Pages

04 February, 2014

C(erm)inta

Diambil dari sini
Sungguh lucu bila kita tak memahami cinta. Bukannya menjadi diri sendiri, tapi kita saling mencari diri di cerminan mata pasangan kita. Kamu berusaha mencari dirimu sendiri di dalam diriku, aku mencari diriku dalam dirimu. Hal-hal yang tak kamu sukai, tapi aku sukai, mulai kamu coba untuk menyukainya. Pun aku padamu. Bukankah ini lucu? Kita saling membiaskan diri atas nama cinta sesaat. Kehilangan rupa diri asli kita masing-masing.

Hingga kita menyadarinya, lalu memutuskan untuk menyudahi. Yaa.. Sebuah keputusan selalu membawa keputusan yang lain. Untuk suatu waktu, keputusan terbaikku adalah tidak menemuimu. Tentu tidak ada keputusan yang mudah dan tidak mengandung risiko.

Tak ada perjalanan yang mudah, tak ada temuan yang sempurna, seperti tidak pernah ada keputusan yang sempurna. Walau berdua kita rasakan bahagia, hebat dan tak pernah membosankan, tapi kita harus akhiri. Ketika ada segumpal daging yang dinamai hati, berkata bahwa ini bertentangan dengan iman kita. Dalam kesenangan semu, kita berdua gelisah. Beruntunglah, kita tak menampik dan mengabaikan kegelisahan itu. Sebab keimanan sesungguhnya adalah buah dari pencarian. Keimanan tanpa kegelisahan pembelajaran adalah keimanan semu. Sebab pengalaman spiritual adalah kesunyian kita masing-masing. Nasib masing-masing yang menyentakkan.

Mungkin inilah nasib hubungan kita. Berpisah untuk mencapai cinta yang kita imani.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget