Pages

31 July, 2016

Sepucuk cinta dari puncak gunung gede

SEPUCUK CINTA DARI PUNCAK GUNUNG GEDE

"Alhamdulillah, kamu pulang selamat. Mama khawatir selama kamu pergi. Gak berhenti Mama doain. Inilah kenapa Mama sering melarang dan nahan kamu naik gunung. Soalnya Mama yakin nanti juga akan ada masanya. Ya karena kerja atau karena suami."

Tengah malam, aku pulang dalam letih dan badan yang terasa remuk karena baru kali pertama naik gunung. Tanpa sepatah kata, segelas air hangat disodorkannya. Itu amat mengobati dan menyegarkanku. Kolak pisang dihangatkan untukku. Lalu setelah subuh aku tertidur, beliau tak membangunkan seperti biasanya. Pukul 08.00 aku baru terbangun, beliau sudah tak ada. Rupanya beliau menunggu tukang bubur langgananku dan membelikannya untukku. Masyaa Allah... sungguh mama adalah surga sebelum surga.

Setelah sarapan, aku memberikan lembar catatan puisiku yang kufoto di puncak Gunung Gede.

"Ma, Meta bikin puisi ini untuk Mama. Meta foto di puncak Gunung Gede."

Tanpa kacamata, beliau mengejanya perlahan dengan bantuan sinar matahari.

"Kok sedikit?"

Iya... begitu saja reaksinya. Aku pun sudah menduga. Mama bukan tipe orang yang mudah memuji atau terharu di depan orang lain. Tapi aku yakin dalam salatnya, sujudnya, doanya, ia akan mendoakan sepenuh hati untuk orang-orang yang ia sayangi.

"Iya, soalnya tangan Meta udah beku. Gak kuat lagi nulis panjang." Aku pun mencium tangan, pipi kanan dan kiri beliau. Lalu tertidur lagi. Beliau hanya membangunkanku untuk salat zuhur dan ashar. Selepas ashar aku mulai pulih dan bisa beraktivitas menyelesaikan tugas rumah. Sementara beliau sibuk di dapur. Entah apa yang dibuatnya.

Sehabis maghrib, sepiring ketan kuning disodorkannya padaku. Sementara beliau membagi-bagi untuk beberapa tetangga. Masyaa Allah... berasa aku lagi milad atau dibuat acara selamatan karena sehat selamat sehabis naik gunung.

Doakan saja ya, Ma... semoga setelah naik gunung, anak gadis bungsumu ini lekas naik pelaminan. Aku tahu pasti itu adalah doa terkuatmu untukku saat ini. Engkau yang begitu takut aku keasyikan sendiri pada beragam aktivitas sementara engkau sudah semakin menua dan khawatir aku tak ada yang menjaga. Doamu selalu dikabulkan olehnya. Dan aku berikhtiar untuk mewujudkan doa-doamu, Ma.

Uhibbuki fillah...

Meta morfillah

EKSPEDISI PENDAKIAN GUNUNG GEDE (Hari kedua)

EKSPEDISI PENDAKIAN GUNUNG GEDE

Hari kedua, 30 Juli 2016

Kami terbangun pukul 03.00, sebab rencana mendaki ke puncak pukul 03.00 dengan estimasi waktu perjalanan 2 jam sehingga target kami pukul 05.00 sudah di puncak dan kami mendapatkan sunrise. Namun ternyata kelompok lain banyak yang begitu lelah dan staminanya belum pulih. Sehingga ada revisi pendakian akan dimulai setelah subuh. Kami pun melanjutkan tidur kami. Pukul 04.30 kami bangun dan menyiapkan sarapan. Saya mengambil air untuk memasak ke sumber air terdekat sekaligus berwudhu. Selesai salat subuh jama'ah di tenda dengan posisi duduk, kami pun keluar. Makanan berupa mie campur--sebab mie soto, mie kari ayam, dan mie goreng dicampur jadi satu bumbu dan diberi kuah--4 telor rebus, dan sarden habis kami lahap. Minuman hangat susu jahe pun tandas, meski tak berapa lama berubah menjadi es jahe.

Tak lama kami--para guru akhwat--melakukan pemanasan sekitar pukul 06.00. Ternyata guru ikhwan belum memasak dan makan. Sehingga kami menunggu mereka dan asyik bercengkerama di luar tenda sembari berfoto ria serta membuat video. Akhirnya kami kesiangan dan tidak mendapat sunrise sebab kami berangkat pukul 08.00. Jalur dari kandang badak ke puncak rupanya cukup terjal dan melewati tanjakan setan. Tanjakan dengan arah 85 derajat ini dilalui dengan tali webing dan carabiner. Alhamdulillah kami semua selamat, meski tebingnya begitu curam dan mengerikan bila kami sampai salah pijak dan jatuh. Semakin ke puncak, nafas semakin sulit sebab perbedaan tekanan udara. Sedapat mungkin saya berusaha bernafas melalui hidung, bukan mulut. Namun dada saya semakin sakit, sehingga sedikit-sedikit saya terpaksa berhenti. Beruntunglah saya ditemani oleh tim yang hebat, utamanya Pak Yusup selaku kepsek SMP dan Pak Aris selaku kepsek SD. Mereka memberikan saya madu kurma dan air untuk menambah stamina sebab muka saya terlihat begitu pucat. Bahkan tas serta jaket dan syal saya dibawakan hingga puncak oleh Pak Aris. Hatur nuhun pisan para bapak!

Perlahan tapi pasti saya mencapai kawah. Di sana saya sempat membuat puisi untuk Mama. Begitu banyak yang ingin saya ucapkan dan saya sebut, tapi perjalanan ini membuat saya semakin yakin bahwa satu-satunya orang yang pantas menerima persembahan saya adalah Mama. Begitu kuat wajah Mama terbayang di sana hingga membuat saya lupa siapa saja yang ingin saya sebut dalam doa dan tulisan saya--maaf--seperti ada kekuatan doa mama yang menuntun saya sejauh ini. Saya yang berkali ingin menyerah ke puncak tapi selalu disemangati rasanya begitu luar biasa. Persis seperti Mama yang selalu bijak menyikapi keluhan saya akan permasalahan yang saya hadapi. I really love you because Allah, Mom!

Sesampainya di kawah matahari sedang semangatnya memamerkan cahaya serta panasnya. Kira-kira itu pukul 10.30. Ternyata itu belum puncak. Kami masih harus berjalan lagi untuk menuju puncak. Jalanannya doninasi batu kerikil yang agak licin, dan tidak ada pohon yang menaungi. Hanya ada 2 pohon yang tumbuh, edelweis dan satunya lagi saya tidak tahu. Edelweisnya pun sedikit, banyaknya ada di alun-alun suryakencana (surken), sekitar 2 km dari puncak turun ke bawah. Awalnya saya pikir bisa mengunjungi surken dan berfoto di hamparan edelweis. Nyatanya saya tidak setangguh itu. Bahkan saat di kawah tadinya saya tidak mau ikut ke puncak. Sebab saya sudah tak kuat melangkah. Tapi, lagi-lagi saya disemangati oleh para bapak, "Sayang Bu Meta, sudah sejauh ini tidak sampai puncak. Perlahan ayo berjalan. See you on top!"

Maka, saya pun berjalan seperti zombie. Menyeret langkah perlahan, satu per satu, dan alhamdulillah sampai juga di tugu puncak 2958 mdpl. Di sana saya dapati ada tenda yang berisi orang jualan nasi uduk, minuman hangat, serta pop mie. Woooww... luar biasa di ketinggian seperti itu ada yang jualan!

Di puncak kami makan nasi timbel yang dibakar dengan abon. Rasanya sungguh nikmat karena kebersamaan. Biasanya mah, mana mau saya makan nasi sama abon! Lalu kami mengabadikan kenangan di puncak dengan spanduk dan bendera Sekolah Islam Ibnh HAjar. Tapi tak semua guru yang ikut ke puncak. Beberapa menunggu di kawah sebab staminanya terkuras dan ada yang phobia ketinggian.

Setelahnya, bagi saya perjalanan turun terasa jauuuuuh lebih mudah dan cepat. Kami tiba di kandang badak pukul 13.00. Kami pun bersiap memasak makan siang, salat, packing dan membereskan tenda. Kira-kira pukul 14.00 kami bersiap turun. Target kami pukul 18.00 kami sudah sampai di mandalawangi, tempat mobil jemputan menunggu kami untuk kembali ke Bogor. Sayangnya, beberapa kawan keseleo kakinya, bahkan ada yang bengkak dan sepatu/sandalnya putus. Hingga kami terpisah cukup jauh dan terbagi tiga kelompok. Saya adalah kelompok paling depan dan pertama yang berhasil sampai di bawah pukul 20.00. Itu pun diselingi beberapa kali perhentian, sebab ada yang tak kuat melangkah dan harus dibagi beban bawaan serta pakai tongkat, juga harus berganti sandal seperti saya, sebab karet sepatunya lepas saat melewati tebing mancur air panas. Udara malam yang semakin dingin disertai kegelapan yang perlahan menyelimuti menambah berat perjalanan kami. Senter pun mulai dinyalakan. Seram sekali perjalanan turun malam hari dibanding mendaki. Sebab kalau sampai salah pijak, kami bisa jatuh tergelincir. Melewati jembatan rawa, kami membaca bahwa masih ada beberapa macan tutul yang hidup di sekitarnya, sehingga kami memburu langkah saat melewatinya. Sepanjang jalan kunang-kunang bertebaran dan suara jangkrik semakin kencang. Hingga tiba di tempat sampah dekat kantor administrasi, kami dikejutkan oleh babi sebesar kambing dan gemuk seperti sapi berwarna abu-abu putih. Babi itu awalnya saya kira patung, tapi tiba-tiba dia menolehkan moncongnya ke arah kiri dan mulai berisik mengacak-acak tempat sampah. Saya dan tim bersegera menepi dan berjalan cepat agar tidak menarik perhatian babi hutan itu. Dari jauh saya senteri babi itu, memantau pergerakannya dan memberitahu pada pendaki yang naik atau turun untuk berhati-hati. Cukup lama babi itu berada di sana. Tapi alhamdulillah yang kami khawatirkan tidak terjadi. Malam kian larut, sinyal baru pada masuk, mobil jemputan ternyata sudah menunggu dari pukul 11.00 siang. Sementara kelompok terakhir belum sampai dan sulit dihubungi melalui HT dan HP. Akhirnya diambil kebijakan bahwa yang sudah sampai harus segera dipulangkan, terutama yang akhwat. Sebab kondisi hari itu adalah malam minggu, pasti ada arus buka tutup jalan di puncak. Maka tim ikhwan mengurus perizinan dan membagi tugas untuk sebagian ikut kembali ke Bogor mendampingi akhwat dan sebagian menunggu tim yang di belakang. Pukul 21.00 kami pulang dan terjebak arus tutup jalan. Sehingga pukul 23.40 kami baru tiba di sekolah. Dalam perjalanan pulang saya agak mengigau karena mual oleh pergantian udara dan angin malam. Saya menahan rasa ingin muntah dan mencoba tertidur setelah dibaluri minyak kayu putih dan meminum you c 1000. Untunglah teman-teman memahami, dan mereka memijati pundak serta punggung saya hingga saya bisa terlelap sebentar dan berhasil tidak muntah di mobil. Alhamdulillah, dengan sisa tenaga yang ada, kami berhasil pulang dengan selamat.

Hikmah ekspedisi naik gunung gede:

1. If you wanna go fast, go alone.
If you wanna go far, go together.

Pepatah itu amat benar. Terlihat sekali siapa yang ingin menang sendiri dan duluan menuju puncak tanpa memikirkan timnya di belakang. Juga terlihat sekali betapa empati dan sabarnya mereka yang sebenarnya bisa saja jauh lebih cepat sampai, tapi menjaga kami yang kelelahan, tertinggal, dan butuh motivasi hingga sampai puncak bersama. Terlihat juga siapa yang mementingkan dirinya sendiri dan benar-benar peduli pada sekitarnya. Saya sendiri merasa kadang agak egois ketika saya sudah tidak kuat, padahal yang lain pun saya yakin juga tidak kuat, tapi berusaha menguatkan. Maafkan bila tanpa saya sadari saya seperti itu ya kawan.

2. Filosofi mendaki gunung itu sungguh seperti menafakuri jalan hidup kita. Bahwa semua begitu panjang dan kita merasa sangat jauh untuk mencapainya serta tidak kuat bila membayangkannya. Yang harus kita lakukan adalah terus saja melangkah dan menjaga hubungan. Sebab mereka yang bahkan tak kita kenal pun melintas mendatangkan semangat bagi hati dan kaki yang telah lelah. Berkali saya mendapat kalimat dari pendaki yang turun berpapasan di jalan, "Semangat, Mbak! Kamu pasti bisa. Sedikit lagi, kok." Meskipun saya tahu bahwa masih jauh, tapi itu membantu saya mendapatkan energi positif.

3. Kekuatan cinta dan dukungan orang terdekat adalah modal utama dalam menapaki jalan panjang beserta segala kesulitannya ini. Saya merasakan bahwa saya harus sampai atas untuk mempersembahkan sebuah puisi untuk mama saya. Jika gagal, rasanya sia-sia mama telah memberikan izinnya yang sulit bagi saya untuk naik gunung.

Ah pokoknya banyak banget kesan dan pembelajaran yang saya dapat dalam dua hari lalu. Alhamdulillah, masyaa allah, subhanallah, allahu akbar rasanya semua puja dan puji tak henti membanjiri hati dan pikiran saya akan maha kuasanya Allah. Terima kasih Allah atas hidup ini, dan orang-orang yang pernah dan masih hadir dalam hidup saya. Saya sayang kalian semua!

Meta morfillah

EKSPEDISI PENDAKIAN GUNUNG GEDE (Hari pertama)

EKSPEDISI PENDAKIAN GUNUNG GEDE

Hari pertama, 29 Juli 2016

Setelah 2 minggu materi dan latihan fisik selepas mengajar, inilah hari di mana kami akan mengaplikasikan materi yang telah didapat. Pukul 06.00 saya telah sampai di sekolah. Target berangkat adalah pukul 06.30. Kenyataannya sebab satu dan lain hal, kami baru berangkat pukul 08.00 dengan 3 mobil. Dalam perjalanan, mobil saya dan tim menyaksikan kecelakaan dengan korban ibu hamil dan bibirnya sobek berdarah karena terjatuh ke aspal. Sementara yang menabrak anak SMA pingsan. Dua orang kawan turun membantu sang ibu, sementara saya tetap diam di mobil, tak kuat melihat darah. Langsung terbayang dan mendadak pusing, darah rendah saya kumat. Kami yang menunggu di mobil berdoa untuk keselamatan korban, penabrak, orang sekitar, dan kami. Sebab menyaksikan hal kurang baik seperti sebuah firasat buruk. Maka kami gunakan senjata orang mukmin, yaitu berdoa.

Sampai di mandalawangi/kebun raya cibodas sekitar pukul 11. Kami makan siang dan mulai mengurus administrasi. Lalu kami memulai perjalanan. Target mencapai kandang badak untuk kemah adalah pukul 5 sore. Kenyataannya, 22 orang jumlah kami dan dominan pengalaman pertama naik gunung/pemula membuat langkah kami terseok. Saya salah satu yang cukup lama dan berada di tengah sebab banyak berhenti. Kaki rasanya ingin berhenti berjalan, namun teman-teman selalu menyemangati bahwa saya bisa. Perhentian-perhentian pun terlewati seperti air terjun cibeureum, telaga biru, rawa denok 1, rawa denok 2, batu kukus 1, batu kukus 2, air panas, kandang batu--tempat kami berjamaah takhir qasar salat zuhur ashar--, hingga sampai di kandang badak kira-kira pukul 21.00.

Ada enam tenda, namun begitu sampai hanya 2 tenda yang didirikan sebab 4 tenda lainnya ada pada carier teman saya dan tim swiper di belakang. Alhasil saya dan teman lain menunggu dalam dingin, tepatnya beku. Sebab sore itu hujan dan suhu bertambah dingin, sampai di kerudung membentuk butiran es. Saat berbicara pun mengeluarkan asap udara panas. Kami membagi tugas untuk mendirikan tenda dan memasak air untuk menghangatkan tubuh. Setiap kawan sering mengecek kawan lainnya, untuk memastikan tidak ada yang terkena hipotermia. Saya salah satu yang tak kuat bergerak banyak sebab sudah membeku dan diam menunggu tenda tim saya datang. Hingga tenda datang, saya membantu mendirikan dan berbenah posisi carier dan posisi tidur. Saya segera berganti pakaian dan kaus kaki yang basah, tayamum, salat jamak qasar maghrib isya, lalu menunggu air matang dan meminumnya sedikit. Setelahnya saya izin tidur sebab sudah tak kuat dingin. Ternyata sleeping bag saya agak basah dan tas beserta isinya juga menjadi dingin. Tapi tetap saja saya usahakan pejamkan mata meski tak begitu nyenyak sebab dingin begitu menggigit. Tenda kami berada pada posisi turunan, jadi tanpa sadar saat tidur kami merosot-merosot. Tengah malam hujan dan tembus ke tenda hingga sleeping bag dan menambah dingin. Tapi saya tetap memejamkan mata dan tak bergerak agar kami berlima muat. Menurut teman setim, saya paling cool tidurnya. Padahal mah karena sudah tak ada daya dan membeku. Kalau tidur di rumah mah, posisinya bisa beda pas bangun hahaha.

Berlanjut ke hari kedua...

Meta morfillah

24 July, 2016

#tipsnulismeta1

"Met, bagaimana caranya biar bisa menulis?"

Sebenarnya aku sendiri belum jadi penulis bila indikatornya menerbitkan buku di penerbit mayor apalagi best seller. Tapi berbagi pengalaman aja yaa...

Hal yang harus dilakukan untuk jadi penulis:
1. Baca, baca, baca
Baca apa saja. Baca kamus dan tesaurus apalagi. Untuk memperbanyak kosakatamu. Baca terjemahan Al quran lebih oke, sebab metafora dan analoginya bisa melahirkan banyak ide.
2. Tulis, tulis, tulis
Memang ada banyak tingkatan penulis. Tapi untuk pemula baiknya perbanyak kuantitas, sembari perlahan memperbaiki kualitas. Aku sendiri masih memasang target #1hari1tulisan minimal 1 kalimat dengan update di medsos. Dari 2009-2016 ini perkembangannya cukuplah, meski harusnya sih udah jadi beberapa novel

Apa saja hal yang menarik dan mudah untuk ditulis:
1. Hal menarik yang kamu alami dalam keseharian
2. Hal yang membuatmu gelisah/takut dan ingin dicurhatkan
3. Hal yang tidak berani kamu ungkapkan secara lisan
4. Hal yang amat kamu dambakan

Paling penting adalah semua diawali NIAT, KONSISTENSI, dan DISIPLIN. Bagusnya lagi kamu sudah temukan mau menjadi penulis yang seperti apa. Jangan kayak aku, masih galau. Mau menulis islami, metropop, satir, inspirasi, tapi ilmunya belum meyakinkan. Tenang saja, semua penulis memiliki proses kreatif  dan waktu yang berbeda. Insyaa Allah kamu akan temukan sendiri proses kreatifmu selama kamu menjalani dengan disiplin. Yang penting tetap SEMANGAT MENULIS, MENULISKAN SEMANGAT.

*Dari gambar ini, coba latihan buat tulisan minimal 3 kalimat! #tantanganmeta

Meta morfillah

[Kajian] URGENSI TAFSIR AYAT-AYAT POLITIK

URGENSI TAFSIR AYAT-AYAT POLITIK

Dr. Atabik Luthfi, Lc, MA
Masjid Alumni IPB
Minggu, 24 Juli 2016

Kesalahan fatal umat Islam di era modern adalah menjauhkan politik dalam kehidupan beragama. Ini adalah kesalahan KONSEP, dan jauh lebih berbahaya ketimbang kesalahan aksi/praktik. Misalnya konsep belajar, niatkan untuk beribadah pada Allah, menjadi pemimpin dan penegak agama Allah, maka praktik/aksinya akan mengikuti konsep, bukan niat untuk pintar saja atau duniawi lainnya. Menganggap Islam tidak berhubungan dengan dunia politik menjadikan umat berpotensk termarginalkan/terpinggirkan.

Inilah ayat-ayat yang perlu ditadabburi bahwa Allah pun menyuruh kita berpolitik:
1. Q. S. Al baqarah [2] : 208
"...masuklah ke dalam Islam secara  KESELURUHAN..."
Konsep KAFFAH dalam ayat ini semakin dikuatkan dalam doa kebaikan dunia dan akhirat yang tiap hari kita lafalkan sehabis salat. Bahwa untuk mencapai akhirat yang hasanah, pun dunia juga harus hasanah. Dunia yang hasanah artinya bekerja, berkuasa, dan ilmu lainnya. Tidak sekadar ibadah mahdah.
Pembicara pernah mendapat pertanyaan saat seminar di Amerika, "Why you should doing pray, fast, and hajj when you can be better without it all?"
Dan dijawab, "All you have done is a part of Islam. All we have done is a part of Islam. When we are together, that is ISLAM."

Bagi mereka buat apa puasa, salat, dan haji jika ternyata negara kita paling korup. Mereka yang tidak beriman justru tidak korupsi. Mereka hanya melihat satu sisi. Padahal Islam bukan sekadar puasa, salat, dan haji. Islam adalah semua hal dalam hidup kita. Orang jadi PNS, Islam. Orang berpolitik, Islam. Orang melakukan kegiatan sosial itu juga Islam. Semua yang kita lakukan adalah Islam bila sesuai syariatNya. Jangan malah saling menyalahkan.

2. Q. S. An Naml [27] : 44
Konsep nabi sulaiman yang ingin mengislamkan negeri Saba' melalui keislaman Ratunya, Balqis.
Terkadang kita harus bertanding sesuai lawan. Seperti ratu balqis yang harus ditandingkan dengan raja sulaiman, sebab mereka sama-sama berkuasa. Inilah mengapa Islam harus memiliki kekuasaan untuk melawan kekuatan yang zalim. Sebab terkadang ada yang harus didakwahi dengan kemewahan dan kekuasaan seperti Ratu Balqis, ada pula yang harus didakwahi dengan kezuhudan.

3. Q. S. An Naml [27] : 15
Konsep bahwa ILMU adalah prinsip dasar dalam Islam.
Untuk memiliki kekuasaan, kita harus punya ilmunya. Kebanyakan kita mempelajari sesuatu hanya dari satu sisi dan tidak menyeluruh. Contoh apa yang kita ingat saat disebut khalifah Umar bin abdul aziz? Kebanyakan hanya tahu tentang kezuhudannya. Padahal ia memiliki ambisi yang besar dimulai dari ambisi menikahi putri khalifah, menjadi gubernur, hingga akhirnya ambisi akhirat dengan kezuhudannya saat ia sedang memimpin. Ujian bagi pemimpin adalah zuhud (menjauhi dunia). Berbeda dengan orang miskin yang bukan zuhud tapi memang kesehariannya begitu. Inilah beda konsep.

Memang tidak ada kata "siyasah/politik" dalam Al Quran, tapi bukan berarti tidak Islami dan tidak perlu dipelajari. Coba kalian cari kata "aqidah" dalam Al Quran! Tidak ada juga, tapi apakah kita tidak beraqidah?

Berprestasi dengan keilmuan adalah salah satu siyasah dakwah. Seperti Dr. Arif yang menekuni bidang kecil dari multimedia namun diakui dan dipampang fotonya di luar negeri sana. Dia satu-satunya orang Indonesia dan Islam yang dihargai karena ilmunya. Maka, bukan berarti multimedia tidak islami. Tetap pelajari semua ilmu! Mengilmui sesuatu haruslah dari dua sisi, baik dan buruknya. Jangan setengah-setengah.

4. Q. S. An Nisa [4] : 54
Konsep kerajaan sebagai idiom untuk kekuasaan/politik

5. Q. S. Al baqarah [2] : 251
Konsep kepemimpinan/kekuasaan pasti akan bergilir dan harus diteruskan/regenerasi/kaderisasi dan berdampingan antara yang adil dan zalim. Maka untuk melawan yang zalim, harus diperjuangkan kandidat yang adil. Kita harus mengimbangi.

6. Q. S. Yusuf [12] : 56
Konsep jabatan pada kisah Yusuf. Bahwa kita harus berani menerima jabatan untuk membuka jalan lain. Itu adalah peluang kebaikan lebih besar dari Allah.

7. Q. S. An Nur [24] : 55
Konsep janji Allah tentang pergantian kekuasaan. Kita harus memiliki strategi untuk menjaga keadilan dengan mempersiapkan pengganti melalui kaderisasi.

8. Q. S. Al Maidah [5] : 50
Tentang hukum Allah yang kembali pada dalil ayat pertama. Bahwa Islam mengatur urusan kita secara KAFFAH.

*catatan sepemahaman penulis

Meta morfillah

Ketika amanah diberikan untuk menjagamu

Ketika amanah diberikan untuk menjagamu

Pernah tidak ketika kita memilih seseorang untuk sebuah posisi bukan karena ia paling kompeten, tapi karena ia harus diajar tanggung jawab dan rasanya mendapatkan posisi itu? Misal temanmu sering terlambat, lalu kamu memilih dia sebagai ketua kelas. Sehingga saat dia tak hadir, guru langsung tahu dan bisa jadi dia dihukum. Akhirnya mau tak mau, dia pasti berusaha agar tidak terlambat dan dihukum. Bukan pula berarti kita ingin menghukum dia, melainkan agar dia menjadi manusia yang lebih baik.

Yaa... mungkin saat ini diri kita yang seperti ilustrasi di atas. Jangan terlalu berbangga diri dengan amanah/jabatan tinggi. Boleh jadi itu adalah cara Allah dan sekelilingmu menjagamu dari hal negatif.

Atau mungkin menghukummu... hehe *lalu ngaca sendiri*

Meta morfillah

Ekspedisi gunung gede

18 Juli 2016

-Latihan fisik 1 set = 5
-materi pengetahuan medan: kami akan menempuh rute cibodas-gunung gede dengan waktu tempuh sekitar 8 jam.
Materi hipotermia: ada 2 tipe yaitu diam atau ceracau. Tipe diam sangat berbahaya. Sedangkan untuk tipe ceracau, bila terjadi harus diantisipasi dengan mengunyah coklat, pakai jaket saat malam saja dan sebelum mendaki sebaiknya tak usah dipakai agar saat dipakai nanti tidak dingin terkena embun malam. Cara mengatasinya harus dipeluk, diganti bajunya dengan yang kering dan minum air hangat.
Materi manajemen perjalanan: di grup kecil posisi depan adalah yang butuh perhatian dan belakang yang paham medan. Grup besar posisi depan adalah yang paham medan dan butuh perhatian, belakang yang paham medan.

19 Juli
- Latihan fisik 1 set=7
-Materi istinja: pakai batu dengan jumlah ganjil minimal 3. Pakai daun, cari yang tidak berduri dan berbulu. Untuk lokasi jangan di rute jalan, agak jauh dan digali dulu tanahnya, tutup pakai sarung, dan timbun jika sudah selesai.
Tayamum: memakai debu atau tanah. Caranya niat, tepukkan kedua telapak tangan ke debu/tanah, lalu tiup sekali, usap muka lalu usap punggung tangan baru telapak tangan, selesai.

21 juli
-Latihan fisik 1 set 7
-Materi packing: Prinsipnya yang jarang dipakai di bawah, yang sering dipakai di atas. Paling bawah menuju atas urutannya sleeping bag, lalu baju ganti, alat masak (dalam mistingnya masukkan beras), air, terpal/trash bag, dan matras. Posisi tas nagian bawahnya harus di atas bokong. Wajib membuat peta carier untuk memudahkan temannya memberi pertolongan jika kita terkena musibah.

22 juli
-Latihan fisik 1 set=8
-Materi memasak: siapkan kaleng bekas pocari/susu, dibelah dua dengan ukuran lebih pendek lalu disatukan dan dibolongi tengah serta pinggirnya, lalu diberi spirtus. Kalau tidak mau ribet, belah satu terus dialingi 3 kaleng lain agar api tak terkena angin. Lebih bagusnya lagi gali tanah sedikit, jadi menghalangi angin. Lalu taruh panci di atasnya dan siap memasak!

Meta morfillah

23 July, 2016

Hari anak nasional

Saat saya gabung jumsih di SD sebagai perwakilan SMP, anak-anak menghampiri dan memeluk saya sembari berkata,

"Bu Meta... kangen."

"Iya, Bu... kangen. Mau main sama Ibu lagi."

"Yaudah, nanti main sama Ibu habis jumsih ya. Kakak kelas 1 SMPnya olahraga, jadi ibu tidak mengajar di kelas."

"Lagi kenapa atuh Ibu ngajar kelas 1 SMP? Loncatnya jauh amat dari kelas 2 SD."

"Ibu pintar banget ya? Makanya Bu pura-pura gak pintar aja, biar ibu ngajar kita di kelas 3."

"Laah... Ibu gak pintar kok. Hafalannya aja masih hebatan kalian."

Lalu waktu jumsih selesai, anak-anak harus masuk kelas.

"Ibu, kita pisah dulu ya. Nanti aku samper Ibu main cing jongkok ya. Aku kangen Ibu."

"Iyaa..."

Dan sejam kemudian saya menunaikan janji itu. Hampir satu kelas yang saya ajar ikut bermain hingga waktu istirahat habis. Kami merasa waktu berlalu begitu cepat. Rindu ini belum luruh sepenuhnya. Kelas baru masih terasa asing bagi saya dan anak-anak.

"Ibu, aku kemarin gak nyadar tahu-tahu udah di depan kelas 2 khalid. Aku lupa kalau aku udah kelas 3 dan gurunya beda. Aku kangen banget sama Ibu."

Apalagi Ibu, Nak... percayalah, ini juga berat bagi Ibu.

"Yaudah, tiap jumat kita main ya, Bu. Pas snack time, kan kakak kelas 1 SMPnya olahraga jadi Ibu enggak ngajar."

"Insyaa Allah."

Hari ini adalah Hari Anak Nasional, 23 Juli. Sungguh saya begitu merindu dunia anak-anak. Meski saya belum punya anak, anak didik bagaikan anak saya sendiri. Ada porsi dan ruang dalam hati mereka yang disediakan untuk gurunya. Sayangilah anak-anak, meski meletihkan saat ini, nanti kalian akan merindui saat-saat ketika mereka menggelendotimu dan mengikutimu ke mana pun kamu pergi. Percayalah selalu bahwa setiap anak itu hebat meskipun nilai rapor mereka anjlok semua. Mereka pasti punya nilai lebih dalam hal selain pelajaran. Kesalihan mereka adalah buah doa dan didikan kita.

Seyogyanya saya berdoa untuk semua yang pernah saya ajari, "Rabbi habli minasshaalihiin."

Meta morfillah

19 July, 2016

Dokter cinta belajar

Kupikir tak akan ada lagi yang semenantang skripsi. Nyatanya, ada! Setelah skripsi, menjadi wali kelas yang membuat silabus, rpp  subtema satu dan merancang aktivitas kelas dari minus di sekolah yang baru buka serta kurikulum berbeda adalah tantangan yang bikin aku tak bisa tidur nyenyak tiga hari belakangan. Mata sampai berkantung, badan sakit-sakit (ditambah efek latihan persiapan fisik tiap hari di sekolah h-9 naik gunung gede), kerjaan rumah agak terbengkalai, pikiran bercabang dan belum juga siap peralatan tempur mengajar hari pertama di 7 SMP terkendala buku yang dicari tak ketemu! Hampir semua gramedia dan toko buku di Bogor didatangi namun stok buku yang dicari kosong. Browsing tak juga ketemu. Sedihnya lagi berhalangan, jadi tak bisa curhat sambil nangis-nangis di sepertiga malam. Tapi senjata orang mukmin adalah doa. Maka berdoa terus dan meminta doa yang makbul, doa mama. Meminta maaf atas segala kekurangan sebelum dan ke depannya pada pintu surga tengahku sebab agenda akan semakin bertambah padat.

Alhamdulillah... berhasil menghasilkan RPP untuk besok. Meski jauh dari sempurna yang diharapkan, setidaknya siap lah. Sebab menjadi guru bukan sekadar cari uang. Pekerjaan ini membebani bila aku tak berhasil menjadi DOKTER CINTA BELAJAR. Yaa... bahwa aku lulusan kurikulum dan teknologi pendidikan UNJ mengemban amanah itu. Dosen pembimbingku dan dosen lainnya menitipkan harapan agar kami menjadi dokter yang mampu mengobati penyakit malas belajar peserta didik, hingga menjadi cinta belajar. Jadi, idealismeku akan selalu hadir dan membuat pekerjaan membuat RPP sedikit lebih lama karena aku memandang holistik, tak sekadar materi nyampe, experiental, tapi juga fun! Oh my Allah... aku harus belajar lagi mengenai karakter, psikologi, dan perkembangan remaja saat ini ditambah integrasi STIFIn saat alpha zone, dan pelaksanan pembelajaran.

Well... kalibrasi Feeling adalah curhat. Dan curhat melalui tulisan adalah diriku. Jadi, tulisan ini adalah ngalor ngidulnya orang Feeling yang butuh penyegaran. Main, olahraga, travelling, bahkan terjun langsung ke sawah dan sungai katulampa bareng murid yang hanya 9 orang nampaknya belum tuntas menyegarkan kalau belum dibuat cerita.

Bersyukurlah... meski kabut tengah menyelimuti pikiranmu.
Berbahagialah... sebab ada cinta yang mau mengerti kamu di mana-mana jika kamu tetap berpikiran terbuka.

Alhamdulillah ala kulli hal

Meta morfillah

17 July, 2016

Connecting the dots

CONNECTING THE DOTS

Steve Jobs pernah berkata tentang menghubungkan titik-titik tentang apa yang dipelajari di masa lalu--yang pada saat dahulu terlihat tidak ada satu pun yang dipelajari sepertinya akan bermanfaat dalam kehidupan kita nanti--ternyata akan terhubung dan membentuk masa depan kita.

Sepertinya saya sedang merasakan itu sekarang. Akumulasi ilmu perkuliahan saya, pengalaman mengajar di homeschooling dan menghadapi anak berkebutuhan khusus, pengalaman bekerja hampir dua tahun di lembaga konsultansi, project membuat storyboard untuk modul e-learning, menjadi admin di beberapa akun medsos, kegilaan saya membaca beragam buku terutama saat sedang menganggur lalu membuat reviewnya dan membantu usaha kuliner seorang kawan. Sekilas itu semua terpisah dan tampak serabutan, tak akan terhubung. Nyatanya hari ini, amanah baru saya membuat saya recalling memory untuk membuat sebuah produk dan kegiatan yang belum ada benchmarknya. Setelah saya korek-korek ingatan saya, ternyata ada beberapa bagian di masa lalu saya yang membantu saya merefleksikan masa depan saya. Sedikit memberi gambaran akan apa yang hendak saya buat.

Seringkali perjalanan hidup kita seperti titik tak beraturan, tak bertujuan, padahal setelah kita melihat dari jarak jauh di atas sana, hidup kita sebenarnya sedang membuat pola yang indah. Itulah keteraturan dalam ketidakteraturan, dengan Allah sebagai grand desainernya.

Meta morfillah

13 July, 2016

Mission: TEGAL Explorer

"Dalam rangka apa ke Tegal?"

"Ada siapa di Tegal?"

"Mau ngapain ke Tegal?"

Dan beragam pertanyaan serupa.

Yaa... mungkin pada bingung kali yaa, untuk apa kita--tiga akhwat kece--berkumpul di Tegal. Hanya sehari pula. Tepatnya hanya lima jam mengeksplor Tegalnya--seharusnya tujuh jam, tapi menunggu teman ambil kendaraan hingga dua jam di stasiun.

Sebenarnya sih enggak usah bingung. Kita kumpul di Tegal sebab itu kota tengah di antara Cirebon, Kediri, dan Pekalongan. Serta ada seorang teman yang menetap di sana. Kita mau silahturrahim saja. Kumpul sama yang dari tiga daerah tersebut, terutama yang habis nikah dari Pekalongan.

Loh, kan bisa kumpul di Jakarta?
Iyaaa... memang ujungnya semua di Jakarta. Balik lagi ke Jakarta. Tapiiiii... bosan juga kaliii di Jakarta muluk. Dan tha mikir, kenapa banget gitu harus orang Jakarta terus yang didatangi orang daerah? Kenapa enggak orang Jakartanya aja yang datang ke daerah sesekali? Yaa... kayak mudik gitu. Tapi tingkatan saudara seiman, belum jadi keluarga #eeh. Hahaha intinya sih jangan su'udzan dengan perjalanan kami ke Tegal. Kami cuma numpang lunch doang, dinner enggak sempat. Bahkan lamaan jalan baliknya dibanding main di Tegalnya. Sembilan jam boooo!

Kali lain kalau mau ke Tegal mending nginep sih. Bawa baju ganti. Wisata alamnya kebanyakan main air, sebab Tegal adalah Kota Bahari. Juga jarak wisatanya cukup jauh dari stasiun. Kulinerannya kemarin masih banyak yang belum buka. Kita cuma sempat makan sate batibul (kambing muda-bayi tiga bulan), dan tahu gejrot di Taman Rakyat Kabupaten Tegal. Terus oleh-olehnya yang khas cuma tahu pletok--tahu kuning bentuk segitiga dikasih aci atasnya.

Memang belum puas. Tapi, perjalanan akan terasa asyik bila bertemu kawan perjalanan yang tepat. Nah, semoga kita semua dipertemukan dan disandingkan dengan teman hidup yang tepat yaaa. Sebab hidup ini jauh lebih lama dan panjang jalannya dibanding travelling.

Salam lonetraveller,

Meta morfillah

09 July, 2016

[Review buku] Melukis pelangi

Judul: Melukis Pelangi
Penulis: Oki Setiana Dewi
Penerbit: Mizania
Dimensi: 347 hlm, cetakan X november 2012
ISBN: 978 602 8236 89 8

Sejujurnya saya tak pernah menyangka kisah hidup OSD begitu berwarna seperti ini. Buku ini ibarat diarynya yang dipublikasikan, menceritakan memoar hidupnya. Memang, saya sendiri baru 'ngeh' setelah film KCB dan saat ia menjadi pengisi harian acara ceramah pagi di sebuah stasiun TV. Yah, kebanyakan orang hanya tahu enaknya saja ketika kita berhasil menjadi someone from no one. Buku inilah yang menceritakan kisah perjuangan OSD menggapai mimpinya. Titik balik itu terjadi ketika ibunya sakit. Lalu dari sana konflik kehidupan semakin kompleks dan menggiringnya menemukan Allah. Dengan gaya bahasa yang bertutur, buku ini membuat saya larut selama dua jam untuk menamatkannya.

Ada sedikit kekurangan tentang typo dan cover yang tak saya suka dengan memajang foto penulisnya.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"Life starts from nothing to something, then becoming someone & finally to be no one because the only one is Allah SWT." (H. 30)

"Jilbabku juga pelindungku. Ia melindungiku dari masuknya makanan haram ke tubuh ini, ia melindungiku dari pekerjaaan yang berisiko untukku, ia melindungiku dari pelecehan, tatapan mata lelaki yang membahayakan, dan objek khayalan."(H. 138)

"'Jika kita memiliki kualitas, orang akan membutuhkan kita. Mereka akan mengejar kita dan mengikuti apa permintaan kita." (H. 182)

"IP memang bukan satu-satunya indikator kecerdasan seseorang. Namun dengan IP tinggi, bisa membuktikan bahwa ia bersungguh-sungguh dengan studinya. Juga membuka peluang untuk mendapatkan beasiswa." (H. 249)

Meta morfillah

Menyelam atau tenggelam

Menyelam atau tenggelam?

Hari ini saya didaulat menjadi driver serta baywatch para ponakan yang ingin berenang. Ya, ini salah satu spesialisasi saya sepertinya. Sayang, saya sedang shaum dan tak bisa menemani mereka di dalam air. Jadilah saya hanya mengamati betapa ramainya liburan di kolam renang umum kota hujan ini. Sejujurnya, saya ingin membenamkan diri dengan laptop mengerjakan banyak tugas yang harus diselesaikan sebelum tanggal 14. Namun sejak saya libur, momen itu belum berhasil saya dapatkan. Tenaga saya sudah terkuras habis dan waktu saya benar-benar untuk keluarga. Jadi pikiran saya setengahnya selalu kepada tugas. Meski saya berusaha menikmati semuanya, tapi tugas menawan tawa lepas saya.

Itulah amanah baru yang memberati pundak saya. Amanah akan sekolah baru SMP, konsep yang belum saya pahami. Sebab mengapa saya belum jua mengerjakan silabus dan RPP satu tema dengan basis STIFIn yang akan dipakai minggu depan. Kelemahan saya apabila sudah lelah dan belum menemukan solusi adalah menduga-duga sebab atau apa alasan orang yang menempatkan saya di posisi tersebut. Berharap saya bisa bernegosiasi untuk memikirkan ulang penempatan itu. Posisi di luar comfort zone saya. Dan itu yang sedang saya lakukan. Saya bertanya-tanya mengapa saya? Apa alasannya? Apa potensi saya yang mereka lihat padahal demikian banyak kekurangan saya? Saya begitu tidak percaya diri.

Saya belum menemukan jawabannya. Kepala saya pusing. I need take a breath... Lalu saya layangkan pandangan sejenak ke kolam 1-3 meter. Kolam yang dihindari ponakan saya bila saya tak bisa menemani mereka di dalam air. Kolam 1 meter cukup ramai. Tapi di kolam 1,5 meter sampai 3 meter hanya ada beberapa orang dan selebihnya kosong. Pemandangan itu memunculkan sebuah suara yang menjawab pertanyaan saya sekaligus menyindir diri ini.

"Lihat kolam renang itu, semakin dalam semakin sedikit yang berani mencoba. Dibutuhkan keahlian berenang untuk mengarunginya. Memakai pelampung pun tak menjadi jaminan. Tapi keahlian itu bisa dipelajari jika kamu mau. Dari 1 meter bisa sampai berpuluh meter jika kamu tidak menyerah. Seperti itulah dirimu saat ini. Perenang yang sudah lumayan di 1 meter dicemplungkan ke kolam 2 meter. Awalnya mungkin kamu akan gelagapan, tak tahu harus bersikap seperti apa. Tapi dengan kemampuan dasarmu, kamu hanya perlu mengenali, mengamati, lalu perlahan belajar seperti di kolam 1 meter. Hingga kamu bisa menguasainya... lalu bersiaplah untuk dicemplungkan kembali ke kolam 3 meter dan seterusnya. Kamu akan selalu diberikan posisi sesuai tingkatan kemampuanmu. Pilihanmu adalah menyelam atau tenggelam? Kamu mau melanjutkan di jalan sepi yang menjanjikan kesuksesan itu atau jalan ramai yang standar biasa saja?"

Suara itu terus bergaung dalam kepala saya. MENYELAM ATAU TENGGELAM? Membuktikan diri bisa mengemban sebuah amanah atau malah mundur dan tenggelam sebab tak sanggup mengemban amanah?

Meta morfillah

[Review buku] Berjalan di atas cahaya

Judul: Berjalan di atas cahaya
Penulis: Hanum Salsabiela Rais, dkk
Penerbit: Gramedia
Dimensi: xii + 210 hlm, cetakan keempat Juli 2013
ISBN: 978 979 22 9359 3

20 kisah inspiratif yang ditulis oleh tiga penulis wanita berdasarkan pengalamannya di benua biru, Eropa. Di benua biru itu, Islam adalah minoritas. Maka menjadi muslim adalah agen Islam yang mencitrakan agama ini. Ketiga penulis bercerita bagaimana para agen muslim yang mereka temui berusaha yang terbaik dalam menyiarkan agama Islam. Ada  banyak cara berdakwah kreatif untuk menarik hati dan mengubah perspektif penghuni benua biru tersebut. Di antaranya ada muslimah yang ngerap, bermain pencak silat ala minangkabau, menjadi satu-satunya karyawati berjilbab di perusahaan pembuat jam dunia, berusaha mendirikan masjid,  semua untuk berdakwah. Mereka terua berusaha berjalan di atas cahaya dengan segala keterbatasannya. Semua dilakukan dengan indah, sabar, berilmu dan beradab, bukan dengan perdebatan apalagi perseteruan.

Dari tiga penulis memang gaya menulis hanum lebih unggul dan mengalir dibanding dua penulis lainnya. Terutama jika dibandingkan dengan tulisan wardatul ula yang menurut saya tidak jelas apa yang ingin disampaikan dan kurang asyik.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

"Jangan pernah menganggap satu manusia--yang kauanggap gak penting--yang kita temui dalam hidup, takkan pernah kita jumpai lagi. Setiap mereka adalah jalan keluar." (H. xi)

"Perusahaan yang masih mempermasalahkan penampilan berjilbab karyawannya tentulah perusahaan yang tidak kredibel. Pada masa yang akan datang, perusahaan ini lambat laun akan menerapkan kebijakan yang kurang prokaryawan." (H. 27)

"Keluarga saya adalah keluarga yang utuh dalam Islam dan bermunajat untuk satu keyakinan yang sama. Itu adalah harta yang kadang terlupakan." (H. 49)

"Sesungguhnya manusia yang semakin tua semakin kembali ke titik nol awal kehidupannya." (H. 193)

Meta morfillah

05 July, 2016

[Review buku] 99 cahaya di langit eropa

Judul: 99 cahaya di langit eropa
Penulis: Hanum salsabiela rais & Rangga Almahendra
Penerbit: Gramedia
Dimensi: 412 hlm, cetakan ketujuh belas september 2014
ISBN: 978 979 22 7274 1

Novel ini berdasarkan kisah nyata perjalanan penulisnya di benua Eropa. Menjelaskan tentang keterkaitan dan sejarah Islam di Wina, Paris, Cordoba/Konstantinopel, Granada, dan Istanbul. Dengan bahasa yang ringan, mengalir, serta runut novel ini tidak terasa seperti novel perjalanan serta sejarah umumnya. Tinggal di kawasan minoritas Islam, justru menimbulkan rasa jatuh hati yang mendalam pada agama Islam dengan membuka hati dan pikiran melalui perantara kalam (pengetahuan).

Islam ternyata pernah berada di sana, meski jejaknya kini telah digerus hingga tak nampak. Tapi, siapa sangka bahwa Islam pernah begitu bercahaya bahkan menjadi salah satu peradaban acuan di dunia. Lalu apa yang membuatnya hancur seperti sekarang? Sebab nafsu dan kemalasan pemeluknya yang tidak lagi sesuai wahyuNya: baca dan mau berpikir.

Siapa sangka bahwa di lukisan bunda maria dalam museum Louvre terdapat kalimat tauhid dalam tulisan arab kufic di pinggiran hijabnya. Siapa sangka bahwa pembangunan Arc du Triomphe du Carrousel dan Arc du Triomphe de l'Etoile dalam garis Axe Historique di kota Paris mengarah pada satu tujuan: Kiblat di Mekkah. Juga siapa sangka pernah ada masa indah di Cordoba bahwa Islam bisa berdampingan dengan beragam agama lainnya. Terbukti dari sisa peninggalan Hagia Sophia dan Blue Mosque.

Hanya saja ada sedikit yang mengganggu saya terkait sirah saat Haji Wada di halaman 388. Di novel ini tertulis Umar bin Khattab yang menangis saat Rasul membacakan Q. S. An Nashr. Padahal selama ini saya mempelajari sirah, yang menangis adalah Abu Bakar sebab ia mengerti bahwa maut mendekati Rasul dan itu adalah wahyu terakhir.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"...keteladanan berbicara lebih keras daripada kata-kata." H. 63

"Agama dan ilmu harus membentuk keseimbangan yang tak bisa dibentur-benturkan. Keduanya tak boleh mengkafiri yang lainnya. Baik agama dan ilmu pengetahuan harus membuka diri satu sama lain. Kalau tidak, keseimbangan itu akan runtuh." H. 156

"Kau tidak akan bisa melarang orang, ini haram dan itu halal, jika perut orang yang kauceramahi itu keroncongan." H. 250

"Pergilaj, jelajahilah dunia, lihatlah dan carilah kebenaran dan rahasia-rahasia hidup; niscaya jalan apa pun yang kaupilih akan mengantarkanmu menuju titik awal. Sumber kebenaran dan rahasia hidup akan kautemukan di titik nol perjalananmu. Perjalanan panjangmu tidak akan mengantarkanmu ke ujung jalan, justru akan membawamu kembali ke titik permulaan.
Pergilah untuk kembali, mengembaralah untuk menemukan jalan pulang. Sejauh apa pun kakimu melangkah, engkau pasti akan kembali ke titik awal." H. 372

Meta morfillah

04 July, 2016

#Day30 Jarak

#Day30 Jarak

Bagi orang yang memiliki ruang terdalam di hati kita dan memang mencintai kita, jarak hanyalah barisan angka. Sementara teknologi membuatnya seakan tak bersekat. Kita tetap dekat.

Bagi orang yang hanya menganggap arti hadir kita sekadarnya, mungkin jarak akan menjadi begitu jauh. Teknologi tak begitu membantu. Kita tak akan pernah menyatu.

Tapi, jarak terjauh bukanlah tentang berapa kilometer kita terpisah. Melainkan seberapa dinginnya silahturrahim kita, pautan antara hati kita dan jarangnya lisan kita mengucap namanya saat berdoa.

Satu hal yang baik dengan adanya jarak, kita bisa mengukur mana orang yang pantas kita perjuangkan, kita cintai, dan kita doakan. Serta mana yang seharusnya kita relakan, hanya menjadi sebuah fragmen dalam masa lalu kita. Dengan jarak, kita bisa lihat apakah rasa suka kita semakin memudar atau membesar...

Meta morfillah

#Day29 Waktu

#Day29 Waktu

"Bagi orangtua waktu berlalu begitu cepat."

Aku mendengarkan sembari tetap menjaga fokus mengemudi.

"Tidak terasa Ramadhan sudah mau habis. Tak terasa bulan sudah berganti Juli. Tak terasa sudah memiliki cucu. Tak terasa usiamu sudah melebihi usia Ibu saat menikah."

Aku berusaha mendengar meski angin agak menyamarkan suaranya.

"Terutama bagi yang hanya menunggu waktu dari pagi sampai sore. Tapi... tetap saja rasanya masih banyak yang harus disiapkan. Masih banyak yang harus dilakukan sementara sepertinya belum ada hal yang kita lakukan. Seperti menikahkan kamu."

Aku menghela nafas. Waktu sebanyak apa pun, seakan tak pernah membuatku siap bila berbicara pernikahan dan kematian.

Meta morfillah

#Day28 Yang dirindukan

#Day28 Yang dirindukan

Saat matahari perlahan terbit, saat matahari tepat di atas kepala, saat matahari berada condong ke barat, saat matahari perlahan tenggelam dan saat matahari benar-benar hilang diganti rembulan. Saat di mana biasanya indera pendengarku dimanjakan dengan lantunan panggilanNya, alat gerakku menuju rumahNya, namun semua itu tidak lagi ada sebab pindah. Sesuatu yang seakan sudah menjadi keharusan dan biasa selama seperempat abad lebih hidupmu, kini menghilang. Bagaimana rasanya?

Hal-hal keseharian, kecil yang begitu banyak hilang, perlahan akan begitu kita rindukan. Mendapatinya kembali menjadi sebuah kekayaan batin yang luar biasa. Mampu menghidupkanmu kembali. Seperti azan yang terdengar lantang, diperbolehkannya wanita salat di masjid berjamaah... itu semua adalah kebahagiaan sederhana yang sedang kurindukan. Aku belum sampai di eropa, ini masih di Indonesia, tapi rasanya begitu berbeda dan jauh. Menggejalakan rindu yang amat sangat terhadap tanah lahir, utamanya saat ramadhan seperti ini.

Lalu ramadhan akan bergegas pergi. Akankah ia menjadi salah satu hal yang akan kita rindukan?

Meta morfillah

[Review buku] Sekolahnya manusia

Judul: Sekolahnya manusia
Penulis: Munif Chatib
Penerbit: Kaifa
Dimensi: xxiv + 188 hlm, 23.5 cm, cetakan XI november 2011
ISBN: 978 979 1284 28 8

Buku ini terdiri dari 5 bab:
1. Bukan mereka yang bermasalah
Berisi tentang beragam special moments yang didapat dari usaha guru yang menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar sang murid melalui metode MIR (Multiple Intelligence Research).

2. Persoalan pendidikan di Indonesia
Berisi paradigma pendidikan di Indonesia yang masih menitikberatkan pada kecerdasan kognitif/logis matematis. Penulis meredefinisi kecerdasan agar pendidikan menjadi lebih manusiawi berdasarkan teori MI Howard Gardner.

3. Solusi pendidikan di Indonesia: Multiple Intelligences
Menjelaskan bahwa sekolah unggul bukanlah sekolah yang hanya "The best input" melainkan "The best process" serta bagaimana MIR dikaitkan dengan gaya belajar dan bakat anak.

4. Strategi pembelajaran MI
Mengungkap beragam kesalahan penerapan MI di sekolah, pelurusan bahwa MI adalah strategi belajar bukan bidnag studi apalagi kurikulum. Beragam contoh lesson plan berbasis MI dan "penyakit" guru: teacher talking time (guru kebanyakan ceramah), task analysis (guru tidak menjelaskan kemanfaatan ilmu di awal pembelajaran, langsung masuk materi saja), dan tracking (memisahkan kelas pintar dan kurang pintar, serta strategi akselerasi di sistem paket, padahal seharusnya di sistem SKS).

5. Penilaian autentik
Menjelaskan konsep dasar penilaian berdasarkan proses, taksonomi bloom (pengetahuan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi) dan konsep ipsative (sebelum dan sesudah anak mendapat materi). Serta tiga alat penilaian autentik: penilaian kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Sebenarnya bukan konsep baru yang dituangkan dalam buku ini. Namun gaya bahasa penulis yang menjadikan buku ini menarik dan seakan mudah diaplikasikan saat mengajar. Meski saya tahu, tetap saja tidak mudah menerapkan sebuah konsep pada manusia yang begitu banyak memiliki variabel serta dinamis. Pengalaman penulis sebagai konsultan pendidikan di sekolah yang ingin menerapkan strategi MI di buku ini cukup mencerahkan.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"Menjadi guru profesional berarti menjadi guru yang tidak pernah berhenti belajar." (H. 148)

"Informasi jadi memori jangka panjang di otak:
1. Terkait dengan keselamatan hidup
2. Memiliki muatan emosi yang kuat terhadap seseorang
3. Memberikan penghargaan terhadap eksistensi diri
4. Mempunyai frekuensi yang tinggi (selalu diulang-ulang)" (h. 145)

Meta morfillah

02 July, 2016

#Day27 Langit-langit

#Day27 Langit-langit

Kalau saya bilang ini langit-langit, percaya gak? Terlihatnya seperti tangga turun ya, difoto dari ketinggian tertentu dan ianya berada di bawah. Padahal saya mengabadikannya sambil rebahan. Beda kan perspektifnya?

Lalu saya teringat cuplikan kalimat di sebuah buku, "Kamu bilang Allah itu dekat dan ada dalam diri kita, tapi tiap berdoa kamu selalu mendongakkan kepala ke atas, bukannya menunduk menatap diri sendiri, seakan Allah itu jauh."

Lagi-lagi perspektif... Allah ada dalam diri kita, tepatnya dalam hati kita, begitu dekat sebagaimana urat leher kita. Tapi kita mengasosiasikan Allah Maha Besar, jauh lebih besar dari ciptaanNya, alam semesta ini. Bahkan jauh lebih besar dari langit yang mampu kita tatap dengan terbatas. Perspektif bisa dilihat dari sudut mana pun. Mutlak dan absolutkah sebuah perspektif? Salahkah bila perspektif kita berbeda?

Seperti langit-langit yang terlihat bagai lantai. Lalu kita saling berdebat tentang pembenaran pendapat kita. Lalu kita saling menyalahkan. Lalu apa yang kita dapatkan dari perdebatan?

"Janganlah kamu berdebat. Akan dijanjikan surga bagi yang menghindari perdebatan meski kamu berada di pihak yang benar."

Meta morfillah

01 July, 2016

#Day26 Bebek

#Day26 Bebek

Tiga kali dalam seminggu ini, sekalinya saya buka bersama, entah mengapa di tempat bebek terus. Senin di bebek slamet bogor, kamis di bebek pak ndut bogor, dan jumat ini di kem's duck jakarta. Sama-sama bebek, tapi masing-masing memiliki cita rasa yang berbeda. Terutama sambalnya. Dipikir-pikir... bebek ya bebek, berkaki dua, tapi kok bisa beda?

Sama seperti manusia, sama anggota tubuhnya tapi bisa beda hasil pemikirannya. Beda lingkungan, beda perilaku. Mungkin lingkungan atau teman ibarat sambalnya di bebek. Semakin dipikir, saya enggak mau jadi manusia yang seperti bebek. Cuma mengekor dan kwek kwek kwek. Nurut tanpa pernah bertanya mengapa jalan ini yang dipakai? Apa dasarnya? Dan mengapa tak bisa berbeda serta memilih jalan/pendapat yang antimainstream.

Manusia tidak sama seperti bebek, tapi saya banyak menemukan manusia yang terkena sindrom bebek. Tak berani berkata benar demi menyelamatkan comfort zone. Iya-iya dengan cepat lalu mendumel di belakang. Atau saya termasuk salah satu di dalamnya?

Aah... saya ngomong apa sih? Kok jadi enggak jelas... kayaknya overdosis bebek nih!

Meta morfillah

Text Widget