Pages

30 March, 2017

Ruang tunggu

RUANG TUNGGU

Entah yang mentah. Kapan tiba giliranku dijemput? Sementara ruang tunggu ini perlahan kosong. Satu per satu telah pergi. Jejak mereka kian memudar seiring waktu yang berputar.

Memang, beberapa ada yang silih berganti menggantikan. Namun, sekejap saja datang dan pergi. Sementara aku masih tetap di sini. Di ruang tunggu. Menunggu kedatanganmu.

Kurasakan perlahan, usia panjang menjelma kutukan. Saat kawan seperjalanan telah tiada, sementara kau terus ada menyaksikan perguliran matahari dan bulan. Nama-nama dan kota-kota tinggallah kenangan, yang bahkan sulit untuk kaukenang.

Ruang tunggu ini... adalah dunia. Sementara.
Kamu yang kunanti... adalah henti. Detak yang kehabisan detik.

Selama di ruang tunggu, adakah kamu mendewasa?

Meta morfillah

Tokoh antagonis

TOKOH ANTAGONIS

Tidak berarti jahat. Hanya berlawanan dengan protagonis. Banyak yang tak mau memerankannya, sebab biasanya akan dibenci. Biasanya pula bukanlah tokoh utama.

Namun ada kalanya kita harus menjadi antagonis dalam sebuah peran. Sebab bila semua protagonis, tidak akan ada konflik dan pembelajaran. Tidak ada yang berani atau vokal atau lantang menyuarakan aspirasi.

Sebatas peran saja, menjadi antagonis untuk menegakkan kebenaran. Mengatakan yang benar sekalipun itu pahit. Dan aku lebih menyukai orang yang antagonis, kritis, tapi tetap walk the talk dan menjaga adab, sebagai teman yang menyadarkan jika kita salah. Bukan sebaliknya, selalu mengiyakan meski kita salah.

*pose ala drama korea, muka jutek princess

Meta morfillah

24 March, 2017

ASET, MODAL, atau BEBAN?

ASET, MODAL, atau BEBAN?

Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat.

Itu hadits yang sering saya dengar dan salah satu motivasi saya berkontribusi serta berprestasi dalam tiap kesempatan.

Kalau dalam sebuah perusahaan, orang yang paling bermanfaat itu disebut ASET. Aset bagi perusahaan sebab bila tidak ada dia, perusahaan akan kacau. Semacam pemegang jabatan kunci. Biasanya punya pengaruh hebat, juga performance kinerja yang hebat. Meski kadang posisi atau jabatan tidak tinggi.

Kalau sebatas umum, ada atau tiada tak terlalu berpengaruh, namanya MODAL. Kehadiran dia bagi perusahaan tidak terlalu berpengaruh. Ada ya bagus, tak ada juga tak apa-apa. Mudah terganti dan banyak yang mengantre bisa menggantikan. Sebab kualifikasinya tidak spesifik/khusus/ahli.

Dan seburuknya manusia yang merugikan atau tidak bermanfaat disebut BEBAN. Keberadaannya sesuai namanya, hanya menjadi beban bagi perusahaan. Baiknya mah dibina agar setidaknya menjadi modal. Atau kalau orangnya ngeyel, biasanya perusahaan akan mudah untuk membina...sakan alias dipecat. Tak berharga. Kemampuan tak bisa, kemauan pun tak ada, sikap tak layak. Apalagi yang bisa dibanggakan?

Nah, coba kita hisab... hitung-hitungan sama diri sendiri sebelum dihisab malaikat. Selama kita berada di sebuah tempat, memegang amanah, dll, apakah kita menjadi ASET, MODAL, atau BEBAN?

Astagfirullah...

*kira-kira nih orang yang difoto aset, modal, atau beban ya? Cantik sih iyaa... #laludidoakanjadisaleha

Meta morfillah

Pelangi ukhuwah

I see your true colors
That's why I love you
So don't be afraid to let them show
Your true colors, true colors
Are beautiful like a rainbow

Kautahu apa warna yang paling indah?
Warna yang tercelup oleh warna Ilahi... sibghatallah.
Mewarnai dan terwarnai dalam tali Allah.

Ada yang berapi-api, merah membara, garang... seperti Umar bin khattab.
Ada yang tenang, menenangkan, biru yang luas... seperti Abu Bakar.
Ada yang pemalu, mendamaikan, hijau nan menyegarkan... seperti Utsman bin Affan.
Ada yang kalem cerdas, jeli melihat urusan, hitam yang tegas... seperti Ali bin Abi Thalib.

Ada sahabiyah yang suka terbahak, ada yang lembut, ada yang ringan bersedekah dengan harta, ada yang ringan menolong dengan tenaga, dan lainnya.

Semua warna itu punya kelebihan dan kekurangan. Terlalu dominan menyakitkan mata. Terlalu lembut seperti mengabur. Namun menjadi indah bila dipadupadankan. Dalam rangka melindungi. Bagai sebuah pakaian.

Seperti itulah aku melihat manusia di dunia. Semua berwarna dan memberi warna pada duniaku. Ada yang melindungi, menghangatkan, membuat nyaman, namun ada juga yang kasar, menyakitkan, membuat hati merasa tak aman.

Maka dalam memilih "pakaian dan warnanya"... adalah yang terkait denganNya. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Past, present and future... always with Allah.

Berbahagialah dalam lingkaran warnaNya... sebagaimana pelangi bersatu memberi keindahan pada bumi. Selepas badai seamuk apa pun, hujan sederas bagaimana pun. Pelangi hadir melengkung sebagaimana senyummu untuk saudaramu.

Meta morfillah

21 March, 2017

Perubahan itu berproses, lembut dan bersabarlah!

PERUBAHAN ITU BERPROSES, LEMBUT DAN BERSABARLAH!

"Kak, kukira kamu itu kanebo kering, loh! Soalnya jilbab lebar, belum kenal diam saja, mengamati jeli. Tapi setelah kenal ternyata asyik banget!"

Pernah dibilang kanebo kering juga? Maksudnya kaku. Kalau tidak sejalan dengan paham dia, biasanya cemberut. Merasa bukan teman. Jatuhnya eksklusif.

Yaa... kadang kita, utamanya saya, juga sering terjebak dengan hal itu. Merasa risih bila tidak berkumpul dengan kawan yang sudah terjaga. Sedikit-sedikit bawa dosa, haram, dll. Astagfirullah...

Kita lupa bahwa perubahan itu butuh proses. Dakwah itu asalnya lembut dan memenangkan hati. Bahkan kita, utamanya saya, lupa bagaimana dahulu berproses hijrah. Bahwa kita berubah karena teguran yang baik, teladan yang konsisten, dan apresiasi sahabat yang setia. Hingga kita sampai seperti sekarang.

Kadang kita mengalami pubertas spiritual (mengutip kata-kata ustad hanan attaki). Maksudnya kita semangat/ghirah tinggi mempelajari ilmu agama, tapi lupa meneladani akhlak pembawanya, Rasulullah SAW. Bukankah aneh, bila semakin sering mengkaji sunnah, tapi semakin sulit tersenyum? Padahal senyum itu sunnah Rasul yang tak lepas dari wajahnya.

Ya, pubertas spiritual. Menjadikan kita bertindak sebagai hakim yang menghakimi mereka yang belum atau sedang berhijrah. Kita lupa bahwa percepatan belajar tiap manusia berbeda. Kita suka mengukur kemampuan seseorang dengan baju kita sendiri. Memaksakan meski tak muat.

Astagfirullah...

Meta morfillah

[Review buku] Muhammad: Sang pewaris hujan

Judul: Muhammad sang pewaris hujan
Penulis: Tasaro GK
Penerbit: Bentang
Dimensi: viii + 584 hlm, 23.5 cm, cetakan keempat Agustus 2016
ISBN: 978 602 291 135 7

Novel ketiga dari tetralogi novel biografi ini berkisah tentang Kashva dan pertemuannya dengan Bar Nasha yang membuatnya menyadari bahwa tidak pernah ada Elyas. Sementara dunia Islam semakin mencapai kecemerlangannya di bawah pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Persia, Mesir dan perlahan Byzantium, konstantinopel mulai ditaklukkan.

Sayang, pemulihan diri Kashva mengalami bencana. Ia diserang dan kehilangan memori masa lalunya. Ia menjelma Elyas. Di saat yang sama, Astu mencari perihal kabar Kashva dan anaknya Xerxes. Takdir berliku, akankah mereka bertemu? Akankah semua pertanyaan berujung jawaban?

Ya, ini adalah novel. Namun emosi saya begitu teraduk bahkan jauh lebih sedih dibanding membaca sirah yang kadang tak saya pahami maksudnya. Meski tetap harus berhati-hati sebab ada unsur fiktif di dalamnya, novel ini merupakan favorit saya yang sulit memahami sejarah dengan logika.

Saya merasa semakin dekat bila membaca perasaan tokoh dalam cerita. Terima kasih pada penulis yang berusaha membuat saya memahami mengapa ada konflik ini karena rasa itu. Jauh lebih mudah. Dan capek. Nangis terus. Betapa saya membayangkan bagaimana rasanya membersamai Rasul dan sahabat yang utama. Ukhuwah luar biasa.

Novel ini pun seakan urut menceritakan kekhalifahan Rasul di buku pertama, Abu bakar di buku kedua, Umar di buku ketiga dan ditutup dengan Utsman yang baru saja dibaiat menjadi khalifah selanjutnya. Aah... membuat saya ingin memiliki buku keempat. Ya, siapa yang mau hadiahkan? #eeh

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Pada dasarnya setiap manusia memiliki kerinduan pada Tuhannya. Meski itu setitik kecil di dalam batinnya. Manusia berangkat meninggalkan Tuhan melalui kelahirannya di dunia. Lalu, kembali melalui perjalanan panjang di dunia hingga kematiannya." (H.152)

"Bagaimana cara mengetahui tujuan takdir?
Tentu saja dengan menjalaninya." (H.306)

"Mengapa kita harus berdoa? Bukankah Allah Mahatahu kebutuhan kita?
Agar manusia menjadi rendah hati. Tahu diri siapa hamba dan siapa Tuhannya. Ketika engkau melakukannya, engkau mengusir sikap sombong, malas, apalagi berharap kepada selain Allah." (H.351)

"Aku tak pernah menyandarkan harapanku pada sesama manusia sehingga aku tak merasa kecewa saat dikecewakan. Tak merasa harus marah saat orang menyakitiku. Tak merasa iri jika orang lain mendapatkan lebih banyak rezeki." (H.351)

"Memiliki anak sama saja meletakkan jiwa di badan yang asing." (H.498)

"Dunia ini korup, tetapi engkau bisa mengubahnya." (H.514)

Meta morfillah

Tarik ulur: Reward, konsekuensi

TARIK ULUR: REWARD, KONSEKUENSI

"Ibu, coba diam sebentar."

Teman-temannya langsung melirik anak ikhwan tersebut. Menegur dari tatapan.

"Eh jangan deh, Bu. Ibu jangan diam. Ibu kalau diam kan marah. Ibu mendingan bawel aja. Gak seru kalau Ibu diam."

Aku tersenyum. Aku paham mereka bercanda. Tapi sekarang agak sungkan. Genap seminggu memang aku mendiamkan mereka sebab ada adab yang kelewat batas. Aku gubah peraturan baru berisi konsekuensi dan reward. Kepsek pun ikut andil menyemangati dengan beragam reward atas prestasi dalam kognitif dan afektif.

Aku bilang pada mereka bahwa aku kecewa dengan sikap mereka. Aku ungkapkan dengan suara lirih apa saja harapan guru mereka. Aku puji satu per satu yang berhak dipuji. Lalu kututup dengan pernyataan bahwa aku tak akan seasyik dulu. Aku akan menjaga batasan guru dan murid.

Alhamdulillah... dengan diam itu mereka paham bahwa aku kecewa. Mereka berusaha kembali mengambil hatiku. Menuruti semua aturan yang kubuat. Meski kadang aku harus ingatkan sesekali. Yaa... wajar, psikologi perkembangan mereka sedang dalam masa-masa 'nakalnya'.

Kautahu... menjalani profesi ini semakin membuatku sadar ada banyak PR kita dalam membangun peradaban ini. Betapa kita harus senantiasa memperbaiki diri, menjadi teladan di mana saja, semakin berlapang hati dan bijak bersikap serta bertutur sesuai pemahaman orang yang dihadapi.

Yaa Rabb... berikanlah kesabaran pada para ulama, dai, guru, dan orangtua kami. Mungkin kami pernah menjadi ujian bagi mereka hingga membuat mereka ingin menyerah. Maafkanlah kami dan mereka yaa Rabb...

Luruskan selalu kami dan mereka dalam jalanMu, istiqamahkanlah. Meski kadang kami masih moody dan perlu ditarik ulur dengan reward dan konsekuensiMu: surga atau neraka?

Meta morfillah

20 March, 2017

Semua karena Allah

SEMUA KARENA ALLAH

"Apa susahnya coba sedekah 100 ribu sebulan?"

"Masak gitu aja gak ngerti, sih? Padahal gampang. Tinggal begini begitu!"

Kadang kita, utamanya saya, suka lupa bahwa bukan karena otak atau fisik ini kita ringan beribadah. Kita lupa bahwa semua kemudahan dan kelapangan kita sehingga membuat kita ringan beramal dan memahami sesuatu adalah karena izinNya.

Pikirkan, kalau saja kita menjadi petugas penjaga rel kereta, kapan waktu kita datang ke kajian? Seberapa besar kita bisa bersedekah?

Bayangkan, petugas sampah yang bekerja seharian, bagaimana besarnya effort dia untuk berpakaian rapi, bersih dan wangi demi shalat berjamaah di masjid?

Maka cobalah rasakan, kemudahan bagi kita belum tentu mudah bagi orang lain. Ada yang cemerlang dalam mengaplikasikan rumus, ada yang sampai selama lama lama lamanya tak mudeng juga dengan satu rumus. Ada yang peka membaca perasaan, ada yang tidak peka-peka dan pusing menerka perasaan lawan.

Semua karena Allah.

Merendahlah... sebagaimana padi kian berisi kian merunduk. Jangan sombong seperti asap, begitu ringan namun membubung tinggi seakan berharga, nyatanya menjadi polusi bukan solusi.

Meta morfillah

19 March, 2017

Penerimaan yang indah

PENERIMAAN YANG INDAH

Pagi ini Mama dan aku kembali pillow talk. Dua jam kami lewati dengan berbincang dari hati ke hati di kamarku. Dengan matanya yang terpejam karena sakit terkena sinar, Mama membahas kesendirianku. Mengingatkan petuah-petuahnya untukku. Menegaskan kasih sayangnya dan pengertiannya padaku.

Manis sekali ketika kamu tahu bahwa orangtuamu sudah memahami paradigmamu, visimu dan alasanmu berbuat begini begitu. Bukan hal mudah mencapai hari ini. Dulu, kami sering berdebat. Tapi pada akhirnya aku sadar ada yang harus membangun komunikasi positif.

Pada dasarnya orangtua, terutama Ibu akan mendukung anak selama itu benar dan baik. Ibu jauh lebih tahu apa yang dirasakan sang anak karena mereka pernah menjadi satu tarikan nafas selama 9 bulan.

"Mama memang berharap masih ada dan bisa mendampingimu saat hari bahagiamu. Tapi Mama juga tak mau kamu buru-buru dan salah pilih karena memikirkan Mama. Mama ingin kamu bahagia. Perjodohan-perjodohan itu hanya upaya Mama, selebihnya kamu yang tentukan. Yang pasti saat kamu memilih seseorang, setialah selamanya."

Insya Allah, Ma.

"Mama tahu bukan kamu tak memikirkan. Tapi kamu memilih yang lebih pasti yaitu memikirkan kematian dibanding pernikahan. Mama tetap doakan kamu agar tak sendiri. Tahun ini, insya Allah."

Sebagaimana daun yang jatuh tak pernah membenci angin, seperti itulah penerimaanku pada takdirNya. Penerimaan yang indah.

~Hatiku tenang karena mengetahui  bahwa apa yang melewatkanku tidak  akan pernah menjadi  takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.~ (Umar Bin Khatab)🌷💐🌺🙆

Meta morfillah

17 March, 2017

[Review buku] The other side of midnight

Judul: The other side of midnight (lewat tengah malam)
Penulis: Sidney sheldon
Penerbit: Gramedia
Dimensi: 663 hlm, cetakan kedua belas Januari 2005
ISBN: 979 655 590 5

Catherine yang besar dalam sosok kekaguman pada ayahnya dan begitu enjaga kehormatan, tak pernah mengira akan menikah dengan Larry Douglas, pilot hebat yang terkenal saat perang. Begitu pula dengan Noelle Page yang mengira bahwa dirinya adalah seorang putri namun nyatanya hanya pindah dari satu lelaki ke lelaki lainnya sebagai simpanan.

Dalam menjalani hidupnya, Noelle hanya punya satu ambisi, membuat pria yang dicintainya kembali dan memohon padanya. Bertahun-tahun ia merencanakannya dan menjadi dalang dalam rencana kejahatan yang ia susun sedemikian rupa.

Hingga tiba saatnya, waktu pembalasan dendam. Akan tetapi, sebenci apa pun dirinya pada Larry Douglas, ia tak ingin pria itu mati. Ia malah menerima Larry kembali dengan risiko besar bila hubungannya diketahui Constantin Demiris. Sementara itu, nyawa Catherine terancam. Siapakah yang akan mati?

Sejauh saya membaca novel karya penulis, novel ini cukup membosankan. Selain latar perang dan deskripsi kejadian di tiap tahun yang membuat saya seakan sedang belajar sejarah, juga terlalu banyak tokoh figuran yang dibahas. Konfliknya kurang klimaks dan endingnya saya kurang greget.

Pantas saja sih, soalnya ini novel awal dari karya penulis. Masih belajar mengolah alur. Juga agak berantakan dan bikin sakit mata layoutingnya. Size huruf kecil, rapat, pemenggalan garis baru kadang aneh, dan beberapa ejaan terlalu lama. Kayak baca diktat tebal.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

"Manusia memang tidak pernah percaya pada apa yang dilakukan terang-terangan." (H.175)

"Orang haruslah menjadi kuat dahulu sebelum dia menjadi lembut hati." (H.180)

"Salah satu alasan mengapa perkawinan berhasil, adalah karena sang suami dan sang istri mempunyai pengalaman-pengalaman yang sama. Mereka tumbuh bersama-sama dan perkawinan mereka pun akan tumbuh pula. Kau harus berusaha untuk mendapatkan kembali persesuaian paham dengannya." (H.364)

Meta morfillah

Menggenggam tanganmu

Menggenggam tanganmu,
Adalah tenang yang sakinah
Mengalirkan ruh rahmah nan hangat
Saat badai tengah bertiup di luar rumah dan di dalam hati

Namun satu pertanyaan sepasti titik di sebuah tanda tanya selalu menggantung
Sampai kapankah?
Sampai kapan tangan ini diizinkan menggenggam tanganmu?

Sementara waktu kian menunjukkan kuasa
Kita semakin menua dan melemah
Entah yang mentah

Dan aku semakin ingin terus menggenggam tanganmu seperti aku baru lahir dahulu.
Erat-erat!

Meta morfillah

Makin cinta

Kadang kita makin cinta sama seseorang karena caranya mencintai orang lain.

Seperti cara dia mencintai orangtuanya, cara dia mencintai anak-anak, cara dia mencintai sahabat-sahabatnya, and many things else.

Bagiku: aku semakin cinta pada seseorang yang mencintai Tuhannya dengan menyebarkan cintanya pada semesta semata karena tidak ingin egois masuk surga sendiri, melainkan berjamaah.

16 March, 2017

[Review buku] Twivortiare 2

Judul: Twivortiare 2
Penulis: Ika natassa
Penerbit: Gramedia
Dimensi: 488 hlm, 20 cm, cetakan kedua Januari 2015
ISBN: 978 602 03 1136 4

Novel setebal ini hanya berkisah dengan gaya membaca tampilan twitter seorang @alexandrarheaw. Akun itu beneran ada loh! Aku sudah cek sendiri. Seakan-akan memang tokoh dalam cerita ini nyata.

Well, ini adalah kisah Alex yang pernah bercerai dan menikah kedua kalinya dengan Beno wicaksono. Keduanya adalah potret kaum urban sukses di metropolitan. Alex sebagai bankir dengan nasabah yang beragam dan Beno sebagai dokter bedah dengan jam terbang tinggi.

Finansial bukanlah masalah utama mereka. Melainkan kesabaran membaca perasaan pasangan. Juga penantian akan hadirnya seorang anak. Tujuh tahun. Hingga hadirlah Arga dan berakhir pula kisah mereka.

Cuitan alex di twitter itu benar-benar konyol tapi ngena ke beberapa fenomena. Karakter followernya pun benar-benar dudul. Kayak aku dulu sama teman-teman #sekaranginsyaf #kadangjahil

Yang aku suka dan amaze adalah idenya penulis loh! Keren euy sampai buat akun khusus untuk novel ini dan followernya masyaa allah! Cuma beberapa part agak bosan sih karena konflik ya begitu saja. Tapi natural.

Aku apresiasi 4 dari 5 bintang.

"You can only cry when you really want something and it means the world to you." (H.21)

"Seberapa 'bisa' dia menikmati hidupnya dengan segala macam pressure yang attached ke jabatan itu." (H.65)

"Love is a lot like Google. If you make your search too specific, you'll never find what you're looking for." (H.170)

"I believe, moving on is not about finding new people after all, but about teaching yourself to 'accept' and 'love' new kind of feelings." (H.183)

"As you grow older, there will be more roles that you have to plays in life. Which means not just adjusting ourselves to each role, but also adjusting each role to each other." (H.319)

"Hidup itu prioritas. Hidup ini lebih tenang kalau enggak perlu mengurusi hal-hal yang kalau kita urusi juga enggak ada manfaatnya buat kita." (H.438)

"Nyokap gue dulu pernah bilang: nikahilah laki-laki yang jelas lebih besar kadar cintanya ke kamu daripada kamu ke dia. Karena kalau kita sebagai perempuan yang mencintai, dia nggak cinta, sakit. Mau?" (H.447)

Meta morfillah

12 March, 2017

Hidangan lezat

HIDANGAN LEZAT

Halaqah memiliki makna pertemuan. Esensinya bertemu secara fisik. Why? Because when you see directly, you'll know something happened to her, either happy or not.

Maka pertemuan, tidaklah bisa digantikan dengan video call dan kecanggihan teknologi lainnya. Saat bertemu, kamu bisa mengamati dengan jelas adakah beban menghimpit dada saudaramu? Adakah futur menyergap ibadahnya? Adakah kebahagiaan sedang ia tahan?

Kamu belajar menjadi lebih peka.

Berada dalam lingkaran itu, bukan saja untuk mengkaji ayatNya secara tertulis tapi juga memaknai ayatNya melalui saudari-saudarimu. Tidak seperti pengajian yang sekaliber ustadz memahamkan pengetahuan kontemporer lalu sudah. Selesai.

Lingkaran itu memahami sampai dalam relungmu. Mungkin ia selesai saat selesai. Tapi esensinya ia hanya melebar seperti karet gelang. Tak terputus. Saling mengingatkan dan mendoakan dalam jarak dan waktu. Menjaga dalam doa dan perhatian meski sekali seminggu.

Alhamdulillah... kadang berbagi rezeki berupa makanan dan jamuan lainnya. Semoga... semua langkah kita menyebabkan kita pantas diganjar surgaNya dan nikmat sebagaimana Q. S. An Naba ayat 31-36. Merasakan hidangan terlezat yang belum pernah dirasakan indera kita di dunia ini.

Uhibbukum fillah... betapa aku masih jauh, jauh, jauh dari sabar. Tapi kalian selalu mengingatkan. Betapa aku lemah menantang arus sendirian, tapi kalian menguatkan.

Meta morfillah

[Review buku] Are you afraid of the dark?

Judul: Are you afraid of the dark?
Penulis: Sidney sheldon
Penerbit: Gramedia
Dimensi: 436 hlm, 18 cm, cetakan keenan Juli 2009
ISBN: 978 979 22 4726 8

Empat orang tewas dalam kecelakaan berbeda di New York, Denver, Paris, dan Berlin. Benang merah kecelakaan tersebut adalah keempatnya merupakan ilmuwan Kingsley International Group (KIG). Dua istri para korban, Diana Stevens dan Kelly Harris terancam bahaya.

Serangkaian kebetulan berujung kematian berkali menimpa mereka. Meski mereka tidak saling menyukai, mereka bekerjasama mengusut sendiri apa dan siapa yang mengincar mereka. Sebab polisi tak lagi bisa diharapkan. Ada kekuatan jauh lebih besar dan mengerikan yang ternyata berasal dari KIG sendiri.

