Pages

08 September, 2025

[Review buku] Namaku Alam (1)



Judul: Namaku Alam (1)
Penulis: Leila S. Chudori
Penerbit: KPG
Dimensi: 438 hal, cetakan ketigabelas April 2025
ISBN: 9786231340825

Alam lahir tahun 1965, tanpa tahu wajah Bapak. Hanya ingatan usia 3 tahun, ia pernah dipangku Bapak. Setelahnya hanya ada Ibu, Yu Kenanga, dan Yu Bulan. Tahun 1970, saat usianya 5 tahun, ia resmi menjadi yatim sebab Bapaknya dieksekusi tembak mati. Sejak itu, hidup tak pernah mudah baginya. Kutukan "keluarga tapol" yang diberikan Bapaknya membuat ia selalu merunduk dan menahan diri. Terutama dari keluarga besar ibunya. Meski demikian, ia tumbuh sebagaimana anak lainnya. Bersahabat dengan Bimo, mengalami masa SMA luar biasa di Putra Nusa, dan tentu jatuh cinta. Kekuatan fisiknya yang terlatih oleh karate dan kekuatan otaknya yang memiliki photograpic memory harusnya membuat ia berprestasi dan terkenal. Namun di masa itu, keluarga eks tapol tidak memiliki pilihan, bahkan untuk memperjuangkan cinta. Bagaimanakah Alam berdamai dengan dirinya?

Setelah melihat sudut pandang keluarga Tapol di luar negeri yang tak bisa kembali di novel "Pulang", kini penulis memberikan PoV keluarga Tapol yang bertahan di dalam negeri. Sama sulitnya. Sama sedihnya. Melalui Alam, kita menelusuri sejarah negeri yang berlubang dan tidak ada di buku teks sejarah sekolah. Bagian paling menyedihkan bagi saya tentu saat Yu Kenanga menceritakan masa kelam di Budi Kemuliaan, bagaimana ibunya bertahan diinterogasi dan dilecehkan demi menjaga anaknya.

Saya terngiang kalimat "Pilihkan ayah/ibu terbaik untuk anakmu. Itulah hadiah terbaik yang bisa kamu berikan untuk mereka." sebab pergulatan batin Alam. Bukan salah anak, tapi dosa para ayah mencelakakan keluarga. Ilustrasi burung nassar di cover serta bab dan warna merah kesumba melambangkan jiwa Alam terhadap Bapak dan lingkungannya.

Banyak pula wawasan yang saya dapatkan terkait keadaan di masa itu. Salah satunya terkait periode tahun ajaran yang digeser ke tengah tahun terjadi di 1979. Buku ini berlanjut ke Namaku Alam (2) yang seharusnya berkisah hingga Alam berusia 33 tahun. Sementara di buku ini terhenti di bagian Alam kelas 2 SMA.

Cocok untuk yang suka sejarah, politik, utamanya kehidupan anak tapol tahun 1965 di Indonesia yang dibalut dalam fiksi.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta Morfillah

#1hari1tulisan #bookstagram #oneweekonebook #resensibuku #reviewbuku #bacabuku 
#kubusetengahtujuh #komunitasbukuseru #namakualam #leilaschudori #metamorfillah #fiksi

No comments:

Post a Comment

Text Widget