Pages

11 June, 2013

(Te)Kanan


Saya lupa namanya, ada sejenis kue khas sumatera barat yang cara pembuatannya dibakar dari atas dan bawah. Dengan panas api dari dua arah tersebut ternyata tidak membuat kue itu gosong/tidak enak. Justru ia semakin matang terasa hingga ke dalam.
Yah..mungkin seperti inilah diri kita dalam hidup. Segala masalah terasa menekan dari segala arah. Dari atas (atasan, dosen, rekan bisnis,dll) kita dituntut, begitu pula dari bawah (bawahan, orangtua, teman, dll). Lebih spesifik lagi, itulah yang sedang saya rasakan saat ini. Bermain dengan waktu. Seakan jadi buronan detik dengan ukuran lulus wisuda/skripsi. Tekanan dari bawah, berupa orangtua, keluarga, teman yang menuntut untuk CEPAT  dalam menyelesaikan. Sedang dari atas, pihak birokrat dan akademika lain menuntut TEPAT dalam menyelesaikan.

Sangat logis, sebagai orangtua yang membiayai tentulah ingin cepat selesai tanggungannya. Terutama di kondisi single parent (krn bapakku sudah tiada) dan usia mama yang sudah tua serta telah pensiun. Walau aku bekerja, ternyata aku belum mampu menutupi biaya kuliahku sendiri. Memalukan ya!?

Sangat logis pula, bila pihak birokrat dan akademika lain ingin aku mengerjakan skripsi secara cermat dan tepat walau mungkin agak lamban. Karena sejatinya itulah citra, representasi dari ilmu yang kutimba selama hampir 4 tahun di kampus. Begitu pula sejatinya keinginanku, idealism. Bukan kuantitas, melainkan kualitas yang diutamakan.

Yah.. begitulah. Seakan aku sang kue. Dibakar dari atas dan bawah. Serasa diam saja di tempat, menerima api tersebut merobek hati, membakar diri tanpa perlawanan (atau memang tak bisa melawan!). Semua serba salah. Hidup terkadang membuat saya sangat lelah, namun ia tak mengijinkan saya untuk menyerah. Huuff...

Terbukti pula, IPK bagus bukanlah factor utama keberhasilan ataupun katalisator kelulusan. Studi di luar sana telah membuktikan bahwa IPK hanya menempati peringkat ke-17 dari 20 faktor penentu keberhasilan. Yang utama adalah soft skill. Kemampuan komunikasi, menegosiasi, speaking,memiliki networking luas. Yah..sejatinya itulah yang saya rasakan menjelang langkah skripsi. Bukan sekedar mengarang textbook atau copas, cocut teori. Melainkan lebih ke bagaimana kita bisa mempertahankan argument kita (yang benar) dengan baik, membaca gesture/kepribadian/mood orang lain yang kita butuhkan bantuannya dan hal lainnya. Seakan kita harus membuka segala kunci indera kita. Kunci mata batin kita, yang selama ini tertutupi tanpa sadar. Saat dimana semakin kita harus mendekatkan diri padaNYA, karena hanya DIAlah yang MAHA BESAR shingga segala masalah trasa kecil.

Ah..mungkin kalian muak dengan saya. Ini seperti sebuah pembenaran atas kebodohan saya. Semacam alibi atau alasan atas kelalaian, kelemahan dan kelambanan saya. Jelas, daripada menulisnotes seperti ini, kalian pasti lebih berpikir mengapa tidak memulai dengan menulis bab 1 atau outline? Yah..inilah sekali lagi… bodohnya saya. Entah pikiran saya yang aneh atau memang saya yang terlalu ke-positif-an, sehingga kalian melihat saya sangat santai. Strategi apa yang dipunya? Hmm…pokoknya ada lah. Tapi sedang patah. Jadi salah jugakah bila saya sedikit merenung dahulu?

Entahlah..jangan terinfeksi virus bodoh saya!
Sekedar menenangkan jiwa saya saja.
Itulah guna tulisan ini.
Itu saja. 


meta morfillah



No comments:

Post a Comment

Text Widget