Bisakah mereka melewati ancaman demi ancaman dan tetap hidup?

Seperti biasa, saya terpukau dengan jalan cerita penulis ini. Bahkan twistnya sangat menakjubkan. Isu menguasai cuaca, motif purba manusia yang mendasari semua pembunuhan dan akhir tragedi yang tak terduga. Konfliknya keren.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Sering sekali aku ingin mengatakan 'Aku cinta padamu' agar kau mengatakan 'Aku juga cinta padamu!' Tapi aku tidak ingin terkesan selalu membutuhkanmu. Aku memang bodoh. Kini aku sangat membutuhkanmu." (H.41)

"Keajaiban itu ada, tetapi kau sendiri yang harus menjadi penyihirnya. Kau harus membuat keajaiban itu terjadi." (H.73)

Meta morfillah

11 March, 2017

Kisah cinta paling hebat

Saya pernah punya imajinasi bagaimana bila suatu hari saya tergeletak di rumah sakit karena kecelakaan. Saya membayangkan kira-kira siapa saja yang akan segera merespon dan menjenguk saya. Kira-kira siapa yang peduli pada saya. Selain keluarga saya tentunya.

Saya sangat ingin tahu. Sebab dalam keadaan sulit dan sakitlah bisa diketahui siapa sebenar-benar teman, setulus-tulus cinta. Tanpa peduli waktu, jarak, dan menjadi prioritas. Terlebih siapa lelaki yang akan menawarkan diri bergantian menjaga saya. Pastilah he is the one.

Sebab dia rela datang demi saya, mengambilkan segelas air putih saat saya lemah tak berdaya. Merawat saya dalam keadaan terjelek saya. Lelaki itu... yang bersedia menerima dari kekurangan hingga kelebihan saya. Cinta lelaki biasa.

Ah, saya kira itu imajinasi terlalu sinetron untuk ada dalam nyata. Tapi hari ini, saya diperkenankan Allah melihat perwujudan imajinasi saya dalam kisah dua kawan saya di komunitas. Persis dalam bayangan saya.

Sang wanita, kecelakaan. Saya mengetahuinya dan menyebar info di grup. Tahu, siapa yang merespon? Seorang lelaki yang bahkan suaranya jarang saya dengar saat berkegiatan, tapi bertanggung jawab sebab saya lihat dia bekerja tuntas. Dia terlihat cukup panik dan meminta saya menjaga wanita tersebut.

Awalnya saya aneh dan ingin mengonfirmasi, seakan mereka intim padahal saya tak pernah melihat keintiman itu dalam tiap pertemuan. Tapi, mengonfirmasi saat itu kurang ahsan, tak tepat. Prioritas adalah mendoakan kawan saya di ICU.

Hari ini, saat saya jenguk, ternyata lelaki itu sudah dua minggu menjaga kawan saya. Terlihat betapa telaten dan sabarnya ia membantu kawan saya. Saya kira jika sekadar cinta dari paras dan hanya sekadar pacaran, tidak akan sesetia itu. Ada yang berbeda di mata mereka berdua.

Saya pun mengonfirmasi langsung ke sang lelaki. Ternyata mereka memang berniat menikah saat ini. Menunggu kawan saya sedikit pulih, sebab dia masih fisioterapi.

Kalian... semoga segera Allah halalkan. Kisah kalian saat ini semoga menjadi penguat di masa tua nanti. Syafakillah... barakallah...

Kisah cinta sejati atau paling manis itu nyata dalam keseharian kita. Tidak perlu bermewah-mewah. Wujudkan saja kisah cinta terbaikmu dengan melibatkan Allah senantiasa. Aku pun yakin, kisah cintaku kelak akan hebat. Dan kuusahakan menjadi yang terhebat dengan ridhaNya!

Meta morfillah

[Review] 1 perempuan 14 laki-laki

Judul: 1 perempuan 14 laki-laki
Penulis: Djenar maesa ayu dan 14 penulis lelaki lainnya
Penerbit: Gramedia
Dimensi: xiv + 124 hlm, cetakan pertama 14 Januari 2011
ISBN: 978 979 22 6608 5

14 cerpen ditulis 14 lelaki berkolaborasi dengan 1 perempuan, Djenar. Seperti yang sudah dikenal, tulisan djenar tak jauh dari 'sastra basah'. Isu perselingkuhan, free sex, dan LGBT.

"Kunang-kunang dalam bir" berkisah tentang lesbian dengan kenangannya. "Cat hitam berjari enam" berkisah tentang pelukis dan trauma masa kecil atas nama agama. "Menyeruput kopi di wajah tampan" berkisah tentang aktris yang menjadi gila.

"Ramaraib" berkisah tentang guru tari yang melecehkan murid lelakinya. "Kupunyakupu" berkisah tentang sepasang homo. "Kulkas.dari.langit" saya membaca berkali dan tidak paham maksud cerita ini. Absurd.

"Matahari di klab malam" berkisah tentang keinginan dasar lelaki memiliki wanitanya namun dia sendiri tak setia. "Rembulan ungu kuru setra" berkisah tentang perselingkuhan. "Napas dalam balon karet" berkisah tentang sepasang kekasih. "Bukumuka" berkisah tentang perselingkuhan yang berawal dari medsos dan berakhir dengan pilihan bunuh diri atau disodomi suami selingkuhan.

"Ra kuadrat" berkisah tentang penemuan diary suami yang ternyata tak mencintai istrinya. "Dijerat saklar" berkisah tentang pembunuhan, tapi saya juga kurang mengerti maksudnya. "Polos" berkisah tentang kilasan ingatan seseorang yang telah mati tertabrak kereta. "Balsem lavender" berkisah tentang pasangan tua yang konyol, dibodohi dengan fungsi lavender.

Secara umum, saya bosan dengan tema dan tak begitu menarik twist cerpennya. Hanya "bukumuka" yang lumayan twistnya. Beberapa cukup puitis kata-katanya tapi entah, mengapa menjadi sedemikian sulit dipahami. Tapi bahkan dari buku sejelek apa pun, kita bisa mengambil pelajaran.

Saya apresiasi 2 dari 5 bintang.

"Tidak ada satu pun teori yang akan menjadi berguna jika tidak dicoba atau dipraktikkan. 'Talk less, do more!', dan teori paling sederhana dalam menulis adalah dengan MENULIS." (H.xii)

Meta morfillah

10 March, 2017

Tunas

Akan ada masanya kamu malu melihat foto-fotomu dahulu yang belum berhijab.

Akan ada masanya kamu tidak lagi ingin memamerkan kecantikanmu pada semua orang.

Akan ada masanya kamu merasa risih berselfie, berwefie, bahkan bertingkah konyol lalu dipamerkan di media sosialmu.

Akan ada masanya kamu ingin tampil syar'i dan sesempurnanya taat.

Keinginan itu bertunas dan kamu mulai mengurangi hal-hal yang memunculkan malumu.

"Al hayaa u minal iimaan."
Malu adalah sebagian dari iman.

Maka bagi mereka yang sedang bertunas besar rasa malu pada yang seharusnya memang malu. Jangan mencela. Bantu menjaga. Jangan menjerumuskan jika tak bisa mengerti.

Meta morfillah

09 March, 2017

Helm dan hati

Helm saya sudah jelek. Pake banget. Kaca/plastiknya sudah banyak baret, buram, dan penyangganya lepas. Sehingga suka naik turun dan itu mengganggu kenyamanan juga keamanan.

Di kala panas, saya suka silau melihat pantulan cahaya dari kacanya juga terhalang baret-baretnya. Di kala hujan, saya suka terhalang pandangan karena embun dan baret-baretnya. Pokoknya pandangan saya tidak jernih lah.

Sampai pernah saya beberapa kali hampir jatuh dan tertabrak karenanya. Bahaya. Tapi entahlah, saya terlalu malas mengeluarkan uang untuk membeli helm. Masih kalah prioritasnya sama beli buku, makanan atau jalan-jalan.

Tapi hari ini, saya bertekad membeli helm baru. Sebab saya berpikir bahwa nyawa saya adalah titipan yang harus dijaga. Maka saya harus melindunginya sebaik mungkin.

Pakai helm baru rasanya menyenangkan. Penglihatan begitu jelas, tidak lagi perlu diganjal kertas atau dipegangi oleh teman yang sedang membonceng kalau kacanya naik turun mengganggu penglihatan. Segalanya lebih jelas, indah, dan nyata.

Mungkin... hati kita serupa kaca helm. Seringkali ternoda oleh dosa dan hal negatif hingga membuat kita tak bisa lagi objektif dan melihat petunjukNya dengan jelas.

"Mintalah fatwa pada hatimu."

Nasihat itu menjadi tidak berfungsi, sebab kriteria hati yang dapat dimintai fatwa adalah hati yang bersih.

Lantas bagaimana agar hati kita selalu bersih?

Dengan sering berdzikir, merundukkan diri dalam-dalam pada keMahaBesaranNya.

Sebab hati yang rusak tidak bisa diganti sebagaimana helm. Tinggal dibuang lalu membeli baru. Adakah yang menjual sepotong hati yang baru?

Meta morfillah

08 March, 2017

Belajar dari keong

Dunia yang semakin terhubung dengan internet. Kesibukan yang seakan tiada habisnya. Membuat kita lupa rasanya #bahagiaitusederhana

Meski yang kita tampilkan adalah kesuksesan, dari gaya hidup, pencapaian dan kehebatan lain. Tapi, benarkah kita bahagia dengan itu semua? Bersyukurlah bila memang apa yang kita tampilkan benar-benar kita maknai.

Kalau tidak?

Mungkin kita perlu belajar pada keong. Yaa... hewan lamban itu. Yang tak pernah memenangkan lomba lari.

Kita perlu melambatkan sejenak langkah kita untuk takjub menatap indahnya jalan yang kita lewati tiap hari, betapa berharganya nafas yang kita hirup dan embus sesuka hati, betapa bersyukurnya masih bisa beraktivitas.

Betapa banyak #bahagiaitusederhana yang kita luput menyadarinya. Sebab kita menjadi manusia sok sibuk. Padahal tak semua berita harus dikomentari. Tak semua urusan harus diurusi. Tak semua hal harus kita tanggapi.

Kita lupa... dan merasa harus sibuk. Seakan membuktikan bahwa kita eksis.

Lalu, di mana bahagia?

Ah, manusia... makhluk paradoks.
Pun diriku ini.

Met morfillah

07 March, 2017

Menjadi orangtua

Beruntungnya bila orangtua kalian sudah sadar akan hal itu. Sebelum mereka meninggalkan kalian di dunia ini.

Beruntungnya saya yang mengerti arti ditinggal meninggal orangtua di usia 11 tahun. Sebelum saya menjadi terlalu manja dan tidak mandiri.

Beruntunglah kita dalam keadaan bagaimana pun, selama kita masih memiliki kepercayaan. Selama kita masih bertumpu pada sebuah harapan. Harapan akan surga di depan mata. Meski kini seakan terpenjara di dunia.

Orangtua... tidak pernah ada sekolahnya. Tidak pernah sama resepnya untuk setiap anak. Bahkan kembar sekalipun. Terima kasih ya orangtua, sudah mencoba memahami kami anakmu dengan segala macam tuntutannya.

Tak mudah menjadi sebenar-benar orangtua. Bukan sekadar produksi anak yang bermental tahu. Gampang remuk saat diberi tekanan/ujian. Tak mudah menghasilkan generasi rabbani.

Yaa Rabb... izinkan kami menjadi orangtua yang darinya terdidik generasi yang mampu mengejawantahkan kebangkitan Islam kelak. Aaamiiin.

Meta morfillah

Lubang

LUBANG

Bagi pengendara bermotor, perkara lubang di jalan itu masalah hidup dan mati. Kemarin saya mengalaminya, saat hendak menjemput teman. Di depan saya mobil yang akan belok ke kanan. Saya pun mengekor, sebab hendak belok pula.

Kecepatan sedang, tapi saya kaget. Sebab ada lubang besar, dalam di jalan beraspal. Tak terlihat karena tertutup mobil sebelumnya. Hampir saya oleng jatuh dan tertabrak belakang kalau saja keseimbangan saya tidak stabil. Jantung saya terasa hendak loncat, perut tersentak kaget.

Dalam hati saya berdoa semoga lubang itu tidak merenggut nyawa pengendara lain. Juga berharap semoga lubang itu segera ditambal.

Alhamdulillah pagi ini banyak lubang sepanjang perjalanan saya telah diaspal kembali. Sungguh tangkas dan peduli pemerintah atau warga kota ini. Tidak menunggu lama, mereka paham bahayanya terutama di kota hujan yang sering mengaburkan pandangan saat berkendara ini.

Bayangkan, lubang... sepele... tapi bisa menyeret ke kematian. Menjadi tanggung jawab berat bagi pemimpin yang berkuasa jika sampai jatuh korban. Bagaimana bila korban tersebut adalah tulang punggung sebuah keluarga? Ketidakpedulian atau sikap suka menunda bisa merenggut dunia seseorang, memorakmorandakan sebuah keluarga.

Menjadi pemimpin itu...
Sangat berat hisabnya. Sangat banyak kerjanya. Itulah mengapa saat memilih pemimpin kita harus melihat kredibilitas, amanahnya dia. Itulah mengapa saat menjadi yang dipimpin kita harus sami'na wa atho'na. Mendukung dan menjadi great followers to be a great leader.

Mudah bagi kita mengkritik pemimpin. Coba bayangkan, bagaimana bila kita yang ada di posisi tersebut? Doakanlah pemimpin kalian agar senantiasa adil. Doakanlah diri kita agar menjadi pemimpin yang benar, baik, dan adil. Sebab setiap kita adalah pemimpin bagi diri sendiri.

Berapa banyak 'lubangkah' dalam kepemimpinan kita yang masih perlu ditambal?

Astagfirullah...

Meta morfillah

06 March, 2017

Kata-kata

Kemarilah, duduk di dekatku. Akan kuceritakan kisah tentang sekeping hati yang bertanya-tanya. Seringkali sekeping hati ini dianggap tahu segalanya. Nyatanya ada pertanyaan yang ia sendiri belum tahu apa jawabannya. Hingga ia juga bertanya-tanya.

Sini... merapat padaku. Akan kuceritakan kisah seseorang yang membangun dunianya dengan dinding yang kokoh. Lalu hanya butuh sedikit sapa dan secercah harap, tembok itu meretak. Kehadiran seseorang meruntuhkan dunia yang awalnya damai.

Tetaplah di sampingku. Akan kuracik birunya langit, asinnya laut, hijaunya daun, jingganya senja, sepoinya angin, rintiknya hujan, apa pun yang kaumau. Lalu kuhidangkan dalam sebentuk aksara. Sebab duniaku adalah kata-kata.

Meta morfillah

05 March, 2017

Mati

Entah ini kalian rasakan juga atau tidak, tapi aku memang merasa bahwa setiap 100 hari menjelang ramadhan banyak kerabat dekatku yang meninggal. Keluarga, sahabat, teman, tetangga, yang sangat kukenal pergi meninggalkan dunia ini.

Seakan menegaskan bahwa aku harus berdoa dengan khusyu' lagi untuk dipertemukan dengan bulan ramadhan dan bersyukur jika masih hidup hari ini. Mereka yang begitu berharap bertemu ramadhan banyak yang dipanggil sebelum keinginannya terpenuhi.

Maka mengingat mati adalah niscaya. Mempersiapkan bekal akhirat adalah ukuran kecerdasan seorang mukmin di kala orang lain hanya sibuk mencari harta dan menjelekkan sesama.

"Mukmin yang paling cerdik adalah mukmin yang paling banyak mengingat mati dan mempersiapkan mati." (H. R. Ibnu Majah)

"Relakah dirimu menyertai segolongan orang, mereka membawa bekal sementara tanganmu hampa." (Nasyid suara persaudaraan)

Tentunya aku tak rela... saat yang lain berlomba dalam kebaikan, mengapa aku malah sibuk mengejar duniawi, mencari aib orang lain? Sebab kematian tak bisa ditangguhkan dan diingkari. Mengapa tak sibuk memperbaiki diri sendiri?

Meta morfillah

Akhir-awal

Weekend yang padat, penuh dengan aktivitas seputar keluarga, teman, dan kesayangan. Sebagaimana weekend yang sebentar lagi habis, akan menjadi mula weekdays.

Sebagaimana jomlo yang sebentar lagi menikah, akan menjadi mula suami atau istri.

Sebagaimana istri atau suami yang sebentar lagi memiliki anak, akan menjadi mula ibu atau bapak.

Sebagaimana pula kematian, akan menjadi mula kehidupan akhirat: siksa atau surga?

Yang bisa kita lakukan setiap mengakhiri sesuatu dan memulai hal baru adalah bersiap akan bekal. Sadarlah untuk berbekal.

Sudah sejauh mana bekal kita untuk menempuh fase kehidupan selanjutnya?

Meta morfillah

04 March, 2017

Keluarga

KELUARGA

"Dede kenapa, ooh... ya...ya... sama kakak saja ya."

Akhwat cilik dengan pipi pualam seperti bakpau itu menenangkan bayi lelaki yang ditinggal sebentar oleh ibunya. Sementara kakak lelakinya hanya melihat dari jauh. Tak berani dekat dengan dede bayi.

"De, hati-hati nanti dede bayinya nangis lagi. Dede sini saja sama kakak."

"Enggak apa-apa, kok. Dedenya mau main sama aku."

Saya tersenyum menyimak dialog anak kecil tersebut. Membayangkan miniatur keluarga masa depan. Di mana sudah fitrah akhwat itu berhati lembut dan memahami dunia bayi. Kerapuhannya justru kekuatannya pula.

Akhwat ketika dewasa semakin ingin dilindungi tapi juga hebat dalam melindungi. Terutama pada kecintaannya, anaknya misalnya. Bahkan akhwat menjelma sebagai pakar bahasa. Hanya ibu dan akhwat yang memiliki naluri keibuan yang paham bahasa bayi. Bahasa yang tak pernah ada kamusnya, ketentuannya, semiotika dan petunjuknya.

Sementara ikhwan sudah fitrahnya ingin melindungi meski kadang mencari perlindungan pula pada yang dicintainya. Secintanya seorang ayah kelak, jarang sekali ditunjukkan seheboh cinta ibu. Ayah hanya akan menatap kecintaannya dari jauh. Memberi ruang untuk tumbuh. Ayah lebih banyak diam namun perhatian. Begitulah bentuk kasih ayah, tak akan pernah sama dengan kasih ibu. Namun tetap hebat dan saling mengisi.

Seandainya... setiap kita sadar dengan fitrah diri kita. Bahwa tulang rusuk bukanlah tulang punggung. Bahwa mendidik anak bukanlah kewajiban ibu seorang. Bahwa vitamin A (Ayah) atau vitamin B (Bapak) sangatlah penting bagi jiwa seorang anak. Mungkin negara ini tidak akan carut marut, penuh polusi bukan solusi.

Sebab keluarga adalah miniatur sebuah negara.

Yaa Rabb... karuniakanlah kami keluarga yang shalih, yang Engkau ridhai untuk masuk surga sekeluarga. Aaamiiin

Meta morfillah

03 March, 2017

Cara menanti terbaik

CARA MENANTI TERBAIK

"Met, cara kasih motivasi untuk pasangan yang belum punya anak setelah lama menikah bagaimana ya?"

Ada yang aneh dengan pertanyaan itu?
Jangan tertawa... meski saya belum menikah, banyak kawan bahkan yang jauh lebih senior bertanya masalah rumah tangga pada saya.

Pernah juga ada yang mau bercerai setelah puluhan tahun menikah dan memiliki 3 orang anak, lalu meminta pendapat saya. Apa yang saya lakukan? Berhari saya dengarkan curhatnya, hingga keputusan tersebut dilaksanakan. Saya hanya memberi tahu pandangan saya terhadap masalahnya, sebagai orang luar. Sekarang nampaknya beliau jauh lebih bahagia.

Sebenarnya, saya belum punya pengalaman masalah kerumahtanggaan. Saya hanya mencoba mendengar saat mereka membutuhkan telinga. Kautahu, wanita itu hanya butuh didengar, saat dia curhat sebenarnya bukan solusi yang dicari. Tapi sekadar mengeluarkan uneg-uneg. Fitrahnya wanita harus banyak bicara sebab dalam sehari kemampuannya memang mengeluarkan 20.000 kata.

Berbeda dengan lelaki, hanya 2.000 kata. Makanya lelaki kalau banyak omong, tidak dieksekusi pemikirannya, patut dipertanyakan.

Well, balik lagi. Lucu ya, saya yang belum menikah apalagi punya anak ditanya hal macam itu. Tapi saya bisa jawab. Mengapa? Sebab saya membaca. Saya cari tahu sekitar permasalahan yang sering dicurhatkan pada saya. Saya berikan sedikit ilmu yang saya dapat dari bacaan, cerita orangtua, hasil kajian dan pengamatan sekitar.

Untuk semua yang sedang di ruang tunggu, menunggu jodoh, anak, pekerjaan, kelulusan, dll, bersabarlah dan bersyukur. Ada banyak nikmat yang telah didapat, mengapa menunggu sebentar saja sudah menuntut? Mungkin Allah sedang mempersiapkanmu untuk menyambut hadiahnya. Agar saat kamu memilikinya, kamu perlakukan dengan baik sebab kamu tahu rasanya menanti lama.

Kalau pun memang tidak diberi Allah, mengapa harus fokus pada yang belum dimiliki? Rasa-rasanya ada banyak kebahagiaan lain yang bisa kita syukuri. Bila masih su'udzan dengan ketentuan Allah, coba ubah pola pikir seperti ini "Mungkin kalau keinginan saya ini dikabulkan, saya belum siap. Malah akan menyusahkan. Tidak bisa begini begitu."

Hasilnya, insya Allah kamu akan lebih banyak memahami kekurangan dan tahu diri harus belajar apa lagi. Sungguh, diri kita ini begitu banyak kekurangannya. Belajar sepanjang hayat pun, masih belum cukup untuk memahami ilmuNya.

Yuk, jangan berhenti belajar, menjadi baik!

Meta morfillah

02 March, 2017

Embun penyejuk hati

Tadi di pelatihan, pemateri menyuruh kami menulis sebanyak-banyaknya alasan mengapa saya ada di sini, hari ini, sebagai guru. Teman saya pun berlomba banyak-banyakan. Tapi saya dengan yakin hanya ada satu alasan mengapa saya menjadi guru di sini, sekarang.

Pematerinya pun heran, melihat saya sudah selesai dalam beberapa detik. Saat ditanya siapa yang terbanyak, rata-rata 5-13 alasan. Lalu diberi hadiah. Saat ditanya yang tersedikit, jawabannya saya. Hanya satu alasan. Dikasih hadiah juga.

Mau tahu, apa alasan saya?

RIDHA MAMA.

Dari semua alasan mengapa saya pindah domisili ke Bogor, belajar mencintai kota hujan yang sering membuat saya kedinginan dan masuk angin, bahkan melebur menjadi warganya dengan bekerja di sini dan mengurangi frekuensi ke Jakarta adalah ridha mama.

Kalau saja Mama masih meridhai saya di perusahaan lama, tidak akan saya ada di sini. Menjadi guru itu, meski sekolahnya keren luar biasa, tetap tidak akan membuat kaya seperti kayanya pengusaha. Jalur pendidikan itu bukan bisnis. Salah besar kalau menjadi guru mengharapkan kekayaan materi.

Justru saya sadar bahwa jadi guru itu siap miskin materi, siap lelah ngurusin anak orang, siap capek dikomplen orangtua, siap menjadi superman sebab harus sempurna untuk digugu dan ditiru. Makanya saya tidak memilih profesi guru sebagai pilihan pertama.

Tapi, mama meridhai saya di sana. Sejauh apa pun saya berlari, mengelak dari takdir, nyatanya doa mama saya jauh lebih didengar Allah. Bermula dari berat hati menjadi jatuh hati. Hati-hati. Ucapan orangtua terutama ibu adalah doa yang mustajab, tak ada hijab, langsung didengarkan Allah.

Maka ridha mama adalah keutamaan saya melangkah selama saya masih belum menikah. Lain halnya jika saya telah menikah, saya akan menuruti yang diridhai suami saya.

Saat saya ceritakan kejadian hari ini, raut muka mama sukar ditebak. Beliau hanya diam. Hanya saja saya melihat beliau memperlama doa setelah shalatnya dan bergetar pundaknya. Ah, Mama...

Meta morfillah