Pages

23 September, 2016

[Review buku] Canting

Judul: Canting
Penulis: Arswendo atmowiloto
Penerbit: Gramedia pustaka utama
Dimensi: 376 hlm, 20 cm, cetakan keempat juli 2013
ISBN: 978 979 22 9623 5

Canting, alat untuk membatik yang ditiup dengan nafas dan perasaan. Proses pembatikan melalui canting memerlukan waktu berbulan-bulan, membutuhkan kesabaran dan keuletan. Sayang, semua terbanting oleh batik jenis printing--cetak. Dalam beberapa kejap, batik printing dihasilkan dengan cepat, banyak dan tak perlu buruh banyak.

Adalah Ni, anak keenam, bungsu dari Pak Bei dan Bu Bei, sarjana farmasi, calon pengantin, dan putri Ngabean, yang mencoba menekuni usaha batik keluarga yang telah tersisih teknologi. Ia harus menghadapi ayah dan ibu serta kakak-kakaknya yang sukses.

Canting, yang menjadi cap batik Ngabean, tak bisa bertahan lagi. "Menyadari budaya yang sakit adalah tidak dengan menjerit, tidak dengan mengibarkan bendera." Ni dianggap menjadi tidak Jawa, menjadi aeng/aneh untuk bisa bertahan. Ni adalah generasi kedua setelah ayahnya yang berani tidak Jawa.

Novel yang sarat menggambarkan budaya Jawa melalui keluarga Ngabehi dan usaha pembatikannya ini sangat filosofis. Namun bahasanya mudah dicerna. Ada banyak lika-liku dan rahasia kelam di tiap individu yang terlibat, masalah keluarga yang klasik hingga yang modern. Penulis amat lihai membawa isu pergeseran nilai juga budaya ke dalam sebuah keluarga dan lambang kejayaan jawa: batik.

Unsur utama dalam novel ini menurut saya adalah tentang kepasrahan. Pasrah yang progresif dengan menerima dan menjalankan sesuai peranan masing-masing. Sangat khas jawa. Tanpa memaksa mengagungkan kejayaan masa lalu atau malah meninggalkan demi nama besar. Saya sangat suka ide ceritanya.

Dan saya masih penasaran, siapakah ayah Ni yang sebenarnya, apakah Pak Bei atau Mijin?

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang, meski ada beberapa typo.

"Manusia hidup menunggu untuk mati. Kehidupan justru terasakan dalam menunggu. Makin bisa dinikmati cara menunggu, makin tenang dalam hati." (H. 72)

"Makin perkasa seseorang, makin sukses seseorang, makin membutuhkan orang yang dekat." (H. 162)

Meta morfillah

1 comment:

Text Widget