Hai Kak Bedul,
Jalan-jalan yuuuk…
Aku punya tempat asyik buat dikunjungi! Saat kamu membuka
pintunya, kamu akan tertarik dan hidupmu akan jadi bagian darinya. Pun dia,
akan jadi bagian dalam hidupmu. Bisa jadi porsi besar dalam hidupmu.
Mari… kita masuk ke dalamnya!
Akan kuceritakan sebuah dongeng…
Dulu, di tempat ini ada sebuah kerajaan bernama Research
& Development. Kerajaan itu dipimpin oleh empat kakak beradik. Kakak
pertama, wanita bernama Lili, memimpin bagian timur yang cerah tersirami cahaya
matahari terbit. Kakak kedua, wanita bernama Oche, memimpin bagian barat yang
sejuk bermandikan cahaya matahari terbenam. Kakak ketiga, satu-satunya lelaki bernama
Bedul, memimpin bagian utara yang dingin dan penuh misteri. Terakhir, adik
bungsu bernama Meta, memimpin bagian selatan yang walau pun ada kehidupan, tapi
jarang yang mau mendatangi.
Kehidupan di kerajaan itu begitu aman, damai, dan tenteram.
Meski ada beberapa masalah yang menghadang, kerajaan itu bisa melaluinya dengan
baik karena banyak penasihat dan teman-teman kerajaan yang mendukungnya.
Hingga sebuah
keputusan besar datang dari kakak pertama di bulan kesembilan tahun dua ribu
tiga belas. Kakak pertama harus meninggalkan kerajaan, demi ekspansi ke timur
dalam. Kemungkinan untuk kembali ke kerajaan begitu tipis. Ketiga saudaranya
merasa sedih, namun tak kuasa menolak takdir. Sebelum pergi meninggalkan
kerajaan, kakak pertama pun mengubah dirinya menjadi wanita dewasa yang utuh.
Kakak pertama menggunakan hijab untuk melindunginya dari ancaman di luar
kerajaan.
Sebuah foto diabadikan bersama penasihat kesayangan mereka,
bernama Mba Yani (tapi fotonya error di blog ini).
Kehidupan di kerajaan pun berlanjut, meski agak tergoncang
karena tidak ada lagi yang memimpin bagian timur. Tiga saudara yang tersisa
harus mulai memback-up apa yang ditinggalkan kakak pertama. Belum pulih luka
mereka, sebuah ujian kembali hadir. Kakak kedua memutuskan meninggalkan
kerajaan, dua bulan berselang dari kepergian kakak pertama. Lagi-lagi, ekspansi
kerajaan menjadi alasannya. Dua saudara yang tersisa, hanya merayakan
kepergiannya dalam diam. Mereka berdua sama-sama dingin dan tak tahu bagaimana
menyikapi kepergian. Perlahan, aura kerajaan terpengaruh dinginnya aura
pemimpin utara dan selatan. Raja Bunaiya melihat perlu ada pengganti untuk
wilayah timur dan barat. Sehingga masuklah beberapa orang baru, yang tidak
terlalu mampu memenangkan hati dua saudara yang tersisa. Raja Bunaiya pun
mengajak dua saudara yang tersisa untuk rekreasi ke Pantai Anyer.
Rekreasi itu cukup menghibur dua bersaudara yang tersisa.
Saat kembali ke rutinitas, mereka sudah mampu bersikap seperti biasa. Walau
mungkin keduanya menyembunyikan rasa kehilangan, namun itu tak tampak, karena
sikap dinginnya mereka.
Nyatanya, kepergian kedua saudaranya mempengaruhi dua
saudara yang tersisa. Terutama pada si bungsu, pemimpin selatan. Suasana
hatinya seringkali berubah cepat seperti cuaca. Dan itu berakibat pada
hubungannya dengan kakak ketiga. Bungsu yang manja itu, tak leluasa mengganggu
kakak lelaki satu-satunya. Ia sedih, kehilangan teman bicaranya. Sebab, tak
semua hal bisa ia diskusikan pada kakak lelakinya tersebut. Ia mulai memendam
masalah yang ia hadapi sendirian. Hubungan mereka pun sempat tak baik beberapa
minggu. Saling asyik sendiri. Tapi, tak semua penghuni kerajaan tahu. Saat
bersama, mereka terlihat baik-baik saja.
Hubungan mereka mulai baik kembali, setelah ada pertemuan
khusus yang dirancang dengan mengundang kembali kakak pertama dan kedua. Bungsu
mulai belajar melepaskan dan tak mengharapkan kembali kedua kakaknya tersebut.
Ia berjanji dalam hati, bahwa akan mandiri, tidak manja, dan dapat diandalkan
bagi kakak lelaki satu-satunya.
Beragam ujian mulai menguji kekompakan dua bersaudara yang
tersisa. Satu per satu, mereka mampu lalui, meski ada beberapa hal yang tak
terselesaikan dan mungkin memang tidak akan pernah selesai. Namun, selagi ada
kakaknya, bungsu merasa semua bisa terlewati. Kadang, kehadiran atau sekadar
ada, tanpa perlu melakukan apa-apa, adalah sebuah dukungan yang amat berarti
dan besar untuk seseorang. Begitulah, kerajaan menghadapi hari-harinya.
Mereka menghibur diri dengan jalan-jalan…
Melakukan hal konyol…
Sampai mengekspresikan kegilaan mereka yang mulai jenuh dan
kesepian…
Saat kekompakan mulai terjalin, nyatanya Tuhan menakdirkan
lain. Kakak ketiga pun harus pergi meninggalkan kerajaan, yang lagi-lagi
alasannya demi ekspansi. Bungsu yang sudah mengalami dua kehilangan, kini tak
bisa lagi tinggal diam. Saat kakak lelakinya pergi, ia pun memutuskan untuk
pergi juga dari kerajaan.
Mungkin, kamu bertanya-tanya… lantas bagaimana akhir dongeng
ini? Apakah akan berakhir bahagia, ataukah sengsara? Haha… sayangnya, aku pun
tak tahu. Sebab, dongeng ini masih berjalan, dan dituliskan melalui jejak-jejak
hari ini.
Dari rangkaian itu…
Aku hanya ingin mengucapkan, “Selamat menempuh hidup baru,
Kak Bedul. Terima Kasih telah menjadi partner kerja yang baik, bersabar dan
mengalah pada adik kecil yang manja, penuntut, dan banyak maunya ini.”
Sengaja tak kuisi semua halaman album ini, silakan
dilanjutkan ceritanya… sekreatifmu.
So, I don’t wanna say “Good bye”… I prefer to say, “See you again…”
Sincerely yours,
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment