Pages

31 March, 2024

[Review buku] Sketsa mendung


Judul: Sketsa mendung
Penulis: Raditya Dika
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: vi + 226 hlm, 14 x 20 cm, cetakan pertama 2021, (edisi digital di ipusnas)
ISBN: 9789797809805

Buku ini merupakan adaptasi visual dari cerpen yang dibuat dan dibacakan oleh raditya dika di youtubenya. Bentuknya seperti komik. Saya mengikuti ceritanya di youtube dan memang bagus. Dibuat novel grafis seperti ini lebih dapat lagi feelnya.

Ada 5 cerita dengan genre yang berbeda. Tetap ada unsur komedi khas penulis. Di antara cerita itu, saya paling suka cerita "Gendong" meski agak horor sebab berkisah seorang ayah yang ingin menggendong anaknya namun sudah tidak bisa sebab ia sudah menjadi hantu. Cerita bergenre horor lainnya adalah "Cium" tentang pesugihan dengan twist ending yang membuat merinding.

Sementara 3 cerpen lainnya termasuk romantis namun sad ending semua. Seperti di "Gerimis" yang berkisah sulitnya move on setelah 5 tahun bersama. Lalu ada "Setahun" tentang ketidakjelasan keberadaan kekasih yang hilang di gunung. Dan kisah "Cuma teman" tentang perasaan sahabat yang berubah jadi cinta dan realistis ditinggalkan sebab orang yang disukai memilih menikah dengan pilihannya.

Tambahannya, di tiap akhir cerita penulis menambahkan proses kreatifnya dalam menulis tiap cerita. Dinamakan sketsa mendung, sebab ditulis dalam masa pandemi. Di mana masa itu seperti mendung gelap yang kita tidak tahu kapan akan berakhir. Penulis berharap mendung segera berhenti berganti cerah kembali.

Cocok dibaca di waktu senggang dan tidak lama. Visualnya menarik. Namun saya beri bintang 4 sebab saat disatukan terasa kurang nyambung karena memang tidak ada benang merah antar tiap cerita. Serta genrenya juga beda sekali. Seperti portofolio penulis saja.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta Morfillah

#1hari1tulisan #resensibuku #reviewbuku #bacabuku #sketsamendung #radityadika #fiksi #novelgrafis

30 March, 2024

[Review buku] Cerita mamah muda - Me time


Judul: Me time
Penulis: Lea Agustina & 4 kawan lain
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 272 hlm, 20 cm, cetakan pertama 2018, (edisi digital di ipusnas)
ISBN: 9786020387413

Buku ini ditulis oleh 5 ibu rumah tangga. Berisi 5 cerita tentang ragam usaha me timenya ibu-ibu. Di kisah pertama, tentang kelelahan ibu beranak dua yang menikah muda, merasa tidak memiliki pencapaian karir hingga berandai bagaimana jika ia tidak menikah muda. Dan semua itu terwujud dengan sebuah mesin waktu ke 4 tahun kemudian. Sementara di kisah kedua, penantian 7 tahun akan buah hati, hingga merelakan karir dan mendapatkan seorang anak. Nyatanya bukan bahagia, malah merasa makin lelah dengan kehadiran anaknya sebab idealismenya sendiri.

Di kisah ketiga, ini paling absurd sih bagiku dan meski ada kalimat me time, tapi penggambarannya kurang tajam. Malah terasa seperti tempelan saja, fokusnya lebih ke fantasi tentang nyanyian peti mati. Dan inilah kekurangan buku ini menurutku. Di kisah keempat tentang perjuangan seorang kekasih dari wanita single parent yang berusaha memberikan waktu me time untuknya dengan membiarkan liburan 7 hari dan meninggalkan anaknya dengan kekasih lelakinya. Di cerita ini, aku merasa suudzan terus sih haha. Masak berani amat ibu ninggalin anak ceweknya sama kekasih, tanpa ada orang lain. Tapi ya namanya juga fiksi, ini juga bikin kurang di mataku sih hehe.

Terakhir, kisah ibu muda dengan 2 anak dan suami yang usahanya makin besar sehingga sering ditinggal. Melepaskan kuliah demi menikah, sering diceramahi mamanya sendiri hingga memilih menjauh, dan ternyata kelelahan bertahun-tahun menumpuk jadi sebuah kesalahan yang berdampak memberinya me time 3 hari sendirian: lupa beli tiket untuk dirinya sendiri. Saking dia mengutamakan suami dan anak-anaknya terus, bukan dirinya.

Semua kisah itu cukup mewakili cerita hidup para mama muda dan segala perjuangannya demi me time. Menghibur bagi saya yang juga relate akan beberapa isu yang diangkat.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta Morfillah

#1hari1tulisan #resensibuku #reviewbuku #bacabuku #kenterate #metime #kumpulancerita #parenting

27 March, 2024

[Review buku] Mamomics - curhatan emak-emak dalam komik


Judul: Mamomics - curhatan emak-emak dalam komik
Penulis: Mamomics
Penerbit: Transmedia
Dimensi: 116 hlm, 15 x 23 cm, cetakan pertama 2013, (edisi digital di ipusnas)
ISBN: 9786022860024

Buku ini ditulis oleh 4 ibu rumah tangga dan 1 orang gadis yang salah pergaulan, tapi suka menggambar. Mereka berteman di facebook dan awalnya membuat sketsa untuk dibagikan di facebook. Hingga kemudian diseriusi menjadi buku.

Isi bukunya tentang tingkah ajaib anak-anak mereka yang relate dengan kehidupan seorang ibu. Ada yang anaknya dua, kembar, tiga, dan empat. Tiap penulis mempunyai gaya gambar yang berbeda. Ada yang lucu kawai, ada yang kayak karikatur di koran, ada pula yang macam richie rich/monica. Semua dikemas dalam warna hitam putih. Bentuknya pun beragam, ada yang komik 4 panel, 2 panel, dll.

Bacaan ringan dan bisa habis sekali duduk karena berupa gambar/komik dan tidak banyak tulisan. Cocok buat hiburan ringan emak-emak yang sulit kali punya waktu baca tenang hehe.

Kekurangannya bagi saya terkait selera gambar aja. Ada yang kurang saya sukai style gambarnya karena kurang cocok untuk menceritakan kelucuan anak. Terkesan seperti serius bagi saya, yaitu yang gaya karikatur. Entah, melihat macam karikatur itu teringatnya ali oncom atau doyok di koran pos kota 😂

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta Morfillah

#1hari1tulisan #resensibuku #reviewbuku #bacabuku #mamomics #curhatemak #komik #parenting

26 March, 2024

[Review buku] Rainbirds


Judul: Rainbirds
Penulis: Clarissa Goenawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 400 hlm, 20 cm, cetakan pertama 2018, (edisi digital di ipusnas)
ISBN: 9786020379197

Seberapa yakin kita mengenal orang-orang terdekat atau yang kita anggap paling dekat dengan kita?

Itulah yang dirasakan Ren, saat menelusuri hidup kakaknya, Keiko Ishida setelah kematiannya di Desa Akakawa. Mati akibat tikaman di tengah malam saat rintik hujan sebelum akhirnya tidak bernyawa. Rasa penyesalan dan bersalah hinggap di hati Ren, yang ternyata sangat menyayangi Keiko.

Dengan alur maju mundur, penulis mendeskripsikan latar imajiner bernama Desa Akawaka dan kemisteriusannya yang sesuai dengan anonimitas Keiko. Tanpa direncanakan, Ren menerima pekerjaan Keiko sebelumnya sebagai guru bimbel dan pindah ke tempat terakhirnya sebelum meninggal. Meski terasa lambat dan tidak terlalu mengedepankan penyelidikan mengenai pembunuh kakaknya, novel ini tidak menjemukan.

Justru perenungan Ren menguatkan rasa/konflik batin yang dialaminya. Ingatan-ingatan yang muncul serta twist yang tak terduga membuat cerita ini makin dalam. Hanya saja, saya masih bingung bagaimana atau alur merah apa yang membuat Ren menemukan siapa pembunuh kakaknya. Di bagian itu masih kurang tajam dan terasa lompat dari konflik utama. Juga apa alasan keluarga katou sebenarnya? Dan makna rainbirds di judulnya?

Cocok untuk yang suka slow pace, misteri dan karakter kuat. Meski begitu jika sudah membaca, tidak mau lepas hingga tuntas. 

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta Morfillah

#1hari1tulisan #resensibuku #reviewbuku #bacabuku #rainbirds #clarissagoenawan #fiksi

25 March, 2024

[Review buku] Lemonade Granny

Judul: Lemonade Granny
Penulis: Hyun Irang
Penerbit: Elex Media Komputindo
Dimensi: 194 hlm, cetakan pertama 2023, (edisi digital di ipusnas)
ISBN: 9786230037405

Dapat rekomendasi buku ini dari grup @temanbacaibu dan harus antre cukup lama di ipusnas. Namun setelah menamatkan, worth it sih ngantre selama itu karena memang bagus.

Novel ini berkisah tentang sebuah rumah perawatan bernama Desa Doran yang dibangun untuk para orangtua kaya penderita Demensia. Mereka membayar mahal untuk mendapat fasilitas dan tenaga perawat yang diatur seperti hidup di tengah masyarakat biasa. Hingga suatu pagi suasana tenang di Desa Doran terusik sebab ada penemuan mayat bayi di tempat sampah. Nenek limun dan bocah lelaki (anak dokter Seo Yi Soo) berusaha mencari tahu siapa ibu dari bayi itu dan siapa yang membuangnya.

Hubungan nenek dan bocah itu pun terjalin baik meski diawali dengan hal yang tidak biasa untuk ukuran anak usia 6 tahun. Semakin didalami, kasus sederhana itu ternyata membongkar busuknya Desa Doran dan para petinggi serta investornya.

Di awal melihat cover, saya kira ini buku anak-anak, namun saat melihat label di belakang buku, tertera 17+ dengan genre misteri dan thriller. So, jangan tertipu dengan ilustrasi lucu di cover. Alur cerita memang terkesan lambat untuk menemukan sebuah jawaban. Namun dengan sudut pandang berbeda dari tiap tokoh justru membantu pendalaman deskripsi latar dan tokoh. Jadi tidak bosan dan ketegangan muncul secara alami. Plot twist pun terbangun rapi.

Bagian paling menyentuh bagi saya ada di kesinisan nenek limun terhadap keluarga/anak, perjuangan bertahan dokter Seo demi anaknya, dan terakhir hubungan menyayangi nenek dengan bocah menjelang kematiannya. Meski karakter nenek menyebalkan, tapi dia jadi sejenis villain semacam Snape di Harry Potter. Tokoh antagonis yang patut disayangi sebab sesungguhnya dia penyayang dengan caranya yang aneh.

Novel yang bisa habis sekali duduk, mudah dibayangkan bila jadi film pasti akan seru, dan meninggalkan kesan dengan banyak isu yang diangkat (demensia, hubungan anak dengan orangtua, kekerasan dalam rumah tangga, kesewenangan kapitalis, dll).

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

Meta Morfillah

#1hari1tulisan #resensibuku #reviewbuku #bacabuku #lemonadegranny #hyunirang #fiksi

24 March, 2024

[Review buku] You do you


Judul: You do you
Penulis: Fellexandro Ruby
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: xiii + 236 hlm, cetakan kedua Desember 2020, (edisi digital di ipusnas)
ISBN: 9786020649344

Tertarik baca buku ini karena dengar podcast TDOL dan pernah sekali liat penulis review beberapa buku self improvement di youtubenya. Pengin tahu isi pikirannya sebab buku yang direview menarik semua dan beberapa udah pernah dibaca. Lalu saat baca, memang rasanya seseru dengerin podcastnya. Gaya bahasanya asyik, ringan, dan ngalir. Kelebihan lainnya kaya referensi/data dan kayak intisari dari bacaan best seller lainnya.

Jadi pas baca ini langsung teringat ponakan yang lagi kuliah dan rekomendasiin dia buat baca. Sebab stylenya cocok sama gen Z/milenial usia 20-30an. Apalagi yang sedang banyak kegalauan akan career, money, dll cukup menjawab bila baca buku ini. Topik utamanya adalah self awareness.

Garis besarnya kayak gini:
Bab 1 bertemu dengan diri sendiri (penulis memahami dirinya berdasarkan teori DISC yang dia share juga linknya di sini, serta gaya belajar VAKS/Visual Auditory Kinestetik Sensory)
Bab 2 bertemu dengan ikigai (penulis menjelaskan objek yang memberikan alasan untuk hidup, bisa keluarga, anak, Impian. Tidak melulu pekerjaan/uang. 
Ikigai bukan hanya soal apa yang mau kita lakukan dalam hidup, tapi juga soal kita mau menjadi siapa, menjadi manusia yang seperti apa. Sehingga kebahagiaan-kebahagiaan kecil dalam keseharian yang dalam jangka panjang akan membuat hidup lebih bermakna (h. 59))
Bab 3 designing your life (penulis membahas tentang season in life, belokan tajam, 4 pilihan karir, orangtua, kegagalan berdasarkan narasymber podcast TDOLnl dan pengalaman pribadinya 13 tahun bekerja)
Bab 4 building your new net worth (penulis menekankan 4 hal yakni skill, influence, health, money)
Bab 5 principles (in the end ada beberapa hal yang harus diyakini menurut penulis yaitu growth mindset, privilege, two lenses: days & decade, connecting the dots) 

Sedikit kekurangan bagi saya ada beberapa hal yang agak berbeda sudut pandang sebab keyakinan yang mendasari. Ditambah bila usia sudah 30 ke atas, berkeluarga, memiliki anak, ada beberapa variabel yang kurang pas bila diterapkan. But, back again YOU DO YOU.  Overall banyak kutipan menarik yang saya catat di buku ini.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta Morfillah

#1hari1tulisan #resensibuku #reviewbuku #bacabuku #youdoyou #fellexandroruby #nonfiksi #selfimprovement

22 March, 2024

[Puisi] Tak ada yang tahu


Langit kemarin biru
Sekarang kelabu
Tak pernah ada yang tahu
Ke mana hidup ini menuju

Sebisa-bisanya kita
Yakin pada Maha Pencipta
Tidak selamanya menderita
Dia amat besar cintaNya

Hidup sederhana jangan dibuat rumit
Dengan kesah dan komat kamit
Hanya karena nestapa sekelumit
Lupa bersyukur hingga saatnya pamit

Meta morfillah

21 March, 2024

[Puisi] Sekarang


Di usia sekarang
Sudah tak lagi mencari tegang
Hanya ingin semua berjalan
Tenang dan perlahan

Tak semua disuarakan
Kadang beberapa hal cukup ditelan
Tanpa perlu diejawantahkan

Sepi kadang jadi penyelundup
Berusaha membuat hidup meredup
Kepala berkicau
Berusaha membuat hati kacau

Berpegangan harus pandai
Agar tak tergerus badai
Apalagi jika iman tergadai
Bahaya bila hendak merandai

Maka kembali hanya pada Tuhan
Agar lolos dari segala imtihan

Meta morfillah

Hari puisi sedunia
21 Maret 2024

19 March, 2024

[Review buku] Three sisters


Judul: Three sisters
Penulis: Seplia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 226 hlm, 20 cm, cetakan pertama 2017, (edisi digital di ipusnas)
ISBN: 9786020340104

Salah satu cara menyegarkan pikiran adalah baca buku metropop, sebab ringan dan bisa habis dalam sekali duduk. Di ipusnas saya menemukan buku ini. Mengisahkan tentang tiga saudari dengan status dan masalahnya masing-masing.

Anak sulung bernama Rera, 32 tahun, masih melajang. Masalah utama dalam hidupnya adalah jodoh.
Anak tengah bernama Gina, seorang bankir sukses, menikah muda dengan dosen, dikaruniai 2 anak berusia 6 dan 4 tahun. Masalah utama dalam hidupnya adalah jenuh akan rutinitas pekerjaan dan rumah tangga.
Anak bungsu bernama Yumi, 3 tahun menikah belum dikaruniai anak, rela melepas  pekerjaan demi bisa punya anak. Masalah utama dalam hidupnya adalah ibu mertua bermulut kejam.

Enam bulan mereka ditinggalkan orangtua keluar negeri, mulailah konflik mewarnai. Hingga membuat dua di antara mereka bersitegang, lalu hampir bercerai, namun semua tetap diupayakan selesai tanpa perlu diketahui orangtua. Di ending, semua selesai saat orangtua mereka kembali. Tentu saja happy ending.

Meski ringan, banyak nasihat yang mereminder saya kembali sebagai pembaca yang sudah berumahtangga. Semua itu terletak dalam dialog yang natural. Cocok dibaca bagi wanita yang masih single atau sudah berumah tangga, apalagi yang sedang merasa jenuh dengan hidupnya yang nampak monoton.

Saat membaca part Rera, bisa membuat tersenyum dengan tingkah Xian. Di part Gina, sebal dengan kebodohan Gina, relate dengan kelucuan dan keberisikan 2 anaknya. Di part Yumi, belajar jadi menantu yang sabar dan pasangan yang saling menjaga.

Kekurangan novel ini, ada beberapa konflik yang kurang tajam dasarnya, sehingga pergantian alur/klimaksnya kurang smooth dan terkesan buru-buru.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta Morfillah

#1hari1tulisan #resensibuku #reviewbuku #bacabuku #threesisters #seplia #fiksi

[Review buku] Pencari harta karun


Judul: Pencari harta karun
Penulis: Agnes Jessica
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 224 hlm, 20 cm, cetakan pertama September 2017, (edisi digital di ipusnas)
ISBN: 9786020376196

Dulu karya penulis ini banyak saya miliki, karena seru untuk level teenlit/romance. Lalu, saat menemukan buku ini di ipusnas, saya kira semacam petualangan. Gaya tulisan baru dari penulis, pikir saya. Namun ternyata salah.

Ya, masih seputar romance. Namun kali ini memang gaya penulisannya lebih dewasa dan religi. Tentang iman dalam Kristiani. Bertokohkan seorang pemuda bernama Jamal yang dilanda nestapa berturut-turut (dipecat, gadis yang dicintainya sudah memiliki tunangan, ditinggal mati oleh neneknya yang merupakan satu-satunya keluarga dalam 1 hari) hingga ia memutuskan bunuh diri. Namun, 3 kali percobaan bunuh dirinya digagalkan terus oleh Tuhan. Sampai ia bertemu seorang bapak bernama Ahmad. Dari Ahmad, Jamal dikenalkan pada milis pencari harta karun. Semenjak mengikuti saran Ahmad dan percaya pada apa yang dituliskan di milis pencari harta karun tentang kekuatan pikiran dan bersyukur, hidup Jamal perlahan membaik bahkan berkembang pesat. Sampai ia menemukan cinta sejatinya, Laura.

Membaca novel ini rasanya seperti menonton FTV religi yang begitu ketebak alur dan endingnya. Jadi terasa hambar dan kurang tajam konfliknya. Plot twistnya pun terasa biasa. Lebih mirip ke buku motivasi iman sih. Tapi bagi saya terlalu menggurui sehingga kurang menarik untuk ukuran novel.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

Meta Morfillah

#1hari1tulisan #resensibuku #reviewbuku #bacabuku #pencarihartakarun #agnesjessica #fiksi

15 March, 2024

[Review buku] Dilarang mencintai bunga-bunga


Judul: Dilarang mencintai bunga-bunga
Penulis: Kuntowijoyo
Penerbit: Noura books
Dimensi: perkiraan 200-an hlm, cetakan 2016, (cerpen tahun 1992, edisi digital di ipusnas)
ISBN: 9786023850242

Berisi 10 cerpen dengan rata-rata 20 halaman, buku ini mengisahkan tentang keadaan masyarakat pedesaan dengan segala hierarki status dan keimanannya. Mengajak kita berpikir atas kritik sosial yang masih relevan hingga saat ini. Meski buku ini sudah terbit sejak tahun 1992.

Dengan plot twist dan sedikit unsur klenik/kepercayaan menjadikan cerita menarik dan tak terduga. Seperti di cerpen berjudul "Anjing", "Serikat laki-laki tua", "Gerobak itu berhenti di muka rumah", dan "Mengail ikan di sungai". Lalu ada pula kritik tentang keimanan manusia seperti di cerpen "Sepotong kayu untuk Tuhan" dan "Burung kecil bersarang di pohon". 

Aura mistis dari klenik yang dipercayai terdapat di beberapa cerpen seperti "Segenggam tanah kuburan" dan "Ikan-ikan dalam sendang". Sisanya menyoroti kritik sosial atas stigma/generalisir suatu peran seperti dalam cerpen "Dilarang mencintai bunga-bunga" yang menggambarkan bahwa lelaki haruslah bekerja kasar dan tak boleh lembut seperti wanita. Ada juga tentang isu patriarki bahwa suami harus bisa menaklukkan istri dan istri tidak boleh lebih pintar dari suami seperti dalam cerpen "Samurai".

Gaya bahasa yang digunakan cukup puitis khas sastra lama, hingga beberapa kata tidak familiar dan membuat saya mencari tahu yang menambah kosakata baru bagi saya.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta Morfillah

#1hari1tulisan #resensibuku #reviewbuku #bacabuku #dilarangmencintaibungabunga #kuntowijoyo #kumcer #kumpulancerpen #cerpen

13 March, 2024

[Review buku] Pedoman ilmu tajwid lengkap


Judul: Pedoman ilmu tajwid lengkap
Penulis: Acep Iim Abdurohim
Penerbit: Diponegoro
Dimensi: 210 hlm, 20 cm, cetakan pertama 2016
ISBN: -

Ramadan tiba, bulannya al quran, maka membaca al quran sesuai tajwid adalah kewajiban. Namun kadang kita masih belum mahir, bagaimana tajwid yang baik dan benar. Mengapa hukumnya begini begitu? Nah, kehadiran buku ini amat membantu bagi saya.

Meski saya beli setahun lalu sebab keperluan tahsin, ternyata terpakainya sepanjang usia. Harganya murah, tapi ilmu yang terkandung gak murahan. Sebagai orang awam/pemula, buku ini sangat mudah dimengerti. Sebab bahasanya ringan, pengantarnya memahamkan (tidak sekadar membahas hukumnya saja, tapi sebab dan dalil hingga hukum tajwidnya seperti itu), ada skema dan tabel yang sudah berisi kapita selekta pembahasan, contoh praktis dan aplikatif, dan tak kalah penting referensi dari berbagai kitab tajwid yang telah dikenal.

Isinya terbagi menjadi 20 bab: 1. Huruf hijaiyah; 2. Makhraj huruf; 3. Sifat² huruf; 4. Sebutan huruf; 5. Cara membaca isti'adzah, basmalah, dan surah; 6. Hukum nun bersukun dan tanwin; 7. Hukum mim bersukun; 8. Hukum idgham; 9. Hukum mim dan nun bertasydid; 10. Hukum lam ta'rif; 11. Lam bersukun pada fi'il; 12. Hukum ra'; 13. Hukum lam jalalah; 14. Qalqalah; 15. Hukum madd; 16. Macam² waqaf; 17. Cara melafalkan lafazh yang di-waqaf-kan; 18. Tanda² waqaf; 19. Waqaf, saktaj, dan qath'u; 20. Tashil, imalah, naql, isymam, raum, ikhtilas, dna lafazh yabshuth; 21. Mengenal mushaf al quran standar indonesia

Saya sangat merekomendasikan bagi yang beragama Islam. Meski kalian baru belajar ngaji/tahsin, atau kalian adalah guru tahsinnya, buku ini amat bermanfaat.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

Meta Morfillah

#ReviewBuku

06 March, 2024

[Review buku] Teka-teki terakhir


Judul: Teka-teki terakhir
Penulis: Annisa Ihsani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 256 hlm, 20 cm, cetakan pertama Maret 2014 (edisi digital di ipusnas)
ISBN: 9786020302980

Banyak rumor mengatakan bahwa pasangan Maxwel adalah penyihir atau ilmuwan gila. Sehingga banyak yang takut melintasi rumah mereka, apalagi masuk ke dalamnya. Laura dan Jack pun sebagai tetangganya memilih jalan memutar untuk ke sekolah sebab rumor tersebut. Hingga suatu hari, saat Laura mendapatkan nilai 0 untuk kuis matematikanya yang lalu ia lemparkan ke tempat sampah, ia bertemu dan berbicara dengan Tuan Maxwel.

Pertemuan yang diakhiri dengan hadiah sebuah buku tentang angka nol, ternyata menjadi jalan pembuka persahabatan Laura dengan keluarga Maxwel yang ternyata merupakan profesor dan ahli matematika. Diskusi seru tentang matematika bergulir tiap Laura bermain dan membaca di perpustakaan Tuan Maxwel. Hingga sebuah teka-teki terkait pembuktian teorema terakhir Fermat menjadi akhir dari kisah persahabatan mereka. Semua itu bermula di tahun 1992, saat Laura berusia 12 tahun.

Saya tertarik membaca novel ini sebab ada rekomendasi di website. Jujur saja tidak menyangka kalau ini adalah teenlit, dan penulisnya orang Indonesia. Sebab latar dan tokoh yang dibangun begitu meyakinkan dari Barat. Kisahnya pun cukup menarik, membahas matematika dari segi fiksi. Mengikuti psikologi anak berusia 12 tahun hingga ia berusia 16 tahun,  persahabatan yang terjalin cukup membuat hati hangat. 

Apalagi bagian saat Laura diizinkan ke perpustakaan Maxwel, membuat hati saya bungah seakan saya menjelma Laura. Hal paling indah bagi booklovers di mana pun. Meski secara konflik tidak terlalu tajam dan datar, namun alurnya tak membosankan. Cocok untuk remaja hingga dewasa yang ingin membaca bacaan ringan dan terselip matematika di dalamnya. Secara implisit, kita diminta untuk tidak menilai seseorang berdasarkan rumor, melainkan kenalan langsung dan bersahabatlah dengan tulus.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta Morfillah

#1hari1tulisan #resensibuku #reviewbuku #bacabuku #tekatekiterakhir #annisaihsani #teenlit

Text Widget