BATASAN
Di era digital dan informasi ini, pertemanan kita seakan tak berjarak, terlebih di dunia maya. Coba dicek, ada berapa sebenar-benarnya kawan yang kita kenal dari ribuan friends di friendlist kita? Coba dicek, berapa range usia? Apa sebab/mutual friends dia menjadi teman kita? Selintas lalu ataukah memang kenal dekat?
Dulu, saya punya berbagai akun dan bangga dengan banyak-banyakan followers, tanpa disaring. Sampai belahan dunia sana, sampai postingan yang tidak sesuai budaya dan agama saya berseliweran di timeline. Mendewasa, ternyata membuat saya berpikir bahwa tidak penting KUANTITAS/banyaknya teman jika tidak BERKUALITAS.
Maka saya mulai membuat batasan. Batasan siapa saja yang menurut saya positif dan potensial saling menasihati/berdakwah. Batasan usia mental untuk membaca postingan saya. Batasan agar tidak memengaruhi kinerja/objektivitas saya.
Hasilnya, berkurang drastis jumlah followers. Dan ternyata, masih banyak yang belum paham etika bermedia sosial. Ada yang lupa diri dengan mengekspresikan segala masalah pribadinya tanpa tujuan (mencari solusi, atau sharing mengambil hikmah) hingga lupa dirinya disorot oleh seluruh teman di medsosnya. Dan itu berbalik menjelekkan pribadinya sendiri.
Maka saya batasi lagi dengan gembok. Saya pun tak segan mengunfriend teman yang menurut saya tidak membawa pengaruh baik bagi saya.
Sebab, sekarang ini terlalu banyak orang yang menjudge pribadi dari medsosnya saja. Mereka lupa tentang sabda Nabi bahwa mabit/safarlah minimal 3 hari untuk mengetahui watak seseorang. Bukan kepolah dengan medsosnya. Apa yang tampak belum tentu yang sebenarnya. Too much information, so please be smart!
Ternyata, sebebas-bebasnya tetap ada batasan. Dan batasan itulah yang menjaga kita dari kejatuhan. Tetaplah jaga batasan itu, sesuai syariat yang telah kamu pelajari.
Meta morfillah