MANISNYA IMAN
Bu Efi
Jumat, 30 Maret 2018
Ketika merasa cinta pada Allah dan akan semakin dirasakan ketika seseorang berusaha menyempurnakan imannya. Misal tadinya salaman sama kakak ipar atau om (lawan jenis), jadi tidak karena tahu mahramnya. Pakai kaos kaki meski ke teras rumah.
Cara merasakan manisnya iman dengannya taqarrub ilallah (mendekatkan diri pada Allah), menambah yang sunnah.
Bukti seseorang telah merasakan manisnya iman melahirkan perasaan ridha bahwa Allah adalah Tuhan kita, Islam agama kita dan Nabi Muhammad suri tauladan kita. Kita pun siap diatur oleh Allah. Selalu menyahut seruan dakwah/jihad meski berat rasanya (seperti memenangkan barisan politik islam).
Jika tidak, bersiaplah mempertanggungjawabkannya (Q. S. At taubah [9]: 24)
Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Bukti lainnya, kita akan:
1. Merasakan lezatnya ketaatan (istizhal tutthoah)
Shalat lebih khusyu, tilawah dinikmati dan selalu merasa ingin membaca lagi dan lagi, cara berpakaian dan pergaulan semakin shalih.
Seperti kisah wanita anshar saat diturunkan ayat hijab, langsung dipakai apa saja yang ada, seperti gorden dan taplak.
2. Merasakan lezat saat kesulitan (istizhatul masyaqoh)
Nikmati dinamikanya. Dakwah menuntut segalanya dari kita: waktu, ide, tenaga, dana, dll.
#catatan sepemahaman penulis
Meta morfillah