah bertemu banyak orang, mengalami banyak kejadian dan
mengunjungi beberapa tempat, hidup tidak sesederhana itu. Ada hal yang harus
dilakukan dan tidak dilakukan. Ada yang harus dipertanggungjawabkan. Hidup menjadi
demikian rumit. Meski tak menyukai strategi, aku harus memikirkan banyak
strategi menghadapi hidup ini. Minimal strategi, seperti apa aku akan mati? Kenangan
seperti apa yang ingin kutinggalkan? Sebab, hanya kematian yang selalu memenuhi
janjinya. Tidak seperti yang lain, masih ada kemungkinan untuk ingkar. Dan setelah
mengalami sendiri, kehilangan yang disebabkan kematian, aku menjadi lebih peka
terhadap beragam hubungan yang tercipta antara sesama manusia. Kejadian-kejadian
biasa, yang bahkan tak penting menurut orang-orang, bisa menimbulkan dampak
hebat untukku. Ada makna lain yang kulihat dari kehidupan ini. Seperti ada
selubung halusinasi yang tersingkap dari wajah dunia. Meski aku belum melihat
semua yang ada di baliknya. Tetapi, rasa takut dan kesadaran itu kian hari kian
besar. Tidak mendapatkan apa yang kuinginkan, meski menyebalkan, terkadang
menenangkan. Aku tak lagi se-berambisi dahulu. Aku sadar, bahwa belum tentu aku
siap jika semua doaku dikabulkan Tuhan. Pun sama, aku belum tentu siap, jika
semua doaku tidak dikabulkan Tuhan. Kurasa, untuk titik ini, Tuhan cukup adil.
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment