Pages

30 December, 2015

Berbaik sangka padaNya

"Ribet banget ya Islam... banyak enggak bolehnya. Ngucapin selamat natal enggak boleh, ngerayain tahun baru ga boleh, dll. Berat pula tuntutannya. Salat subuh, lima kali sehari, belum salat malam. Ckckc.."

Akhir-akhir ini makin banyak dengar kalimat senada di atas. Awalnya saya sih diamkan saja, paling kurang ilmu. Tapi barusan, saat mau tidur saya perhatikan wajah mama saya yang terlelap, tiba-tiba kepikiran begini: hal yang paling menyakitkan bukanlah dibenci, melainkan tidak dipedulikan lagi.

Lalu saya ingat bahwa mama dulu sering banget larang-larang saya ini itu, banyak banget aturan, sampai saya bosan dengar "nyanyian" mama kalau saya melanggar salah satu aturan. Tapi saya tahu, bahwa semua itu dilakukan bukan karena benci, melainkan teramat sayang. Peraturan dibuat agar kita tidak keluar jalur, ada batasan. Semua demi kebaikan kita sendiri. Malah, kalau mama lagi marah... saya didiamkan saja. Terserah mau ngapain. Bebas. Tapi hati saya tidak senang. Sebab saya dianggap tidak ada. Saya tak dipedulikan. Dicuekin. Kayak batu kerikil di jalan tol.

Nah... mungkin Allah menyayangi kita seperti itu. Seperti kasih sayang ibu kita. Bukankah melalui orangtua, terutama ibu, Allah merepresentasikan sedikit kasih sayangNya? Jadi... cobalah berbaik sangka bila belum mampu berpikir dan bertemu jawab untuk hal-hal yang dilarangNya.

"Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda penciptaan Allah, bagi kaum yang MAU BERPIKIR."

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget