Pages

11 June, 2015

[Review buku] Manjali dan cakrabirawa

Judul: Manjali dan Cakrabirawa
Penulis: Ayu utami
Penerbit: KPG
Dimensi: x + 252, 13.5 x 20 cm, cetakan kedua september 2010
ISBN: 978 979 91 0260 7

"Jika kebetulan-kebetulan itu terlalu banyak dan cocok satu sama lain... Anda percaya bahwa itu adalah serangkaian kebetulan belaka?" (Jacques, hlm. 17)

"Misteri adalah sesuatu yang jawabannya tak akan pernah kau capai dalam hidup ini. Teka-teki adalah sesuatu yang jawabannya ada dalam hidup ini." (Yuda, hlm. 201)

"Manusia mungkin tidak punya kapasitas untuk mengampuni (barangkali hanya Tuhan yang bisa mengampuni), maka yang bisa kita lakukan adalah berdamai. Berdamai dengan sisi gelap yang tak bisa kita kuasai." (Parang jati, hlm. 207)

Tertulis di halaman belakang sampul novel ini, bahwa novel ini adalah roman misteri - seri bilangan fu. Tokoh utama dalam novel ini berpusat pada Marja, gadis kota yang ringan hati dan terbelah cintanya terhadap dua lelaki, Yuda dan Parang Jati. Jika Bilangan Fu lebih filosofis, seri roman ini lebih merupakan petualangan memecahkan teka-teki. Teka-teki itu berhubungan dengan sejarah dan budaya nusantara, sehingga novel ini ringan membawa pembacanya kembali mengenal khazanah tersebut. Seri bilangan fu selanjutnya akan terdiri roman misteri dan roman spiritualisme kritis.

Masih terkait dengan cerita di novel sebelumnya, yakni bilangan fu. Novel manjali dan cakrabirawa ini menjelaskan detail yang terjadi selama hampir dua pekan Yuda meninggalkan kekasihnya, Marja di Sewugunung bersama sahabatnya, Parang Jati. Bermula dari jelajah alam dan candi bersama, hingga menemani penggalian artefak candi Cwalanarang seorang peneliti dan arkeolog asal Prancis bernama Jacques, Marja menemukan sesuatu hal yang baru. Perlahan tapi pasti, ia menyadari bahwa dirinya jatuh cinta pada Parang Jati, padahal ia sudah berpacaran dengan Yuda. Serta beragam hal yang terjadi membuka mata dan hatinya menjadi lebih peka. Ia menemukan rahasia yang terkubur di balik hutan, kisah cinta yang sedih melibatkan cakrabirawa dan gerwani serta sejarah kelam negeri ini, juga beragam kisah hantu yang bahkan ia temui dan masih menjadi misteri hingga akhir. Puncaknya adalah, saat dirinya berhasil menjawab teka-teki yang berdampak pada manusia lainnya. Beragam kebetulan itu, membuat dirinya berpikir bahwa setiap yang terlibat memiliki arti.

Secara isi, novel ini benar-benar seperti bacaan ringan yang jauh sekali dari gaya awal ayu utami di novel sebelumnya yang kritis, bilangan fu. Tidak banyak hal istimewa yang saya dapatlan selain kisah calon arang dan kerajaan airlangga. Terlalu jauh rasanya bila dibandingkan dengan novel sebelumnya. Terlalu mudah ditebak, fokus lebih ke imajinasi liar Manjali yang menurut saya agak membosankan dan diulang-ulang. Saya tak tahu seri selanjutnya berjudul apa, dan akan dibuat seperti apa. Hanya saja, berharap tidak sedangkal ini. Atau, saya kehilangan objektifitas, karena novel sebelumnya, bilangan fu berhasil membuat saya terpukau dan berharap tinggi?

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget