Pages

29 February, 2016

Saksi

Aku pernah menjadi saksi atas peristiwa penting dalam hidup seseorang. Salah satunya adalah peristiwa saat kakak kelasku menikah. Peristiwa pernikahan itu saja sudah begitu penting dan agung, di mana malaikat hadir untuk mendoakan calon pasangan penambah daftar penghuni surga. Tapi pernikahan ini begitu istimewa sebab aku mengikuti prosesnya dari awal hingga acara berlangsung, menyaksikan bagaimana liku pencarian hingga pada akhirnya doa bertemu jawaban. Kilas balik itu begitu membekas saat prosesi akad berlangsung.

"Tha, aku lagi proses. Doakan ya!"

"Pasti, Kak! Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga."

"Semoga kali ini tidak gagal lagi. Aku lelah, Tha."

"Insyaa allah, banyak berdoa dan istikharah ya, Kak."

"Kalau sampai yang ini gagal, aku enggak tahu akan butuh berapa lama untuk pemulihan lukanya. Jujur saja, aku udah desperate. Usiaku sudah tak lagi muda. Aku pasrah kalau sampai tak tertakdir menikah. Mungkin jodohku enggak di dunia ini."

"Hei... hei... ingat iblis itu asal katanya dari ablasa yang artinya putus asa. Kalau sampai Kakak putus asa, berarti Kakak sama dengaaaaaaan...."

Perempuan teduh berkacamata itu tersenyum. Perempuan yang begitu mandiri, pintar, hebat, namun tetap memiliki kekhawatirannya sendiri. Entah sudah berapa malam ia lewatkan dengan air mata sebab banyaknya kegagalan menuju pelaminan. Tapi dari setiap kegagalan, yang kulihat adalah semakin bertambah baik pemahaman hidup serta kualitas dirinya. Mungkin ia tidak menyadari, tapi aku menyaksikannya dalam diam.

Lalu saat ini, ketika "Qabiltu..." terlisan dari bibir seorang pria yang kutahu jelas kualitasnya seakan menjawab semua kegelisahan perempuan itu. Yaa... aku mengenali calon prianya. Lelaki yang juga memiliki pemahaman hidup baik dan menjaga diri. Sungguh pasangan yang menggenapi.

Ketika cinta dituturkan dalam doa kepada sang maha cinta, ia pun menjelma tasbih yang indah. Denyutnya merdu melafazkan keindahan skenario, sesuai sabdaNya yang telah dijanjikan. Bahwa usaha manusia pasti akan dibalas sebab Ia adalah sebaik-baik pemberi balasan. Hingga penuh dada ini akan rasa bahagia yang mengembang-ngempis. Maka, percayalah pada janjiNya... tak usah cemas... kerjakan saja bagian kita dengan sepenuh hati. Ikhtiar, doa, ikhtiar, doa... hasil? Biarlah Ia menyelesaikan bagianNya dengan beragam kejutan untuk hambaNya.

Meta morfillah

28 February, 2016

Kisah cinta paling hebat

Kamu menatapku. Aku acuh. Kita diperkenalkan tak sengaja oleh kawan kita. Selesai. Kamu menatapku. Aku acuh. Kita diperkenalkan tak sengaja oleh kawan kita. Kamu berhasil membuatku terpikat dengan kalimat yang tak sengaja kamu lontarkan. Sebatas kagum. Selesai. Kamu menatapku. Aku acuh. Kita diperkenalkan tak sengaja oleh kawan kita. Kamu berhasil membuatku terpikat dengan kalimat yang tak sengaja kamu lontarkan. Sebatas kagum. Yang berlanjut pada obrolan kita yang begitu klik. Selesai.

Lalu perlahan fragmen-fragmen pertemuan, percakapan kita bergulir. Begitu mengalir. Dari sekian banyak kemungkinan, ternyata hasilnya adalah cerita kita hari ini.

Ada banyak kisah cinta yang indah, menyentuh, dan menginspirasi. Tapi bagiku, tetap kisah cinta kitalah yang terhebat. Sebab pemerannya adalah aku dan kamu. Dengan Allah sebagai sutradaranya.

Meta morfillah

[Kajian] Pilar-pilar peradaban baru di Madinah

PILAR-PILAR PERADABAN BARU DI MADINAH (BAG. 2)

Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia
Minggu, 28 Februari 2016
Ustad Salim A. Fillah

Sesampainya Rasul di Madinah, beliau berkhutbah--yang amat berkesan di hati Abdullah bin Salam--seperti ini,

"Hai manusia, tebarkanlah salam, sambunglah tali silahturrahim, dan berbagilah makanan, salatlah di malam hari ketika manusia tidur. Kalian akan masuk surga Allah dengan sejahtera."

Dari khutbah itulah asas-asas kemasyarakatan dikokohkan.

1. Tebarkanlah salam
Saat memberi salam, hayatilah benar-benar arti dari "Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", bahwa kita sedang mendoakan saudara kita (orang yang diberi salam). Saat salam, wajib bagi kita menjaga keselamatan saudara kita dari kejahatan lisan dan tangan kita, serta kita adalah wasilah Allah untuk menjadi rahmat bagi mereka.

Rasulullah pernah mendatangi rumah sahabat dan mengucapkan salam sampai tiga kali, namun tidak ada jawaban dari pemilik rumah. Setelah tiga kali tak berbalas, Rasul pun bergegas kembali. Namun pemilik rumah keluar dan menahan Rasul untuk pergi.

"Aku telah mengucapkan salam tiga kali, namun tak ada jawaban, maka aku hendak kembali."

"Sesungguhnya saat engkau mengucap salam, aku menjawabnya dengan lirih ya Rasul, hingga kau tak mendengar."

"Mengapa kaulakukan itu?"

"Sebab aku ingin agar engkau mendoakan kami lebih banyak yaa Rasul."

Kisah tersebut menggambarkan kecerdasan para sahabat yang begitu pandai ingin mereguk berkah dari doa manusia mulia yang begitu mustajab didengar oleh Allah tersebut. Dari kisah tersebut pula kita belajar adab bahwa saat kita mengucap salam tiga kali di sebuah rumah--saat bertamu--namun tidak ada jawaban, maka kita harus kembali. Sebab besar kemungkinan kita bertamu di saat yang tidak tepat. Maka adab bertamu pun memiliki waktu. Ada waktu yang disarankan tidak bertamu pada waktu itu, sebab waktu tersebut adalah waktu capek. Waktu yang dimaksud adalah ba'da zuhur hingga ashar, dan selepas isya hingga fajar. Etikanya, bila ingin bertamu di waktu tersebut, hendaklah kita memberi kabar lebih dahulu pada pemilik rumah. Cara demikian lebih ahsan dan memberi maslahat pada kedua belah pihak.

2. Sambunglah tali silahturrahim
Kita semua adalah satu rahim. Hanya berbeda kedekatan atau jauhnya. Memiliki kekerabatan dari rahim ibu, rahim nenek, rahim buyut, hingga rahim Hawa. Maka hendaklah kita menyambung tali silahturrahim dari yang paling dekat dan dari yang memutusnya. Sebab dalam masyarakat, biasanta konflik terberat adalah konflik antar saudara/dekat. Bila dibiarkan, hal itu bisa merusak kokohnya masyarakat.

3. Berbagilah makanan
Kebiasaan berbagi makanan dapat mengokohkan masyarakat. Allah memberikan berkah pada makanan yang dibagi. Bahkan metabolisme/sistem pencernaan kita berada pada saat yang optimal ketika kita berbagi makanan. Sebab ada rasa bahagia saat makan bersama. Makanan untuk dua orang bisa jadi tiga orang, dst. Berbeda saat makan sendiri.

Hal paling penting dalam menjaga keutuhan keluarga adalah membiasakan makan bersama. Pertahankan hal itu, sebab itu merupakan sunnah Nabi. Makan sembari berzikir, memuji Allah dab membicarakan kebaikan. Tentunya dengan urutan ambil, kunyah, telan, bicara, ambil, kunyah, telan, bicara, bukan bicara saat mulut penuh. Kesempatan terbaik untuk memberi nasihat pun saat makan bersama. Hal ini pernah Rasul lakukan pada seorang anak kecil. Saat mengingatkan agar membaca doa sebelun makan, menggunakan tangan kanan, dan makan dari yang paling dekat (saat menunya homogen).

Berbagi makanan berbeda rasanya dengan berbagi uang. Sebab berbagi sesuatu hal yang sudah jadi tanpa membuat repot orang dibagi (harus beli dulu, menukar uang menjadi barang) adalah lebih utama.

4. Salat di malam hari ketika manusia lain tidur
Jika tiga hal sebelumnya merujuk pada aksi nyata dan langsung ke masyarakat, maka hal terakhir ini menunjukkan bahwa sebuah masyarakat akan baik bila ada seseorang yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama. Tapi tetap saja keempat hal ini harus dijalankan seiring, tidak hanya salah satu saja. Hal keempat ini adalah penutup bagi celah hati objek dakwah yang belum tersentuh melalui salam, silahturrahim, dan berbagi makanan, maka mintalah pertolongan Allah.

Lalu hal pertama yang dilakukan Rasul sesampainya di Madinah adalah mempersaudarakan kaumnya.

*Proses persaudaraan terbagi menjadi dua:

A. Persaudaraan sesama Muhajirin
Kaum muhajirin menjadi lemah saat hijrah, sebab mereka mendapati perubahan drastis dari gaya hidup di Mekah dengan Madinah. Maka, rasul pun mengokohkannya dengan persaudaraan. Perhatikan betapa jelinya Rasul mempersaudarakan karakter yang begitu berbeda namun saling melengkapi, seperti:
- Persaudaraan Abu Bakar dan Bilal bin Rabah. Dua-duanya begitu kompak sakit saat sampai di Madinah, saking rindunya dengan Mekah. Yang satu bangsawan terhormat, yang satu lagi budak. Dan makna mendalam antara yang membebaskan dengan yang dibebaskan. Ingat, bahwa Abu bakarlah yang membebaskan bilal.

- Persaudaraan Umar bin Khattab dan Abdullah bin Mas'ud. Umar begitu kekar, besar sedangkan Ibnu Mas'ud begitu kecil--betisnya. Namun kekaguman Ibnu Mas'ud begitu tinggi pada Umar.

- Persaudaraan diri Rasul dengan Ali bin Abi Thalib. Merupakan penghargaan terbesar Rasul pada keberanian Ali saat menggantikan posisi tidur Rasul ketika hijrah. Bahkan Ali hijrah sendirian dengan berjalan kaki dan tiba dengan luka berat.

- Persaudaraan Sa'ad bin Abi Waqqash dan Abdurrahman bin 'Auf. Yang satu good boy, berbakti pada orangtua (Abdurrahman bin 'Auf). Yang satu lagi bad boy tapi anak mama (sayang dengan ibunya), sebab dialah yang menumpahkan darah pertama di agama Islam karena diganggu saat salat.

B. Persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar

Ada hadits mutafaq alaih, "Berkhudwahlah kalian pada dua orang sepeninggalku, Abu Bakar dan Umar bin Khattab."

Kata khudwah ialah artinya mengikuti jejaknya sama persis. Dari hadits ini, dapat ditafsirkan bahwa untuk meneladani Rasul pilihlah salah satu di antara dua jalan yang mendekati: Abu Bakar yang lembut ataukah Umar bin Khattab yang keras?

Sebab secara umum, karakter umat terbagi menjadi dua itu. Seperti abu bakar yang lembut, namun tidak kelewat hingha jadi lembek. Atau seperti umar bin khattab yang keras, namun tidak kelewat hingga jadi kejam. Atau bila ingin dibagi menjadi empat, pilihlah di antara empat khulafaurrasyidin. Meski jika ditilik, Ali mendekati Umar, dan Usman mendekati Abu Bakar. Apakah ingin seperti Ali yang suka bercanda, easy going namun tidak kelewat batas dan tahu kapan harus serius. Atau seperti Usman yang begitu pemalu namun tidak kelewat menutup diri hingga antisosial. Jika ingin diperluas lagi, pilihlah dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga. Meski jika ditilik lagi, dari 10 itu mana yang termasuk geng Abu Bakar dan mana yang Umar.

*Lalu Rasul membangun masjid.
Masjid adalah tempat berkumpul dan belajar. Seharusnya masjid memiliki pemetaan yang jelas terhadap sasaran dakwahnya. Misalnya masjid Quba untuk sasaran dakwah Bani Israil di Quba. Bahkan jika begitu baik, bisa sampai sensus. Persis seperti yang Rasul lakukan, sampai beliau tahu siapa saja yang tidak hadir salat berjamaah.

*Membuat Piagam Madinah di tahun 2 Hijriah
Berisi 47 pasal yang mengatur perjanjian dengan berbagai kaum (yahudi, dll) serta pengaturan hak dan kewajiban Muhajirin dan Anshar. Inilah konstitusi pertama yang diajarkan Rasul. Yang kelak diadopsi menjadi Magna Charta di Eropa.

*catatan sepemahaman penulis

Meta morfillah

26 February, 2016

Sehatlah selalu, Nak!

Sebagai guru, saya amat senang bila murid saya berhasil mendapatkan nilai di atas KKM, juara lomba ini itu, jago berbagai bahasa, bisa menjawab semua pertanyaan dengan tepat.

Namun kian hari saya menjadi jauh lebih senang bila murid saya peduli pada lingkungan (memungut sampah bila melihatnya, melaksanakan piket, menyusun sandal/sepatu dengan rapi), peduli teman (memiliki rasa empati pada teman yang sakit atau kurang di suatu pelajaran, tidak memilih-milih dalam berteman), serta mengamalkan 7 kata ajaib (bismillah, alhamdulillah, assalammualaikum, maaf, tolong, permisi, dan terima kasih) serta melaksanakan salat dengan tertib dan tidak bolong-bolong.

Tapi di balik itu semua, saya bersyukur bila melihat murid-murid saya tetap sehat, semangat, aktif dan bisa mengikuti pelajaran di tiap harinya.

Pada akhirnya, kesehatan mereka menjadi sebuah hal yang selalu saya inginkan di atas segalanya. Sebab saat mereka sakit, ada sebagian diri saya yang juga melemah. Memikirkan kapan mereka bisa bergabung lagi di kelas.

Mungkin, seperti itu perasaan ibu pada diri kita. Di antara banyaknya harapan, melihat anaknya sehat adalah keinginannya yang utama. Ia akan cemas bukan kepalang bila anaknya sakit. Bukan lagi ada bagian dirinya yang melemah seperti saya, melainkan mungkin seluruhnya. Sebab ibu pernah merasakan satu tarikan nafas dengan diri kita selama sembilan bulan di kandungan.

Meta morfillah

25 February, 2016

Lagu Bogor Lumigar Mekar

Di nu kiwari ngancik nu bihari 
Seja ayeuna sampeureun jaga 

Tatapakan Pajajaran 
Dalingdingna Siliwangi 
Ngadeug nanjeur kota Bogor 
Di lelemah tatar Sunda 

Banjar karang pamidangan 
Panginditan pangbalikan 
Subur makmur kota Bogor 
Di pakusarakan 

Bogor lumigar mekar 
Beber layar tarik jangkar 
Bogor naratas jalan 
Pangwangunan karaharjan 

Cisadane jeung Ciliwung
Rampak gawe ajeg tangtu
Batu Tulis, Lawang Gintung 
Rancage gumilang nanjung 

Bogor, Bogor, Bogor lumigar mekar

Itu adalah lirik lagu sunda yang baru saja diajarkan di kelas saya. Masyaa allah, menjadi guru sepertinya memang harus serba bisa. Meskipun saya pendatang dan benar-benar buta bahasa sunda, kemarin terpaksa saya mengajarkan anak-anak menyanyi lagu tersebut. Sebab wali kelas kurang bisa menyanyi. Alhamdulillah, pengalaman ikut ekskul seni tari dan suara saat SMP masih berbekas dan saya praktikkan cara menyanyinya. Saya penggal-penggal, beri tanda dan perlahan anak-anak mulai bisa. Padahal saya sendiri baru mendengar lagu itu hari itu dan tak paham sama sekali artinya.

Hari ini, saat pelajaran seni budaya keterampilan anak-anak belajar menyanyikan lagu itu dengan kecapi. Alhamdulillah menurut guru seni kelas saya adalah yang paling hebat menyanyinya. Sebab kelas lain pun belum hafal lirik dan nadanya. Yaa... cukup berbangga meski agak bingung. Sebab salah seorang anak yang mendalami tahfiz Qur'an berkata pada saya dengan polosnya, "Ibu, aku gak boleh banyak nyanyi. Nanti hafalanku hilang."

Atuhlah... kudu kumaha iyeu ngajarinnya? Metode apa yang cukup cepat diserap anak selain menyanyi? Sebab saya cukup banyak memakai lagu yang saya modif untuk belajar IPA, MTK, AGAMA, dll. Sepertinya ibu guru harus bertapa lagi menggali ide.

Meta morfillah

24 February, 2016

Permintaan

Mencintai angin
Harus menjadi siut
Mencintai air
Harus menjadi ricik
Mencintai gunung
Harus menjadi terjal
Mencintai api
Harus menjadi jilat

Mencintai cakrawala
Harus menebas jarak

Mencintai-Mu
Harus menjelma aku

*Sajak-sajak kecil tentang cinta karya Sapardi Djoko Damono

"Tuhan... jangan bilang lagi itu terlalu tinggi," lirihnya.

Permintaan sederhana agar ada yang mengakhiri kesendiriannya. Seseorang yang biasa saja dengan segelas air putih di tangannya. Seseorang yang sudi menentang malam tanpa bimbang demi merawatnya saat ia terbaring tak berdaya. Seseorang yang bersedia menghabiskan waktu berjam-jam bersamanya. Seseorang yang akan mencari keteduhan di dalam matanya jika kata telah habis makna. Sebab ia tahu bahwa ia tak sanggup menjalani hidup ini sendirian. Ia butuh seseorang.

Tolong, katakan padaku... apakah menurutmu permintaannya terlalu tinggi?

Meta morfillah

23 February, 2016

Outing

PERJALANAN

Selalu ada yang baru di tiap harinya. Seperti hari ini, banyak hal pertama yang saya alami. Kali pertama ikut kepanitiaan sekolah, ke luar kota membawa 188 anak, berangkat subuh pulang isya, naik kapal perang di Tanjung Priuk dan ke Museum Bank Indonesia. Masyaa allah... luar biasa besarnya kapal perang, tanpa terasa kaki menjadi sangat pegal. Tapi anak-anak terlihat begitu semangat dan hebatnya lagi perkiraan bahwa anak-anak akan tertidur di bus karena kelelahan meleset jauh. Dari awal hingga akhir tidak ada satu pun yang tertidur. Semua bersemangat bernyanyi, main tebakan, muraja'ah surat, hadis dan doa, serta tanya jawab pelajaran. Anak-anak pun terbilang cukup tertib sehingga acara berjalan lancar. Beberapa anak yang biasanya pendiam pun menampakkan kehebohannya. Hingga para guru pun tercengang.

Pembelajaran hari ini:
Kadang kita memang butuh melakukan sebuah perjalanan untuk mengetahui karakter seseorang. Dalam perjalanan, kita bisa menilai siapakah yang benar-benar melaksanakan apa yang diucapkannya. Terlebih saat kelelahan, kepanasan, dan situasi konflik lainnya yang akan mengeluarkan sifat asli seseorang. So, lekas bergegas. Lakukan perjalananmu dari sekarang! Ketahuilah dirimu sendiri!

Selasa, 23 Februari 2016

Meta morfillah

21 February, 2016

[Review buku] Dilan 2 Tahun 1991

Judul: Dilan 2 (Dia adalah Dilanku tahun 1991)
Penulis: Pidi Baiq
Penerbit: Pastel Books
Dimensi: 344 hlm, 20.5 cm, cetakan VIII Desember 2015
ISBN: 978 602 7870 99 4

Romansa SMA yang sering kali menjadi masa terindah dalam hidup kita, itulah yang terpotret dalam kisah cinta Dilan dan Milea. Jika pada buku awalnya berkisah tentang bagaimana awal Milea--selanjutnya dipanggil Lia--masuk sekolah baru di Bandung dan mengenal Dilan berlanjut ke cara pendekatan Dilan yang tidak biasa, maka di buku kedua ini berkisah tentang keadaan saat Milea dan Dilan resmi berpacaran di tahun 1991.

Ada banyak konflik dan tokoh baru yang hadir, dan tentunya penyelesaian yang tak terduga--meski bagiku sudah terduga sih dari awal baca blog ayah pidi baiq sebelum dilan dibukukan. Tentu saja dengan ciri khas Dilan yang begitu ekspresif menyatakan cintanya, nekat, unik, lucu, anti mainstream namun berhasil membuat wanita yang dicintainya merasa istimewa.

Secara kisah, saya akhirnya memahami mengapa banyak teman saya yang merasa kecewa dengan Dilan 2. Sebab memang alurnya terlalu lambat, bertele-tele di awal dan tentang Milea saja. Porsi untuk Dilan yang amat dinanti tidaklah terlalu banyak. Dilan tak seasyik di awal. Banyak seriusnya, dan tidak terlihat kuat tekadnya dalam memperjuangkan hubungannya. Tapi memang sesuai dengan ending ceritanya.

Ada beberapa typo dan peletakan tanda baca yang berlebihan di beberapa halaman. Namun secara keseluruhan, isinya masih menarik. Genre teenlit yang tidak membosankan. Dari Dilan dan Milea, saya belajar bahwa hidup tidak selamanya berjalan seperti yang kita rencanakan. Bahwa perasaan akan tetap kekal di sudut hati, meski pemiliknya telah bereformasi. Bahwa setiap orang amat mungkin memiliki Dilan-nya dalam ingatan, kenangan, untuk kemudian diingat lagi sebagai masa lalu yang indah, bukan untuk diperdebatkan apalagi dianggap sebagai pengganggu di masa depan. Terima kasih, Dilan!

Tambahan, pada akhirnya wanita akan memilih bahu yang membuat dirinya tenang, bukan sekadar nyaman. Dan tentu saja keseriusan serta kepastian.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"Aku tidak ingin mengekangmu. Terserah! Bebas ke mana saja engkau pergi! Asal aku ikut."

"Cinta itu indah. Jika bagimu tidak, mungkin karena salah milih pasangan."

"Tujuan pacaran adalah untuk putus, bisa karena berpisah, bisa karena menikah."

"Aku mencintaimu, biarlah, ini urusanku. Bagaimana engkau kepadaku, terserah, itu urusanmu!"

Meta morfillah

20 February, 2016

Home visit dan aksi rapikan sandal sendiri

HOME VISIT DAN AKSI RAPIKAN SANDAL SENDIRI

Saat home visit ke rumah salah seorang murid, ada bagian perkenalan anggota keluarga. Saat mama murid tersebut memperlihatkan foto keluarganya, kakak wanita sang murid yang sudah SMA tidak memakai hijab. Reaksi anak-anak pun gaduh--terutama ikhwan.

"Iiih... akhwat gak pake kerudung, Bu!" Salah seorang murid ikhwan berkata pada saya sembari menunjuk foto tersebut.

"Itu aurat, Bu!" Seorang murid ikhwan lainnya menutup mata. Sementara sisanya gaduh. Ada seorang murid ikhwan berkata, "Saudaraku juga ada kok yang akhwat, islam, enggak pakai kerudung. Tapi dia baik!"

Saya langsung menimpali perkataan anak tersebut--sebab saya melihat ekspresi agak terkejut di muka mama dan wali kelas. Khawatir akan melukai perasaan sang pemilik rumah.

"Iya, memang masih ada beberapa akhwat yang belum memakai kerudung. Kita harus tetap menghormatinya. Kalau melihat akhwat belum memakai kerudung, kalian doakan saja agar mereka segera memakainya, yaa..."

"Aaamiiinn..." kompak anak-anak menjawab kalimat saya. Lalu sang mama melanjutkan, "Iya. Doakan agar kakaknya mendapat hidayah ya."

Anak-anak pun kembali tenang menyimak penjelasan. Entah mereka paham atau tidak apa itu hidayah haha...

Pembelajaran:
Berhati-hatilah mengajarkan konsep pada anak-anak. Jangan anggap sepele pertanyaan mereka. Sebab yang mereka tahu hanya ada hitam dan putih. Tidak ada itu abu-abu. Mereka belum paham kondisi pengecualian. Contoh kecilnya, saat mengajarkan angka tiga dengan jari tangan kita. Bagi mereka, tiga itu diwakili dengan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Bila kita mencoba membuat angka tiga dengan jari kelingking, jari manis, dan jari tengah, meski jumlahnya sama saja tiga, bagi mereka itu bukan tiga. Sebab konsep mereka tiga ya harus seperti yang awal saya bilang. Maka, bila mengajarkan konsep yang nyatanya masih banyak belum diterapkan dalam masyarakat, cobalah bangun rasa toleransi, empati, dan jelaskan alasannya mengapa konsep itu tidak dijalankan di masyarakat. Tentunya, itu adalah hal yang tidak mudah juga tidak sulit. Kita harus memahami bahasa anak.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sepulang home visit, kami kembali ke sekolah untuk muraja'ah dan salat zuhur. Ternyata selagi kami di dalam kelas, ada sidak untuk aksi rapikan sandal/sepatu sendiri--yang baru saja diluncurkan minggu lalu--oleh manajer pendidikan. Laporan disampaikan melalui grup whatsapp. Alhamdulillah, kelas kami termasuk yang berhasil rapi dan sukses menjalankan aksi tersebut.

Saya amat bahagia dan bangga akan hal tersebut. Sebab menyuruh anak-anak merapikan sandal/sepatu mereka sendiri itu jauh lebih susah dibanding mengajarkan mereka matematika. Pengetahuan bisa saya ulangi sampai tiga kali dan setidaknya ada sedikit yang mereka ingat. Tetapi, karakter untuk rapi, saya harus bawel setiap saat, terutama saat baru masuk kelas, istirahat, dan salat zuhur. Bahkan terkadang saya sampai memberikan konsekuensi tidak akan memulai pelajaran jika sandalnya di luar masih belum rapi.  Mungkin anak-anak pun bingung, mengapa gurunya begitu bawel tentang kerapian sandal. Tapi di balik itu semua, rapi adalah ciri muslim sejati. Sekolah islam sudah seharusnya menampakkan jati diri keislamannya. Harus menjadi pribadi unggul dalam segala hal, terutama karakter. Persis seperti Rasulullah SAW. Kembali lagi, untuk mendapat hasil seperti itu, gurulah orang pertama yang harus mencontohkan. Maka, kembali sayalah yang belajar pada anak-anak tersebut.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Segala tulisan saya bukanlah untuk pamer kegiatan saya. Melainkan saya ingin agar pembaca mengambil ibrah(pembelajaran) dari apa yang saya ceritakan. Mungkin ada hal-hal yang bisa diadaptasi untuk diterapkan bersama adik, anak, keponakan, murid, atau binaan di rumah belajar komunitas. Mungkin juga sekadar refresh pengalaman dan perasaan untuk mengingatkan apa yang telah terlupa. Dan bila harapan saya terlalu muluk, setidaknya tulisan ini bisa mengingatkan diri saya sendiri di hari mendatang, ketika saya lupa bagaimana harus bersikap pada anak-anak.

Ikatlah ilmu dengan pena. Lalu tetaplah semangat menulis, menuliskan semangat!

Meta morfillah

19 February, 2016

Tabing dan home visit

Menyenangkan bercerita hal apa saja yang saya alami bersama para guru kecil saya. Meski tetap ada hal yang kurang menyenangkan, saya lebih memilih mengabadikan hal-hal positif saja. Pekan ini misalnya, saya mulai memegang beberapa amanah. Ada banyak kegiatan yang akan berlangsung. Dan inilah yang membuat sekolah islam yang memakai konsep sekolah alam terasa menarik.

Pertama, saat olahraga anak-anak melakukan tabing (arung sungai menggunakan ban) di sungai katulampa seberang sekolah. Bagi saya yang seumur hidup bersekolah di kota Jakarta, melihat sungai bersih saja merupakan pengalaman mewah. Apalagi menggunakannya untuk kegiatan. Jadi pengalaman kemarin sangat berkesan, ketika guru-guru kelas turun ke sungai. Murid dan guru sama-sama merasakan bagaimana pemanfaatan alam sekitar. Anak-anak pun paham bahwa membuang sampah ke sungai selain menyebabkan banjir, juga membuat sungai kotor dan tidak bisa dipakai tabing... hahaha.

Kedua, persiapan home visit ke rumah salah seorang murid. Saya dan wali kelas memersiapkan segala hal dan merancang kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama di rumah murid tersebut. Di sini terasa kembali bahwa sekolah tempat saya mengajar benar-benar membuat guru dan murid bersikap kreatif. Ada dua kegiatan, memasak dan membuat karya dari barang bekas. Jujur saja, saya tidak terlalu kreatif untuk hal prakarya. Di sekolah inilah saya jadi 'terpaksa' bisa, dan harus selangkah lebih maju agar bisa memandu murid melakukan hal yang sama.

Bahwa guru benar-benar menjadi yang digugu dan ditiru amatlah berat, namun sepadan bila melihat karakter dan kemajuan yang dihasilkan sang murid. Pengulangan hal yang sama tiap hari membuat saya belajar kesabaran dan keikhlasan untuk menerima karakter tiap anak serta bertawakal pada Allah untuk meluruskan hati dan perilaku anak. Sebab semua kehebatan adalah izin Allah yang diupayakan melalui ikhtiar.

Nah, itulah pembelajaran pekan ini. Pekan depan sepertinya akan lebih seru, karena ada agenda besar. Mengenai kejadian lucu, ada baaanyaaak... cukup untuk stok saya senyum-senyum sendiri hehe.

Meta morfillah

17 February, 2016

Review momomilk

NONGKI-NONGKI CANCI DI MOMOMILK BOGOR

Lepas belanja bulanan kelas dan persiapan home visit ke rumah salah seorang murid akhir pekan ini, saya merasa perlu sedikit nongki-nongki canci. Yaa, agar lebih fresh dan mencintai kota ini, saya memutuskan untuk mencoba kedai di dekat toserba saya belanja. Terpilihlah Momomilk. Jujur saja, saya tak suka susu sapi. Tapi hari ini, saya ingin menchallenge diri saya sendiri. Dan sepengetahuan kulineran saya, kedai susu macam ini pasti memiliki bangak varian rasa susu yang unik hingga saya bisa memilih rasa yang sesuai selera. Range budget yang saya perkirakan adalah 30 ribu per gelas susu. Ternyata di bawah itu. Saya memesan nutella milkshake seharga 25.500 dan teman saya memesan kitkat greentea milkshake dengan harga yang sama. Kisaran harga susu mulai dari 9-27 ribu. Untuk makanannya cukup variatif. Ada nasi goreng, spageti, ayam, dengan kisaran tak lebih dari 50 ribu. Cukup terjangkau menurut saya, ditilik dari tempatnya yang cozy dan ramah "muslimah" hehe... sebab toilet dan mushollanya bersih, serta bisa wudhu di dalam kamar mandi, jadi tidak nyampur dengan ikhwan. Dekorasinya pun unik, mengambil tema farmer dengan dominan kayu dan baju ala cowboy. Satu hal yang qadarullah, 15 menit setelah azan maghrib tiba-tiba semua karyawannya membunyikan peralatan mereka sehingga suasana amat bising selama 5 menit. Saya penasaran, untuk apa mereka melakukan hal itu, apakah pengganti bedug azan ataukah semacam kebiasaan setiap pukul itu. Saya pun bertanya pada salah seorang karyawan, ternyata hal itu hanya dilakukan bila ada pengunjung yang milad. Dan itu tidak setiap hari terjadi. Woow... cukup terkesan dengan hari ini. So special!

Meta morfillah

Februari kelimabelas

Untuk ayah tercinta, aku ingin bernyanyi walau air mata di pipiku.
Ayah, dengarkanlah! Aku ingin berjumpa, walau hanya dalam mimpi.

17 februari 2001 - 17 februari 2016

Ini tulisanku yang kelima belas di tiap tanggal yang sama tiap tahunnya. Membosankan mungkin bagi yang melihat dan membaca. Tapi tidak pernah bagiku. Sebab ini adalah salah satu caraku merayakan kerinduan, menyegarkan ingatan dan mempertahankan kenangan akan sosoknya yang kian detik kian memudar. Agar aku tak lupa bagaimana rasanya memiliki ayah... dahulu.

Bagi keluarga, sosok yang meninggal akan selalu dikenang dan tak tergantikan. Semenyebalkan apa pun sosok tersebut. Apalagi jika menyenangkan. Bahwa segala tindakan sosok itu menjadi hal yang selalu terpatri bagi keluarganya. Ayah... bagaimanakah rasanya menjadi ayah? Menjadi ayahku, terutama... itu adalah salah satu pertanyaan yang masih saja kupikirkan di antara sekian pertanyaan yang tak sempat kutanyakan padamu.

Selamat 17 februari kelima belas. Selamat belajar banyak hal dari kepergianmu.

Meta morfillah

15 February, 2016

Harga sebuah pertemuan

HARGA SEBUAH PERTEMUAN

Kadang kita terlalu nyaman akan keberadaan seseorang, hingga pertemuan dengannya semacam kebiasaan. Lalu kita sibuk dengan segala urusan dunia kita yang terlihat menghasilkan. Lalu kita lupa, bahwa mereka yang senantiasa ada... tak akan berada selamanya di sana. Di tempat mereka berada sekarang. Bahwa pertemuan dengan mereka bisa menjadi begitu mahal harganya.

Mereka yang kumaksud adalah orangtua, pasangan, keluarga, dan sahabat.

Bayangkan, bila suatu hari atau mungkin beberapa detik ke depan kita tak bisa lagi melihat senyumnya, mendengar celotehannya, merasa terusik dengan keriwehannya. Bayangkan bila jasad itu hanya mampu terbujur kaku. Dingin. Tak bernyawa. Jiwa yang biasa kita kenali telah berpindah ke alam lain. Maka, berapakah harga pertemuan yang mampu kita tawarkan selanjutnya?

Cobalah... untuk menghargai pertemuan dengan mereka terutama, dan orang lain umumnya.

Meta morfillah

14 February, 2016

Melipat jarak

MELIPAT JARAK

Jarak antara kota kelahiran
Dan tempat tinggalnya sekarang
Dilipatnya dalam salah satu sudut
Yang senantiasa berubah posisi
Dalam benaknya

Jarak itu pun melengkung
Seperti tanda tanya

Buru memburu dengan jawabannya

*Judul dan puisi oleh Sapardi Djoko Damono*

Bukan kebetulan, saat aku gamang dan melarikan diri ke toko buku, tanganku tertuju pada buku itu. Otomatis membuka halaman berisi puisi itu. Lalu tercekat, seakan Sang Maha begitu tahu apa yang kugamangkan. Apa yang kuresahkan. Tentang kerinduan tanah kelahiran. Tentang jarak. Betapa rasanya aku ingin melipat itu semua, demi menemui semua yang kusayang.

Percayalah, tak pernah ada keputusan yang mudah perihal meninggalkan sesuatu yang telah begitu nyaman. Ikhlas tak semudah mengeja a ba ta. Dalam perjalanannya, niat mudah dibelokkan. Begitu tipis jarak antara ibadah atau terpaksa. Lalu apa niat sebenarnya? Pertanyaan itu selalu buru memburu dengan jawabannya.

Yaa... Maha pembolak balik hati... tetapkanlah hatiku.

Meta morfillah

13 February, 2016

[Cerita lirik] Locked away

If I got locked away
And we lost it all today
Tell me honestly, would you still love me the same?
If I showed you my flaws
If I couldn't be strong
Tell me honestly, would you still love me the same?

Perempuan dan berbagai kekhawatirannya. Perempuan rumit. Itulah aku. Perempuan yang selalu bertanya akan segala macam hal yang mungkin terjadi di saat belum terjadi. Perempuan pengkhayal yang ingin tahu jawaban dari pertanyaan "bagaimana jika.... maka apakah kau...". Perempuan yang amat sangat mungkin melelahkanmu. Bahkan saat diberi kepastian pun, aku tetap gamang. Bumi selalu terasa tak pasti untuk kakiku menjejak.

Seperti saat ini, ketika kau dan aku resmi menjadi kita. Hal yang kutakutkan dan kutahan sedari akad kini kupertanyakan padamu langsung. Permainan "bagaimana jika... maka apakah kau..." kumulai.

Jika aku mengunci hatiku, dan kita kehilangan semuanya hari ini, katakan dengan jujur, apakah kamu masih mencintaiku sama seperti hari ini?
Jika aku menunjukkan padamu semua kekuranganku.
Jika aku tidak bisa sekuat saat ini.
Katakan dengan jujur, apakah kamu masih mencintaiku?

Right about now
If a judge for life me would you stay by my side?
Or is you gonna say goodbye?
Can you tell me right now?
If I couldn't buy you the fancy things in life
Shawty, would it be alright?
Come and show me that you are down
Now tell me would you really ride for me?
Baby tell me would you die for me?

Kau menggelengkan kepalamu, heran akan kekhawatiranku. Jangan bingung. Sebab kurasa sekarang waktunya yang tepat untuk bertanya. Sebelum kau terlalu menyesal menghabiskan sisa usiamu denganku. Kautahu, sebab kini engkau adalah orang terakhir yang ingin kukecewakan, bahkan kuharap aku tidak akan pernah mengecewakanmu. Namun kutahu, itu adalah kemustahilan.

Jika seorang menghakimiku, apakah kamu akan tetap di sisiku?
Atau kamu akan mengucapkan selamat tinggal untukku?
Bisakah kau beritahu aku sekarang?

Jika aku tidak bisa membelikanmu hal-hal yang mewah dalam hidup,  apakah itu akan baik-baik saja?
Apakah kamu akan datang padaku dan menunjukkan bahwa kamu akan selalu di sampingku?
Katakan padaku sekarang, apakah kamu benar-benar akan ada untukku?
Sayang, beritahu aku akankah kamu bersedia mati untukku?

Would you spend your whole life with me?
Would you be there to always hold me down?
Tell me would you really cry for me?
Baby don't lie to me
If I didn't have anything
I wanna know would you stick around?

Maukah kamu menghabiskan seluruh hidupmu denganku?
Apakah kamu selalu berada di sana untukku?
Katakan padaku, akankah kamu menangis untukku?
Kekasihku, jangan berbohong padaku...
Jika aku tidak punya apa-apa
Aku ingin tahu apakah kamu tetap akan ada di hidupku?

Let's get it diddly-down-down-down
All I want is somebody real who don't need much
A girl I know that I can trust
To be here when money low
If I did not have nothing else to give but love
Would that even be enough?
Girl I need to know

Semoga kamu mengerti alasan kekhawatiranku ini. Sebab yang aku inginkan adalah seseorang yang nyata. Seseorang yang mengenalku dan bisa kupercaya.
Saat aku tidak memiliki cukup uang. Jika aku tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan selain cinta
Apakah itu akan cukup?
Aku memerlukan pengakuanmu

Tell me, tell me, would you want me? (Want me!)
Tell me, tell me, would you call me? (Call me!)
If you knew I wasn't ballin'
Cause I need a girl who's always by my side
Tell me, tell me, do you need me? (Need me)
Tell me, tell me, do you love me yeah?
Or is you just try to play me?
Cause I need a girl to hold me down for life

Katakan padaku apakah kamu menginginkan aku?
Katakan padaku akankah kamu selalu memberi kabar dan menelepon aku?
Katakan padaku, apakah kamu membutuhkan aku?
Katakan padaku, apakah kamu mencintaiku?
Atau kamu hanya mencoba mempermainkanku?
Karena aku perlu seseorang yang selalu ada di sisiku dan menjagaku  dari godaan dunia.

Di atas segalanya, hal yang paling kutakutkan adalah membuatmu menyesal hingga meninggalkanku akibat kebodohanku sendiri. Maka mengertilah, bila sesekali aku bertanya padamu tentang beragam kekhawatiranku, Sayang.

*cerita lirik Locked away by adam levine ft.

Meta morfillah

Perjalanan tangan

PERJALANAN TANGAN

Tuhan tidak bisa berada di semua tempat sekaligus, karena itulah Dia menciptakan para ibu. (Pepatah Yahudi)

Seorang ibu muda sedang menidurkan bayi perempuannya yang sakit flu di malam yang gulita. Hanya ada mereka berdua di rumah. Hanya ada suara detak jantung keduanya dan detik jam yang menggema di keheningan. Setelah berjam-jam akhirnya bayi itu tertidur juga, meski nafasnya berbunyi. Tangannya menggenggam baju ibunya, tepat di bagian dada. Tangan yang mungil, bersih, putih, halus, lembut, belum tersentuh kerasnya dunia. Sang ibu mengelus tangan itu dengan sayang. Pikirannya membelukar ke waktu-waktu mendatang.

Tangan mungil itu, akan mulai mengenal tantangan saat kakinya mulai menjejak bumi. Tangan yang mungkin akan sering tergores atau terluka saat belajar merangkak, berjalan dan memenuhi rasa ingin tahunya. Tangan itu akan lebih sering memegang pensil saat ia mulai belajar menulis. Tangan itu akan banyak membuka pintu saat remajanya, mungkin juga tangan itu akan menghapus banyak air mata atau menjadi penyebab air mata ibunya. Perlahan tangan itu akan mengepak kopernya sendiri. Tangan itu akan sering membuka pintu rumah untuk meninggalkannya, bekerja, bermain, atau bepergian. Lalu tangan itu akan sering pula menutup pintu yang dia tinggalkan, untuk kembali. Mungkin tangan itu akan jarang menyentuh barang-barang di rumah lagi. Sang ibu berharap agar tangan itu mampu membuka lebar dan memeluknya sesering mungkin di hari senjanya kelak. Tangan itu pula yang kelak membantunya berjalan saat kakinya sering nyeri dan ngilu kedinginan. Semoga saja tangan itu paham mana yang prioritas. Sang ibu pun amat berharap agar tangan itu lebih sering terkatup untuk berdoa, lebih sering terulur untuk menolong dan berbagi dengan sesama. Hingga suatu hari tangan itu akan diberi cincin di jari manisnya dan akan ada tangan kokoh yang menggenggam tangan halusnya. Lalu tangan itu melahirkan tangan mungil lainnya. Di suatu malam nanti, tangan itu akan mengelus tangan mungil bayinya dan membayangkan seperti apa tangan mungil itu kelak. Persis seperti dirinya saat ini.

Meta morfillah

12 February, 2016

Saat bahagiaku

"Ibu Meta sekarang agak gemukan ya, dibanding kali pertama mengajar. Terlihat dari pipinya." Komentar seorang rekan guru.

Saya senyum saja. Bagaimana tidak makin berisi, bila tiap hari saya harus makan catering nasi dengan lauk pauk empat sempurna dan harus habis di depan anak-anak. Padahal porsi nasinya saja bukan porsi saya, terlalu banyak. Belum lagi semingguan ini, saya diberikan snack dari bekal anak-anak yang kebanyakan coklat dan manis. Lalu snack itu mereka hias-hias dan bentuk dengan permen, dan saya harus memakannya di depan mereka. Setelahnya saya harus memberi nilai, seperti acara masterchef. Ditambah, saya banyak tertawa karena ulah mereka tiap hari. Seperti hari ini, seorang anak akhwat membuatkan saya gambar shizuka yang tersenyum di alam kubur. Kata anak tersebut, ibu meta seperti ustadzah oki saat bercerita tentang kisah umar bin khattab. Anak itu ingin menggambar ustadzah oki tapi tidak bisa, jadi dia menggambar shizuka saja. Lalu mengapa di alam kubur dan tersenyum? Sebab orang baik tersenyum saat masuk alam kubur. Dari alam kubur baru masuk surga.

Yaa... semoga saja, salah satu dari mereka akan menarik saya ke dalam surga kelak. Aaamiiin...

Meta morfillah

10 February, 2016

Apa cita-cita ibu?

"Ibu Meta, ini snack time dari kita."

"Kita kumpulin masing-masing, Bu. Coba dimakan, Bu!"

Mereka menyodorkan sebuah roti tawar yang dihias dengan yupi sebagai telinga, caca kacang sebagai hidung dan pipi merah, biskuit dipotong setengah sebagai mulut yang tersenyum, dan mata dari dua roti unyil rasa abon.

"Waah... jazakumullah khair. Sini ibu foto dulu, ceritanya kalian chef handal di masa depan."

Cekrek!

***

"Ibu Meta, cita-citanya dulu apa?"

"Jadi guru ya, Bu?"

"Bukan. Cita-cita ibu mau jadi ibu nomor satu."

"Lah ibu, itu mah bukan cita-cita! Ibu kan memang sudah jadi ibu. Ibu Meta dipanggilnya."

"Hehe... bukan. Itu mah panggilan. Yang ibu maksud, ibu ingin punya anak dan membesarkan anak ibu dengan baik. Paham?"

"Oohh... gitu. Ibu udah nikah belum?"

"Belum."

"Asyiiikk... ibu nikah sama pak ***** aja, Bu! Pasti bahagia!"

"Tahu dari mana kamu ibu bakal bahagia sama pak *****?" Aku terbahak. Anak-anak ini kadang merasa lebih tahu melebihi usianya.

"Kan bapak itu baik. Kita aja semua suka, Bu!"

"Oh iya, ibu mau berapa punya anaknya?"

"Mau sebanyaknya yang Allah kasih."

"50, Bu?"

"Yaa kalau dikasih sama Allah segitu boleeh..."

"Waah banyak banget, Bu! Bisa penuh satu masjid sama anak ibu doang."

"Haha... iya. Ini aja ibu udah punya 23 anak (Sambil menunjuk masing-masing murid. Mereka pun tersenyum dan berceloteh bangga dibilang anak Bu Meta). Apalagi kalau ikhwannya 40, salat jumat ga usah ke masjid deh. Di rumah aja sama saudara-saudaranya. Kan batas minimal salat jumat 40 orang, ya?"

"Iya, Bu! Waah rumah ibu harus gede. Biar anak ibu muat. Semoga Bu Meta kaya. Aaamiiin."

"Aaamiin."

"Ibu, sini tangannya. Dua-duanya."

Lalu pergelangan tanganku dibalik. Mereka menghitung jumlah urat nadi yang tampak.

"Wah, ibu anaknya enam. Nih ibu hitung deh yang hijau sama ungu!"

"Kalau aku cuma satu, Bu!"

"Kalau aku delapan, Bu!"

Hahaha... teori baru. Ada-ada saja! Begitulah kulewati hari-hari bersama mereka. Kawan sekaligus guru kecilku.

Meta morfillah

[Review buku] He 2+ & Balon udara

Judul: He 2+ & balon udara
Penulis: Rosa Amanda Salim
Penerbit: FoUmediapublisher
Dimensi: 292 hlm, september 2009
ISBN: 978 602 95540 0 7

Novel ini berkisah tentang Helena Dustine Cakrawala, putri seorang pengusaha yang berusaha melarikan diri dari masa lalu. Kecelakaan yang merenggut nyawa kakak lelakinya membuat ia tak sanggup berada di Jakarta, terutama bersekolah dan bertemu dengan kedua sahabatnya, Nabila dan Sarah. Akhirnya Helena tinggal di Paris dan menjadi model yang amat sukses. Namun kepergiannya ke Paris harus dibayar dengan kebebasannya, sebab ia harus menerima menjadi tunangan Max, rekan kerja ayahnya yang workaholic. Melalui teori helium dan balon udara, penulis berusaha menyelesaikan permasalahan yang terjadi.

"Balon udara tak akan dapat terbang tanpa helium. Aku adalah balon udara dan kamu heliumnya." (Hlm. 6)

"Balon udara berisi helium yang dipanaskan, supaya dia bisa terbang. Anggaplah kamu sebagai balon udara, helium sebagai teman-teman dan masa lalumu. Kamu bisa terbang karena masa lalumu itu, walaupun pahit. Mungkin kamu enggak sadar sama semua itu. Helium adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Sama kayak teman-temanmu yang mau kamu lupakan itu. Kamu enggak sadar kalau mereka yang menerbangkan kamu sampai seperti sekarang." (Hlm. 185)

Secara pengemasan, saya kurang suka. Kertasnya tipis, jenis font, jarak, dan layoutnya seperti buku bajakan. Covernya aja menurut saya enggak nyambung. Mengapa gelas dan air? Itu mah H2O. Kalau He 2+, harusnya gambar balon berisi udara.

Secara isi, apalagi... dari awal saya baca sudah begitu ketebak isinya. Namun alur/logika berpikirnya menurut saya begitu absurd. Banyak yang tidak pas, malah membuat bingung karena ada pemaksaan konflik. Semacam lebay. Hal kecil yang selalu dijadikan konflik utama, flashback mengenai kematian kakaknya terlalu dibesar-besarkan. Dan penyikapannya menurut saya seperti memukul nyamuk pakai wajan. Menyebalkannya lagi, hal itu diungkit-ungkit terus dan diulang sampai membosankan. Beragam tokoh pembantu pun hilir mudik tidak jelas, sekadar meramaikan tanpa ada kepentingan. Terkesan asal membuat tebal sehingga memenuhi syarat menjadi novel. Seperti tokoh Gina, untuk apa dimunculkan kalau tidak berguna? Aduuh... benar-benar saya tak habis pikir kok karya seperti ini bisa lolos diterbitkan ya?

Jika saja saya tak konsisten dengan janji saya pribadi untuk menyelesaikan membaca buku apa pun dan membuat review ala saya agar saya ingat kembali cerita buku yang telah saya baca, ingin sekali saya berhenti dan tak melanjutkan membaca di halaman pertama.

Saya apresiasi 1 dari 5 bintang.

Meta morfillah

09 February, 2016

Belajar dari Maryam demi ridhaNya

Di beranda facebook kutemukan gambar dan tulisan yang cukup menohok. Begini kira-kira bunyinya, "Fenomena akhir zaman, wanita sibuk memikirkan perihal jodoh tapi lalai/jahil terhadap Al Quran."

Saya pun berkaca pada diri pribadi. Yaa... tak dipungkiri, dari lucu-lucuan hingga kadang kepikiran kapan bahkan kepikiran terus tentang jawaban kesendirian ini, tapi saya sering lupa sejauh mana ibadah saya, hafalan quran, baca quran dan pengamalannya. Malu... malu sekali rasanya. Beragam tulisan yang saya hasilkan rasanya menampar wajah saya sendiri. Meminta validasi lisan dengan bukti amal perbuatan.

Menjaga izzah (kehormatan diri) wanita yang istiqomah menjomblo sampai dihalalkan seharusnya seperti Maryam. Ya, maryam binti imran yang namanya termaktub dalam Al quran surat kesembilan belas. Wanita yang dimuliakan Allah hingga diberi penghargaan abadi menjadi nama surat dalam al quran tersebut. Wanita yang dilebihkan dari empat wanita yang dipastikan menjadi penghuni surga: Asiyah, Khadijah, Aisyah, dan tentunya Maryam. Mengapa Maryam begitu istimewa?

Sebab Maryam menjaga kehormatannya dengan takwa. Kesendiriannya menjadi ladang amal yang besar. Meski kisahnya yang hamil tanppa adanya suami tidaklah akan terjadi lagi dan tentu berbeda dengan fenomena masa kini. Di mana banyak wanita yang sudah dicabut rasa malunya hingga hamil di luar nikah menjadi hal biasa. Memiliki anak tanpa pernikahan yang sah, tanpa diketahui siapa ayah dari bayinya menjadi berita keseharian. Bahkan rasa sakit saat melahirkan pun Allah cabut, hingga tiada lagi rasa kesyukuran, perjuangan hidup dan mati, pahala saat melahirkan, dan kasih sayang terhadap anak yang dilahirkan, membuat para wanita tersebut dengan mudah membiarkan anaknya mati, aborsi, atau dibesarkan seadanya dan kembali melakukan zina itu lagi. Bahkan keledai pun tak akan jatuh ke dalam lubang yang sama dua kali. Naudzubillah...

Maka, berkaca pada Maryam... dalam kesendiriannya ia tetap menyibukkan diri dan memenuhi kewajiban dan tujuan ia dicipta: beribadah. Begitu sayangnya Allah pada kita, hingga tersedia beragam kisah dan contoh untuk setiap keadaan dengan sirah sahabat atau sahabiyah, serta para salafus salih. Tinggal kita yang mempelajari dan meneladaninya, mau seperti apa?

Semoga saya, dan para muslimah lainnya yang belum dipertemukan dengan jodohnya mampu meneladani Maryam. Bahwa surga bisa kita raih, meskipun mungkin kita belum menggenapi agama ini dengan menikah. Tentunya tanpa berputus asa bahwa setiap hal ada pasangannya. Asal Allah ridha, segala perkara selesai.

Meta morfillah

06 February, 2016

Keteraturan dalam ketidakberaturan

KETERATURAN DALAM KETIDAKBERATURAN

Sebuah pesan dari nomor tak dikenal masuk ke ponsel saya melalui aplikasi whatsapp. Ternyata pesan dari sahabat masa kecil saya, yang sempat terputus komunikasi selama beberapa tahun belakangan. Dulu, kami sering dibilang kembar dan tak terpisahkan. Bahkan dia amat menginginkan saya dan dia bersekolah di sekolah yang sama. Terbayang akan melewati indahnya masa sekolah dengan sahabat yang sudah begitu klop. Namun ternyata Allah menakdirkan lain. Kami mengikuti sebuah seleksi ketat sebuah SMK yang bahkan tak pernah saya ketahui keberadaannya kalau bukan dari dia. Kami duduk sebangku saat mengerjakan soal. Soal kami berbeda kode. Bahkan saya membantunya mengerjakan soal diam-diam, saking kami ingin berhasil masuk sekolah ini. Namun,  takdir Allah benar-benar jauh dari harapan. Saya lolos, sementara dia tidak. Parahnya lagi, keluarga saya begitu menginginkan saya bersekolah di SMK tersebut, sementara saya tidak menginginkannya. Saya ikut tes sekolah itu, hanya karena ingin bersama sahabat saya. Jika tak berhasil, maka saya sudah memiliki SMA pilihan yang memang jadi incaran di jakarta. Saya begitu ingin mengikuti program pertukaran pelajar di SMA tersebut. Nyatanya Allah membuat skenario hidup untuk saya, yang tidak sesuai dengan keinginan saya.

Dari ketidakberhasilan itu, meski kami berusaha mencari sela untuk tetap kompak bersama. Seperti memaksakan berangkat sekolah bareng, kadang lewat rute saya, kadang lewat rute dia, dengan konsekuensi kami telat atau kepagian. Bahkan sampai kadang kami saling menyelundupkan diri ke dalam sekolah masing-masing demi mengenalkan dunia sekolah kami pada satu dan lainnya. Kami pun saling tahu siapa saja teman dekat kami di sekolah, siapa saja lelaki yang menyukai kami. Bahkan di setiap tanggal 14 Februari, saat orang-orang merayakan hari kasih sayang, kami menciptakan hari persahabatan. Itulah hari di mana kami saling memberi hadiah dan surat yang berisi pujian tentang sahabat. Haha... sungguh kebodohan yang lugu.

Lalu, dari pesan yang menerbitkan kenangan lama yang tak lekang itu, dia mengabarkan pada saya bahwa bulan depan ia akan menikah. Seperti janji masa kecil kami, saya adalah orang pertama yang akan diberitahu dan diundang. Lalu, ia pun melontarkan pertanyaan yang berisi harapan dan doa agar bisa bersama merayakan momen penting dalam hidup kami.

"Kamu kapan, Met?"

"Doakan terus yaa..."

"Coba kita bisa barengan ya nikahnya. Double date, double wedding. Semoga kamu cepat nyusul ya, Met!"

"Untuk yang kali ini, kita tidak bisa memaksanya seperti mendaftar sekolah dulu. Jadi, aku akan mengikuti skenarioNya dengan baik dan menjadi pemain yang profesional saja."

Pada akhirnya, segala usaha kita akan terbentur pada kehendakNya. Terkadang, kita merasa hidup kita begitu ruwet, tak linier, dan kusut tak saling menyambung menjalin kisah yang indah. Tapi, dari penglihatan Allah di atas arsy sana, hidup kita mungkin merupakan sulaman indah yang membentuk sebuah pola indah. Semacam jahitan kristik. Semacam keteraturan dalam ketidakberaturan.

Meta morfillah

Text Widget